Perbandingan Berbakti pada Orangtua antara Ajaran Islam dengan Budaya Sunda (Part 2)

Kali ini saya ingin menulis sebuah permasalahan yang penting yang punya kaitannya dengan kita semua. Ingatkah bahwa ada sebuah ungkapan dan itu merupakan sebuah riwayat dari Sayidah Fathimah az-Zahra as bahwa surga di telapak kaki ibu.

Dari pembahasan kemarin kita mendapatkan 3 poin dari hadits dari Imam Shadiq ra. Yaitu;

a. Memberikan apa yang orangtua butuhkan sebelum mereka memintanya dari kita.

b. Ketika orangtua sudah menginjak usia tua dan sepuh maka ketika mereka bertindak dan bertingkah akan sesuatu yang membuatmu kesal maka janganlah mengejeknya dengan paling ejekan sederhana pun jangan dilakukan.

c. Mungkin ketika orangtua semakin tua maka akhlak mereka kadang seperti anak kecil maka ketika hal itu terjadi janganlah membentak mereka.

Kemudian Imam Shadiq memberi penjelasan lagi mengenai bagaimana harus menghadapi ketika orangtua kita beranjak usia dan lanjut yang mana mungkin bisa melontar kata-kata yang tidak enak di dengar. Ketika hal ini terjadi maka Imam berkata kita harus menjawab dengan perkataan yang baik.

 وَ قُلْ لَهُمٰا قَوْلاً كَرِيماً

“Dan berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia” (Al-Isra, ayat 23).

Berbakti untuk Selamanya

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda, “Apa yang menyebabkan seorang anak tidak berbakti pada orangtuanya baik di masa mereka hidup ataupun setelah meninggal dunia? Ia bisa meniatkan shalatnya untuk mereka, sedekahnya niatkan untuk mereka, haji yang ia lakukan niatkan untuk mereka, puasa ia untuk mereka. Jika ia melakukan hal ini maka pahalanya seperti yang didapatkan oleh orangtuanya maka ia pun akan mendapatkannya. Selain itu, Allah swt berasaskan amal ihsan dan baiknya pada orangtua maka Allah akan memberikan kebaikan yang banyak untuknya.” (Biharul Anwar, jild 79, hal 62)

قَالَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ مَا يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ أَنْ يَبَرَّ وَالِدَيْهِ حَيَّيْنِ وَ مَيِّتَيْنِ يُصَلِّيَ عَنْهُمَا وَ يَتَصَدَّقَ عَنْهُمَا وَ يَصُومَ

عَنْهُمَا فَيَكُونَ اَلَّذِي صَنَعَ لَهُمَا وَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ فَيَزِيدُهُ اَللَّهُ بِبِرِّهِ خَيْراً كَثِيراً

Dalam hadits di atas, kita mendapatkan penjelasan bahwa berbakti untuk kedua orangtua tidak terbatas pada masa kehidupan mereka saja akan tetapi Baginda Nabi menjelaskan pada kita bahwa ketika mereka sudah meninggal pun seorang anak masih bisa berbakti dan mencari keberkahan pada mereka.

Adapun caranya adalah meniatkan ibadah kita dengan nama mereka. Ibadah yang dijelaskan seperti shalat, sedekah, puasa, dan juga ibadah haji. Caranya adalah ketika kita melakukan amal ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan haji maka kita meniatkannya untuk kedua orangtua kita. Yakni kita yang beramal dan pahalanya untuk kedua orangtua kita.

Namun ternyata pahalanya selain sampai pada kedua orangtua, kita pun bisa mendapatkan pahala yang sama dan bahkan Allah swt akan menambahkan kebaikan pada kita yang tidak terhitung. Sungguh sebuah kabar yang snagat luar biasa.