Hadis Tsaqalain dan Kaitannya dengan Imam Mahdi

Hadis Tsaqalain merupakan salah satu hadis yang diterima keshahihannya baik dari Ahlussunnah maupun Syiah, bahkan hadis tersebut dikatakan sebagai hadis Mutawatir.

Muatan hadis Tsaqalain berisi perihal dua pusaka peninggalan Nabi Saw yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan Itrah Ahlulbait Nabi Saw, yang mana jika kita berpegang pada keduanya tidak akan tersesat selamanya dan keduanya tidak akan terpisah sampai menemui Nabi Saw di telaga Haudh.

Dari hadis diatas kita bisa memahami:

Pertama, Nabi Saw meninggalkan dua pusaka agung yaitu Al-Quran dan Itrahnya Ahlulbait.

Kedua, umat manusia tidak akan tersesat selama mereka berpegang teguh pada keduanya.

Ketiga, Ahlulbait dan Al-Quran akan selalu bersama hingga menjumpai Nabi Saw di telaga Haudh.

Dari ketiga uraian di atas meniscayakan bahwa di setiap zaman harus ada pribadi mulia dari Ahlulbait yang senantiasa bersama Al-Quran. Dan pribadi tersebut haruslah seorang yang suci atau maksum, hal itu karena ia disandingkan dengan Al-Quran yang suci, juga menjadi pegangan bagi siapapun jika tidak ingin tersesat selamanya.

Ketika kita terapkan keniscayan karakteristik dan kekhususan pribadi mulia dari Ahlulbait di zaman sekarang ini, maka pribadi tersebut tidaklah menempati kedudukan itu kecuali Imam Mahdi As. Hal inilah yang diyakini dalam Mazhab Syiah, bahwa Imam Mahdi As telah lahir ke dunia ini. Karena sesiapa yang meyakini akan ke eksistensian Al-Quran sampai dengan saat ini, maka harus ada pribadi agung yang bersamanya, dialah Imam Mahdi As.

Begitu juga salah satu ulama Ahlussunnah yaitu Al-Manawi, beliau mencatat dan menukil pandangan dari As-Samhudi sekaitan dengan hadis Tsaqalain. Dalam kitabnya Faidhul Qadir beliau menulis,

Dari hadis ini bisa difahami akan adanya seseorang dari Ahlulbait dan Itrah suci yang menjadi pegangan di setiap zaman hingga hari akhir, sehingga anjuran tersebut terarah (pada berpegang teguh padanya), sebagaimana dengan Al-quran juga, maka dari itu mereka merupakan penjaga untuk penduduk bumi, jika mereka pergi (lenyap), maka penduduk bumipun pergi (lenyap).[2]

Pernyataan di atas juga mengisyaratkan harus adanya seseorang dari Ahlulbait Nabi Saw di sepanjang zaman -termasuk pada zaman sekarang ini- yang menjadi pegangan bagi umat manusia di dunia, sebagaimana Al-Quran juga yang sampai saat ini menjadi pegangan.

Wallahu A’lam

[1] At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan At-Tirmidzi Juz 5 Hal. 663 Cet. Musthafa Al-Babi Al- Halabi – Mesir

[2] Al-Manawi, Muhammad Abdurrauf, Faidhul Qadir Syarhul Jami’ As-Shagir Juz 3 Hal. 15 Cet Darul Ma’rifah