Riwayat Al-Mahdi tanpa Penggalan “Nama Ayahnya Sama dengan Nama Ayahku” dari Jalur Hudzaifah bin Al-Yaman

Pembahasan kali ini masih seputar syubhat yang dilontarkan oleh Ibnu Taimiyah terkait riwayat karakteristik Imam Mahdi. Dimana ia mengklaim bahwa riwayat tersebut telah mengalami penghapusan sebagian matannya, yakni yang menyatakan nama ayah Imam Mahdi dengan tujuan bahwa hal tersebut menjadi pembenaran bagi keyakinan kelompok Syiah.

Seperti yang telah kita kaji dalam tulisan-tulisan sebelumnya, bahwa ternyata apabila kita merujuk kembali pada sumber sumber hadis yang ada untuk mengkaji karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh Imam Mahdi dari lisan Nabi Saw, kita akan mendapati dua kelompok riwayat.

Pertama adalah riwayat yang meyebutkan bahwa Nabi Saw hanya mengabarkan terkait nama Imam Mahdi saja yaitu Muhammad. Sementara yang kedua adalah riwayat yang selain menyebutkan namanya seperti nama Nabi, juga menjelaskan bahwa nama ayahnyapun sama seperti nama ayah Nabi Saw yaitu Abdullah.

Hasilnya tentu berbeda meskipun keduanya sama dalam hal menyatakan bahwa ia bernama Muhammad dan dari keturunan Nabi Saw. Berdasarkan kelompok riwayat pertama, ciri-ciri ini meliputi setiap keturunan Nabi Saw yang bernama Muhammad, sementara kelompok kedua riwayat meliputi setiap keturunan Nabi Saw yang bernama Muhammad dan ayahnya bernama Abdullah. Sehingga dapat kita lihat di sini bahwa kelompok pertama dari riwayat memiliki cakupan yang lebih luas, dan dalam hal ini meliputi kepercayaan Syiah yang berdasarkan dalil yang mereka yakini, bahwa Imam Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari As (imam ke-11).

Setelah kita amati, riwayat-riwayat tanpa penggalan yang menyebutkan ayah Imam Mahdi ini memiliki beberapa jalur. Pada tulisan-tulisan sebelumnya telah disebutkan dari jalur Abu Hurairah dan Ibnu Mas’ud. Kali ini penulis akan membawakan riwayat dari jalur Hudzaifah bin al-Yaman, seperti berikut ini:

Dalam kitab Uqad al-Durar fi Akhbari al-Muntadhar karya al-Muqaddasi al-Syafi’i, Dakha’iru al-Uqba fi Manaqib Dzawi al-Qurba karya Muhibuddin al-Thabari serta al-Manar al-Munif fi al-Shahih wa al-Dha’if karya Muhammad bin Abu Bakar al-Hanbali dinukil riwayat:

“Dari Hudzaifah Ra, berkata: Rasulullah Saw berkhotbah pada kami, ia menyebutkan pada kami dengan sesuatu yang akan terjadi, kemudian ia berkata: ‘Seandainya tidak tersisa dari dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah Swt akan memanjangkan hari itu sampai ia mengutus di dalamnya seorang laki-laki dari keturunanku, namanya adalah namaku.’ Kemudian Salman al-Farisi Ra berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah dari putramu yang mana ia? Nabi Saw berkata: ia dari putraku ini. Kemudian Nabi Saw menepukan tangannya pada Husein As.”[1]

Kesimpulannya, keberadaan riwayat tanpa penggalan yang menyebutkan nama ayah Imam Mahdi ini diakui oleh para ulama, bahkan dinukil dalam kitab-kitab yang mereka tulis. Hal ini tentunya secara tidak langsung membatalkan klaim sepihak yang dilemparkan Ibnu Taimiyah terhadap Syiah.

[1] al-Muqaddasi al-Syafi’I, Uqad al-Durar fi Akhbari al-Muntadhar, jil: 1, hal:82-83, cet: Maktabah al-Manar. Muhibuddin al-Thabari, Dakha’iru al-Uqba fi Manaqib Dzawi al-Qurba, jil: 1, hal: 162, cet: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut. Muhammad bin Abu Bakar al-Hanbali, al-Manar al-Munif fi al-Shahih wa al-Dha’if, jil: 1, hal: 147-148.