Fathimah Maksumah, Wanita Teladan Kesetiaan

Di antara putra-putri Imam Musa Kazhim a.s., selain Imam Ali Ridha a.s., tak ada yang lebih mulia dan terhormat kecuali Sayidah Fathimah Maksumah, ia lahir di Madinah pada 1 Zulkaidah 173 H/790 M. Fathimah Maksumah berhasil meraih kemuliaan dan keunggulan karena memiliki pengetahuan, intelektualitas, kebersihan hati, dan kesalehan, bukan karena dia putri seorang imam semata. Status putri atau saudara kandung Imam tidak menjamin atau menjadi standar bagi kemuliaan dan keunggulan seseorang.

Ketika Fathimah Maksumah meninggal, para pecintanya membangunkan tempat khusus sebagai makamnya berupa kubah megah di Qum, Iran. Ini menjadi saksi akan kesetiaan dan penghormatan masyarakat Islam di Iran kepada Fathimah Maksumah sebagai wanita mulia keturunan Rasulullah Saw. Sejak pertama kali Fathimah Maksumah menginjakkan kakinya di Kota Qum, Iran, kota ini terkenal sebagai tempat bermukim bagi Ahlulbait dan keluarganya, sehingga menjadi salah satu tempat ziarah bagi para pecinta Ahlulbait yang setia.

Sebelum Imam Ali Ridha a.s. datang ke Kota Qum, sudah banyak orang-orang Kufah yang hijrah ke Qum dan menetap di sana. Sejak itulah kota ini menjadi tempat penting sekaligus pusat komunitas pecinta Ahlulbait. Banyak pakar hukum dan sarjana yang lahir dari Kota Qum. Pada masa-masa para imam menetap di Kota Qum, para sarjana dan pakar hukum kota ini selalu melayani para imam tersebut dan memberikan para imam segala kemudahan bantuan. Mereka juga dengan sukarela memberikan segala kekayaan, keikhlasan dan tenaga mereka demi kepentingan syiar Islam para imam. Karena itulah, Imam Jakfar Shadiq a.s. pernah mengatakan bahwa apabila tidak ada para sarjana dan kaum intelektual Qum, maka syiar Islam akan padam dan umat manusia akan melupakan tradisi Ahlulbait a.s.

Mereka yang termasuk para sarjana religius dari Qum antara lain adalah Zakaria bin Adam, Riyan bin Sult, Syazan bin Jiryal, Ahmad bin Isyaq Qummi, Sa’d bin Abdullah Anshari, Muhammad bin Hasan Saffar, Muhammad bin Walid, Ali bin Babuwaih, dan putranya yang bernama Muhammad bin Babuwaih (Syekh Shaduq) dan Hasan bin Babuwaih, Ibrahim Qummi, Ibnu Quluwaih Qummi dan masih ribuan lagi yang lainnya. Pendek kata, Qum berperan besar mencetak intelektual-intelektual religius pecinta Ahlulbait.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Kota Qum dikenal dengan semangat Ahlulbaitnya sehingga gubernur kota tersebut dipilih dari kalangan orang-orang Qum sendiri. Qum juga dikenal sebagai basis komunitas pecinta Ahlulbait di Iran. Oleh karenanya, Qum memiliki kemandirian tentang aturan-aturan khusus pemerintahan. Selain itu, hukum-hukum Ahlulbait menyangkut segala hal diterapkan di Kota Qum demi menghindari kegelisahan masyarakat dan segala persoalan lainnya. Karena terbukti, masyarakat Qum tidak tahan dan tidak mau menggunakan hukum-hukum non-Ahlulbait.

Makam Fathimah Maksumah ibarat sebuah lilin yang senantiasa dikelilingi para sarjana dan intelektual selama berabad-abad. Dengan kata lain, para pelajar dan pengikut Ahlulbait yang setia telah menjadikan ziarah ke makam Fathimah Maksumah sebagai sesuatu yang sangat penting.

Fathimah Maksumah adalah putri Imam Musa Kazhim yang memiliki kemuliaan setelah kemuliaan tertinggi Imam Ali Ridha a.s. Banyak riwayat yang menyatakan bahwa Fathimah Maksumah sangat mulia dalam segala hal. Saat Imam Ali Ridha datang ke Iran atas undangan Makmun. Beliau tinggal di Merv (Marwu). Setahun kemudian, tepatnya tahun 201 H, Fathimah Maksumah meninggalkan Madinah dan menyusul beliau ke Iran.

Ketika berita tentang perjalanan Fathimah Maksumah menuju Qum sampai di telinga masyarakat Qum. Mereka serentak berhamburan keluar rumah demi menyambut Fathimah Maksumah. Saat Fathimah Maksumah tiba di batas Kota Qum, seorang sesepuh masyarakat Qum, yakni Musa bin Khazraj, segera memegang tali kekang unta Fathimah Maksumah dan menuntunnya memasuki Kota Qum. Lalu Musa bin Khazraj membawa Fathimah Maksumah ke rumahnya dan menyediakan tempat tinggal bagi Fathimah Maksumah di rumahnya. Fathimah Maksumah tinggal selama tujuh puluh hari di situ dan kemudian meninggal dunia. Lalu Fathimah Maksumah dimakamkan di Bablan, yang juga merupakan tanah milik Musa bin Khazraj.

Sejak itulah tempat tersebut menjadi pusat ziarah bagi para pecinta Ahlulbait. Bagi bangsa Iran, Qum menjadi kebanggan dan juga saksi kehormatan Bangsa Iran. Di tempat yang dulu berdiri rumah Musa bin Khazraj, di mana juga menjadi tempat tinggal Fathimah Maksumah, berdiri sebuah perguruan tinggi bernama Satt yang merupakan salah satu perguruan tinggi agama tertua di Qum. Area tersebut kini dikenal dengan nama Maidan Mir-e-Qum. Di salah satu bagian sampingnya terdapat sebuah masjid yang disebut Masjid-e-Behmeen. Dalam bahasa Arab, “Satt” berarti “wanita.” Masjid dan perguruan tinggi tersebut diberi nama untuk mengenang Fathimah Maksumah. Tempat ibadah Fathimah Maksumah juga terdapat di perguruan tinggi tersebut, selanjutnya menjadi tempat salat bagi para peziarah dan musafir

Sejarah membuktikan bahwa kekerasan dan kekejaman para penguasa Dinasti Abbasiyah telah menyebabkan tak seorang pun dari putri-putri Imam Musa Kazhim a.s. bisa menikah. Hal ini dikarenakan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang melakukan intimidasi kepada keturunan Rasulullah Muhammad Saw hingga terhadap masalah yang paling pribadi sekalipun.

Tahun 179 H, atas perintah Harun Rasyid, Imam Musa Kazhim a.s. dipanggil ke Bagdad dan kemudian dipenjarakan. Beliau menghabiskan empat tahun masa hidup beliau di penjara. Tahun 183 H, Imam Musa Kazhim a.s. meninggal dunia. Sementara itu, Fathimah Maksumah putrinya meninggal pada tahun 201 H. Jika dihitung tepat sebelum Imam Musa Kazhim dipenjara, hingga tahun meninggalnya Fathimah Maksumah, kemungkinan usia Fathimah Maksumah saat meninggal dunia sekitar dua puluh dua tahun.

Sejak itu, Kota Qum menjadi tempat peristirahatan abadi bagi Fathimah Maksumah. Sejak itu pula Qum menjadi kota suci bagi para pecinta Ahlulbait a.s. dan para keturunan Rasulullah Saw berbondong-bondong hijrah ke kota ini. Banyak keturunan Rasululah Saw menetap di Qum seumur hidup mereka dan dimakamkan di sana. Oleh karenanya, makam-makam mereka di sekitar Kota Qum menjadi pusat-pusat ziarah bagi para pecinta Ahlulbait a.s. dari seluruh dunia.

Sayidah Fathimah Makshumah mengajarkan kesetiaan dan cara melabuhkan rindu kepada umat manusia. Dia berangkat ke Qum dalam keadaan sakit untuk satu tujuan, mencari Imamnya, pembimbingnya. Sejarah Qum telah memaktubkan para sarjana religius dan kaum intelektual yang lahir dari kota ini sebagai tempat persemayaman terakhir jasad mereka.