Hak-hak Mata: Menundukkan Pandangan

Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk yang mulia dan diciptakan untuk mencapai kesempurnaan. Manusia harus terus berupaya mensucikan jiwa dan membersihkan diri untuk mencapai tujuan penciptaan. Menurut para pakar psikologi, panca indera khususnya indera penglihatan berperan dominan dalam memberi asupan pemikiran dan memancing afeksi.

Mata merupakan sebuah sarana yang menyiapkan bahan-bahan dasar untuk berpikir dan pikiran akan membentuk kepribadian nyata seseorang. Bentuk perbuatan manusia juga sangat tergantung pada pola pikir dan keyakinannya, yaitu tindakan dan perbuatan manusia berhubungan dengan pikiran dan pola pandanganya.

Indera manusia dipengaruhi oleh lingkungan, rumah, sekolah, masalah-masalah yang ia dengar dan juga fenomena yang ia saksikan. Pengaruh ini menciptakan peluang lahirnya sebagian tindakan dan perbuatan. Karena itu sebagian besar strategi dan keputusan diambil setelah malalui proses pengamatan. Bentuk-bentuk reaksi ini sangat bergantung pada sesuatu yang disaksikan oleh mata.

Jika manusia punya hubungan dengan lingkungan yang rusak dan senantiasa mempertontonkan adegan-adegan yang mengundang nafsu, maka pikirannya juga akan ternodai dan menyimpang. Individu seperti ini akan merasa asing dengan keutamaan dan nilai-nilai moral. Sebaliknya, orang yang menyaksikan sesuatu dengan tujuan mengambil pelajaran dan mengadopsi nilai-nilai baik dan keutamaan, maka ia akan memiliki pikiran yang bersih dan sehat.

Ketika kepribadian seseorang dibangun atas dasar pemikiran dan ideologi tertentu, maka tidak mudah untuk mengubahnya, sebab ia membangun relasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar atas dasar naluri internalnya. Pada ujungnya, ia menjadi lebih komitmen dan tangguh dalam meniti jalan yang menjadi pilihannya.

Cara memandang dan mendengar akan menentukan kualitas nilai perbuatan seseorang, apakah perbuatannya dianggap sesuai dengan koridor agama atau keluar dari koridor itu, dan apakah perbuatannya mengandung nilai-nilai positif atau sebaliknya. Karena itu, agama melarang manusia untuk melihat dan menjalin hubungan dengan hal-hal yang berbahaya dan menghalangi gerakannya menuju kesempurnaan. Sebaliknya, agama mendorong manusia untuk menciptakan hubungan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuannya.

Agama melarang manusia melihat sebagian objek dan menyarankan mereka menyaksikan sebagian fenomena lain mengingat masalah melihat berpengaruh pada kepribadian seseorang. Dalam al-Quran surat an-Nuur ayat 30 dan 31, Allah Swt berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصارِهِمْ

وَ قُلْ لِلْمُؤْمِناتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصارِهِنَّ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya?” Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya?” Masyarakat adalah tempat melakukan aktivitas dan para anggotanya harus terhindar dari pandangan-pandangan yang menyimpang dan merusak.