Falsafah Doa Menurut Ayatullah Makarim Shirazi (Part 2)

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas falasafah berdoa menurut Ayatullah Makarim Shirazi. Beliau adalah seorang ulama yang telah sampai pada derajat Mujtahid dan juga beliau telah berhasil menulis sebuah kitab tafsir bernama al-Amtsal bersama timnya.

Rintihan

Hakikat doa adalah berdoa diiringi dengan rintihan yakni seorang insan merintih sedemikian rupa seperti meyakini bahwa tidak ada yang bisa menolongnya kecuali Allah swt. Maka dari itu seharusnya kita berdoa kepada Allah dengan merintih.

ادْعُوا رَبَّکمْ تَضَرُّعاً وَ خُفْیةً

“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan cara merintih dan di tempat yang sepi.” (Biharul Anwar, jild 89, hal 181)

(تَضَرُّع) yakni bermakna berdoa, meminta secara terang-terangan, dan menunjukan kerendahan. Ketika seorang insan mendapatkan kesulitan yang mana kesulitan tersebut telah membebani pundaknya maka pada waktu itu ia akan mengutarakan segala yang ada di hatinya dan ia akan merintih di sisi Allah swt.

Ini menunjukan bahwa kita harus menuju Allah swt dengan khusyu, tawadhu, dan rendah hati. Hakikatnya seseorang yang berdoa tidak boleh hanya melantukan lirik-lirik doa saja akan tetapi ia pun harus membuat ruhnya menjerit karena memahami apa yang sedang disampaikannya. Yakni lidah hanya sebagai pengungkap dan ruh sebagai inti juga perwakilan dari setiap anggota badan ketika berdoa.

Terdapat hadits dari Baginda Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda,

اَفْزَعُوا اِلَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ فِی حَوائِجِکُمْ، وَ الْجَاؤُوا اِلَیهِ فِی مُلِمَّاتِکُمْ، وَ تَضَرَّعُوا اِلَیهِ، فَاِنَّ الدُّعاءَ مُخُّ الْعِبادَةِ

“Mintalah pertolongan pada Allah swt untuk setiap hajat dan ketika mendapatkan masalah-masalah. Berlindunglah pada-Nya ketika dalam keadaan sulit. Dan merintihlah di hadapan-Nya karena doa adalah inti dari ibadah.” (Biharul Anwar, jild 90, hal 302)