Kitab Raudhat al-Muttaqin, Kifayat al-Atsar Serta Man La Yahduruh al-Faqih dan Riwayat Tentang Garis Keturunan Imam Mahdi As

Telah disebutkan banyak riwayat dan hadits seputar Imam Mahdi As. Namun sejauh ini, riwayat yang dipaparkan masih berkutat pada literatur Ahlussunnah, untuk itu pada beberapa tulisan kedepan akan dimuat berbagai riwayat tentang Imam Mahdi As dari sumber mazhab Syiah.

Pemaparan hadits-hadits ini bertujuan menepis anggapan segelintir orang atau kelompok yang berkeyakinan bahwa hadits tentang Imam Mahdi hanya sedikit dan kedudukannya juga tidak sampai pada tingkatan sahih.

Berkaitan dengan hadits dalam literatur kitab hadits Ahlussunnah telah dipaparkan berbagai komentar para pembesar mazhab tersebut dalam berbagai tulisan sebelumnya.

Oleh karena itu tulisan kali ini dan beberapa seri berikutnya menjadi giliran sumber mazhab Syiah yang akan menyajikan kajian seputar topik Imam Mahdi As.

Mengingat hadits yang berkaitan dengan pembahasan Imam Mahdi memiliki cakupan yang sangat luas, maka pembahasannya akan dikelompokkan pada beberapa tema.

Hadits-hadits kali ini adalah berbagai riwayat yang bertemakan nasab serta garis keturunan Imam Mahdi As.

Di dalam sebuah riwayat dari Imam Muhammad al-Jawad, nasab dan keturunan beliau dinyatakan sebagai berikut:

“Dan di dalam hadits sahih dengan sembilan jalur dari Abi Hasyim al-Jafari, dari Abi Ja’far al-Tsani Muhammad Taqi al-Jawad As ia berkata: Amirul Mukminin datang bersama Hasan bin Ali (as) seraya bersandar di tangan Salman. Ia masuk ke dalam Masjidil Haram kemudian beliau duduk, seorang laki-laki tampan dan berpakaian rapi maju ke depan dan menyapa Amirul Mukminin. Imam menyambutnya. Setelah duduk ia berkata:

Wahai Amir al-Mu’minin, saya akan mengajukan tiga pertanyaan kepada Anda. Jika Anda menjawabnya……….lalu Amirul Mukminin menghadap kepada Imam Hasan dan berkata jawablah pertanyaannya……………

…….. Laki-laki itu lalu berkata (setelah mendapat jawaban dari Imam Hasan As): aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku senantiasa bersaksi akan hal itu. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan senantiasa bersaksi akan hal tersebut. Aku bersaksi bahwa engkau adalah Washi Rasul-Nya dan dengan hujjahnya engkau melaksanakan urusannya. Ia menunjuk Amirul Mukminin. Dan aku senantiasa bersaksi akan hal itu. Dan aku bersaksi bahwa engkau adalah wasinya dan dengan hujjah engkau melaksanakan urusannya. Ia menunjuk kepada al-Hasan As. Dan aku bersaksi bahwa Husain bin Ali adalah washi ayahmu (ayahnya) dan dengan hujjah melaksanakan urusannya…………. Dan aku bersaksi atas seorang laki-laki dari keturunan al-Hasan (al-Askari) bin Ali di mana sebelum kemunculannya (zuhur) di muka bumi, ia tidak boleh dipanggil dengan kuniah serta namanya. Kemudian ia akan memenuhinya dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman. Ia adalah pelanjut urusan al-Hasan (al-Askari) bin Ali.[1]”

Riwayat ini dengan jelas menyebutkan semua nama para imam yang dua belas lengkap dengan garis keturunannya. Dan tidak ketinggalan dengan imam terakhir; Imam Mahdi yang disebutkan dengan seorang laki-laki dari keturunan al-Hasan.

Di dalam kitab kifayat al-Atsar juga ada riwayat yang menyebutkan tentang nasab dan nama ayah Imam Mahdi As:

“ al-Husain bin Ali menyampaikan hadits kepada kami, …. ……. Dari Hisyam, ia berkata: aku sedang bersama dengan al-Shadiq Ja’far bin Muhammad ketika Muawiyah bin Wahab dan Abdul Malik bin A’yun datang. Lalu Muawiyah bin Wahab berkata kepadanya: …..

…. Dan setelah itu adalah mengenal imam, yang karakter dan namanya diikuti baik dalam kesulitan maupun suka cita. Dan pengetahuan terendah seseorang terhadap imam adalah meyakini bahwa selain dalam hal kenabian, dia sama dengan Nabi dan merupakan ahli warisnya; Dan bahwa ketaatan kepadanya adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tunduk kepadanya dalam segala hal, mengembalikan urusan kepadanya serta mendengarkan ucapannya.

Dan dia harus tahu bahwa setelah Rasulullah, Ali bin Abi Thalib (saw) adalah Imam, dan setelah dia Hasan, lalu Husein, lalu Ali bin Al-Hussein, lalu Muhammad ibn Ali, dan setelah dia aku, dan setelah saya Musa putra saya, dan setelah dia putranya Ali dan “Setelah dia, Muhammad putranya, setelah dia, Ali putranya, kemudian putranya Hasan dan kemudian al-Hujjah putra Hasan.[2]“

Di dalam riwayat ini sebagaimana riwayat sebelumnya, Imam Ja’far al-Shadiq menyebutkan nama para imam begitu juga dengan garis keturunan mareka. Dan Imam Mahdi juga disebutkan sebagai keturunan Imam Hasan al-Askari.

Syaikh Shaduq di dalam kitab Man La Yahduruhu al-Faqih mencatat hadits berikut:

“Abdullah bin Jundab meriwayatkan dari Musa bin Ja’far As, bahwa beliau bersabda: engkau mengucapkan di dalam sujud syukur: Ya Allah aku bersaksi kepada-Mu, para malikat, nabi-nabi dan rasul-rasul-Mu serta seluruh makhluk-Mu bahwa engkau adalah Tuhanku, Islam agamaku, Muhammad nabiku, dan Ali, Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, Musa bin Ja’far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali dan al-Hujjah (Mahdi) bin al-Hasan bin Ali, adalah para imamku. Aku menjadikan mereka sebagai wali dan berlepas diri dari musuh-musuh mereka.[3]”

Riwayat ini dan riwayat-riwayat sebelumnya, dengan sangat jelas menginformasikan identitas para imam yang berjumlah dua belas orang. Di samping itu, garis keturunan mereka juga dimuat dengan gamblang. Dan terakhir Imam Mahdi As juga disebutkan sebagai putra Imam Hasan al-Askari dari jalur Imam Husain As.

[1] Al-Majlisi Muhammad Taqi, Raudhat al-Muttaqien, hal: 601- 603, cet: Bunyad-e Farhangg-e Eslami Haj Muhammad Husain Kusyanpour.

[2] Qommi al-Razi, Ali bin Muhammad, Kifayat al-Atsar fi al-Nash Ala al-Aimmah al-Itsna Asyar, hal: 370- 373, cet: Negaresy, Qom, pertama, 1430 H.

[3] Syaikh Shaduq, Abu Ja’far Muhammad bin Ali, Man La Yahduruh al-Faqih, jil: 1, hal: 232-233, cet: Muassasah al-Al-’lami li al-Mathbuat, Beirut, pertama, 1406 H/ 1986 M.