Imaduddin Al-Isfahani, Fakhrurrazi dan Ibnul Atsir Al-Jazari Catat Kelahiran Al-Mahdi

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kemunculan seorang juru selamat di akhir zaman yang akan memenuhi muka bumi ini dengan keadilan atau al-Mahdi dalam literatur Islam, adalah sebuah kepercayaan yang memiliki dasar, khususnya dalam kitab-kitab hadis, bahkan hal ini pun dibenarkan oleh para ulama.

Dapat kita lihat dalam beberapa pembahasan yang lalu, bagaimana para tokoh tersebut memberikan kesaksian dan penilaian mereka terhadap riwayat-riwayat yang bercerita tentang kemunculan sosok juru selamat tersebut dengan menggolongkannya kedalam riwayat yang mutawatir.

Di sisi lain, terlepas pembahasan di atas, sosok juru selamat ini diperdebatkan oleh para ulama dari segi kelahirannya. Dimana sebagian beranggapan bahwa hingga saat ini beliau belum dilahirkan, sementara yang lainnya berpendapat bahwa beliau telah dilahirkan.

Dalam kitab al-Bustan al-Jaami’, sebuah kitab yang dinisbahkan pada Imaduddin Al-Isfahani (597 H), terdapat catatan yang menyebut bahwa tahun 259 H sebagai waktu kelahiran Abu al-Qasim Muhammad al-Muntadzar di sebuah kota yang bernama Samarra, pada hari Jumat, 12 Ramadhan.[1]

Hal serupa juga dicatat oleh Imam Fakhrurrazi (606 H) dalam kitab as-Syajarah al-Mubarakah. Ia menulis dalam sub bab yang berjudul “Anak-anak Imam al-Askari As”:

Imam Hasan al-Askari memiliki dua putra dan dua putri. Adapun dua putra, salah satunya adalah Shahib az-Zaman (Pemilik zaman yakni Imam Mahdi) Afs..[2]

Dan yang lainnya adalah Ibnul Atsir al-Jazari (630 H) dalam kitabnya al-Kamil fi at-Tarikh, saat menyebutkan berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H, ia juga mencatat:

Dan pada tahun itu, meninggal dunia Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Jafar bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib As. Dan ia adalah Abu Muhammad al-Alawi al-Askari -ia adalah salah satu Imam 12 menurut madzhab Imamiah- dan ia adalah ayah dari Muhammad yang mana mereka menyakininya sebagai al-Muntadzar dari Sirdab (ruang bawah tanah) Samarra, dan Ia lahir pada tahun 232 H.[3]

Dari beberapa nukilan di atas meskipun secara rinci terdapat perbedaan dalam penentuan waktu kelahirannya, namun dari sisi yang lain terdapat hubungan dan keterkaitan dimana mereka telah memberikan kesaksian bahwa telah lahir sosok yang bernama Abu al-Qasim Muhammad (nama dan julukannya sama dengan Nabi Saw) putra dari Imam Hasan al-Askari As yang merupakan keturunan Rasulullah Saw.

[1] Al-Isfahani, Imaduddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, al-Bustan al-Jaami’, hal: 190, cet: al-Maktabah al-Ashriyah, Beirut.

[2] Fakhrurrazi, as-Syajarah al-Mubarakah fi Ansab at-Thalibiyah, hal: 78-79.

[3] Al-Jazari, Ibnul Atsir, al-Kamil fi at-Tarikh, jil: 1, hal: 249-250, cet: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut.