Riwayat Seputar Kewajiban Pengikut Mazhab Syiah Di Zaman Ghaibah Dalam Kitab Al-Kafi dan Al-Imamah Wa Al-Tabshirah Min Al-Hairah

Sebagaimana telah dijelaskan pada beberapa seri sebelumnya bahwa ada banyak riwayat shahih berkaitan dengan Imam Mahdi As yang dapat ditemukan di dalam literatur-literatur hadits; baik Sunni maupun Syiah.

Riwayat-riwayat ini mengusung berbagai tema yang beragam seputar Imam Mahdi As. Ada yang memuat tentang garis keturunannya, ada seputar ke-ghaibannya dan ada juga tema lainnya.

Pada tulisan singkat kali ini akan dimuat beberapa hadits shahih lainnya dengan tema tugas serta kewajiban para pemeluk mazhab Ahlulbait di zaman keghaiban Imam Mahdi As.

Syaikh Kulaini di dalam kitabnya al-Kafi memuat hadits berikut:

“ Ali bin Ibrahim dari ayahnya, dari Ibn Abi Umair dari Abi Ayyub al-Khazzaz, dari Muhammad bin Muslim, ia berkata: aku mendengar Abu Abdillah bersabda: jika kalian mendapatkan kabar tentang ke-ghaiban pemilik urusan ini (Imam Mahdi) maka janganlah kalian mengingkarinya.”

Dan di dalam riwayat lainnya; masih di dalam kitab yang sama:

“sekelompok dari sahabat kami, dari Ahmad bin Muhammad, dari Ali bin al-Hakam, dari Abi Ayub al-Khazzaz, dari Muhammad bin Muslim, ia berkata: aku mendengar Abu Abdillah bersabda: jika sampai kepada kalian (kabar) ke-ghaiban pemilik (urusan) kalian, maka janganlah kalian mengingkarinya.[1]”

Di dalam riwayat ini dijelaskan bahwa pengikut mazhab Ahlulbait memiliki kewajiban untuk meyakini ke-ghaiban Imam Mahdi As. Dan jika waktunya telah tiba serta beritanya telah sampai, maka mereka diperintahkan untuk tidak mengingkari hal tersebut.  

Di dalam kitab al-Imamah wa al-Tabshirah Min al-Hairah juga dimaut riwayat yang menjelaskan tentang tugas dan kewajiban para pengikut Syiah di masa ke-ghaiban Imam Mahdi As:

“ Muhammad bin al-Hasan al-Shaffar ……. Dari Abdullah bin Sinan, ia berkata: aku dan ayahku masuk menemui Abu Abdillah As. Lantas beliau bersabda: bagaimana keadaan kalian jika berada dalam suatu situasi di mana kalian tidak dapat menyaksikan imam petunjuk, tidak ada bendera (tanda) yang dapat dilihat dan tidak selamat darinya kecuali yang berdoa laksana orang yang sedang dalam keadaan tenggelam?

Ayahku bertanya: jika terjadi kegelapan ini, apa yang mesti kami lakukan?

Beliau bersabda: engkau tidak akan mendapati keadaan tersebut. Jika hal itu terjadi, maka berpeganglah dengan apa yang ada di tangan kalian sampai permasalahan tersebut menjadi jelas bagi kalian.[2]”

Di dalam riwayat ini dijelaskan bahwa kewajiban pengikut mazhab Syiah lainnya di zaman ke-ghaiban adalah menjalankan apa yang mereka miliki dari apa yang telah dijelaskan oleh para imam kepada mereka.

Tiga riwayat di atas, yang diperoleh dari dua kitab hadits Syiah, tentu saja menambah jumlah riwayat shahih yang memuat tentang sosok Imam Mahdi As.

Hal ini semakin mempertegas sanggahan atas anggapan yang menyatakan tidak ditemukannya riwayat shahih di dalam riteratur Syiah seputar Imam Mahdi As.

Karena sebagaimana dapat dilihat sendiri oleh para pembaca sekalian melalui tulisan ini serta tulisan-tulisan sebelumnya, ternyata ada banyak riwayat shahih yang dapat ditemukan di dalam kitab-kitab hadits Syiah yang memuat tentang Imam Mahdi As dengan berbagai temanya.  

[1] Kulaini, Muhammad bin Ya’qub Ushul al-Kafi, jil 1, hal: 338- 340, cet: Dar al-Taaruf Li al-Mathbuat.

[2] Muhammad bin Ali bin Babawaih, al-Imamah wa al-Tabshirah Min al-Hairah, hal: 98, cet: Muasasah Al al-bait Li Ihya al-Turats.