Imam Al-Safaraini: Hadits-hadits tentang Al-Mahdi Mutawatir Ma’nawi

Pada beberapa seri sebelumnya telah dipaparkan beberapa pernyataan dari para ulama Ahlussunnah tentang kemutawatiran hadits mahdawiyah. Melanjutkan pembahasan tersebut pada seri ini akan dimuat pernyataan lainnya dari seorang ulama Sunni bernama Ahmad al-Safaraini.

Beliau dalam catatanya, disamping menyinggung tentang kemunculan Imam Mahdi As sebagai salah satu tanda kiamat, juga menyebutkan bahwa hadits tentangnya cukup banyak dan mencapai derajat mutawatir:

“di antaranya, maksudnya di antara tanda-tanda kiamat yang disebutkan dalam banyak riwayat di mana kandungan atsar tersebut adalah mutawatir, maksudnya dari tanda-tanda yang besar, yang pertama adalah munculnya imam yang diikuti perkataan dan perbuatannya. Yang mengakhiri silsilah imamah; oleh karena itu tidak ada lagi imam setelahnya sebagaimana Nabi Muhammad Saw merupakan penutup kenabian dan risalah yang tidak ada nabi dan rasul setelahnya.[1]”

Didalam catatan ini beliau menyatakan bahwa kandungan riwayat yang banyak tersebut masuk dalam kriteria mutawatir.

Mempertegas pernyataan di atas pada kesempatan lainnya di dalam kitab yang sama, beliau menyebutnya dengan istilah mutawatir ma’nawi:

“Sungguh banyak sekali pendapat seputar al-Mahdi, hingga ada yang berpendapat bahwa Imam Mahdi adalah Isa As. Pendapat yang absah yang merupakan pilihan orang-orang yang benar adalah, Imam Mahdi bukanlah Isa As. Sungguh banyak riwayat tentang kemunculannya (Imam Mahdi), bahkan sampai pada tingkat mutawatir ma’nawi. Hal itu telah menyebar secara luas di antara kalangan ulama Ahlussunnah. Hingga ia terhitung sebagai salah satu dari kepercayaan mereka. Imam hafiz Ibn al-Iskaf telah meriwayatkan dengan sanad yang diridhai sampai kepada Jabir bin Adullah Ra. Ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: barang siapa yang mendustakan kemunculan dajjal sungguh ia telah menjadi kafir. Dan barang siapa yang mendustakan al-Mahdi sungguh ia telah kafir.[2]”

Di dalam pernyataan di atas al-Safaraini tidak hanya menyatakan bahwa hadits tentang Imam Mahdi sebagai hadits mutawatir ma’nawi, tapi lebih dari itu beliau juga menyatakan bahwa ia tidak sendirian dalam hal ini. Hal ini dengan menyatakan bahwa  Ahlussunnah juga mengamini hal tersebut dan bahkan telah menyebar secara luas dikalangan para ulama.

Dan di akhir beliau memuat satu riwayat yang menyatakan kekafiran orang yang mengingkari kemunculan Imam Mahdi.

[1] Al-Safaraini, Muhammad bin Ahmad, Lawami’ al-Akhbar al-Bahiyah wa Sawathi’ al-Asrar al- Atsariayah, jil: 2, hal: 70-71.

[2] Al-Safaraini, Muhammad bin Ahmad, Lawami’ al-Akhbar al-Bahiyah wa Sawathi’ al-Asrar al- Atsariayah, jil: 2, hal: 84.