Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Muhammad Baqir Shadr dan Ja’far Subhani: Sains tidak Melihat Umur Panjang Sebagai Hal yang Mustahil

1 Pendapat 05.0 / 5

Masih menjawab syubhat seputar topik Mahdawiyah, seri kali ini akan melanjutkan pembahasan tentang kemungkinan seseorang untuk memiliki umur yang panjang; di mana hal tersebut dianggap telah keluar dari rambu-rambu batas umur pada umumnya.

Untuk menjawab syubhat ini, permasalahan tersebut akan dilihat dari sisi kemungkinan hal tersebut dimata sains dan ilmu pengetahun.

Tepatnya, perlu dilihat apakah berumur panjang sampai ribuan tahun, masuk dalam kategori sesuatu yang mungkin atau mustahil di mata sains atau tidak.

Tentu saja seorang saintis tidak akan memilih kategori kedua, karena yang sejauh ini dapat dipahami oleh para ilmuan adalah belum ditemukannya formula atau teori-teori yang dapat memanjangkan umur manusia sampai ribuan tahun.

Ketidakmampuan para ilmuan saintifik untuk menemukan formula ataupun rumusan-rumusan untuk hal tersebut bukan berarti mengindikasikan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang mustahil.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan menjadikan planet Mars sebagai hunian. Sekalipun sejauh ini hal tersebut belum dapat direlisasikan oleh para ilmuan moderen, itu bukan berarti bahwa mengejawantahkan ide tersebut merupakan sesuatu yang mustahil.

Kesimpulan yang dapat diutarakan oleh para saintis sejauh ini hanya berupa pernyataan bahwa kami belum mampu menemukan teorinya, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti hal tersebut dapat diwujudkan.

Kesimpulan ini menunjukkan bahwa memanjangkan usia manusia sampai ribuan tahun merupakan sesuatu hal yang mungkin saja direalisasikan sekalipun sejauh ini para ilmuan belum dapat menemukan teori ataupun resep yang tepat untuk hal itu.

Demikian Syahid Baqir Shadr melihat hal tersebut di dalam bukunya:

“Arti dari kemungkinan ilmiah adalah bahwa sekalipun secara praktis dengan sarana yang ada dewasa ini tidak mungkin bagi Anda dan saya untuk melakukan sesuatu, akan tetapi ilmu pengetahuan yang selalu mengalami perkembangan, tidak melihat adanya alasan untuk menolak kemungkinan atau terjadinya dalam kondisi dan situasi tertentu. Mengenai manusia yang pergi ke planet Venus umpamanya, tidak ada dalam sains yang membatalkan kemungkinannya. Bahkan argumen dan diskusi yang ada saat ini menunjukkan kemungkinannya, meskipun hal ini tidak mungkin bagi saya atau Anda saat ini. Karena apa yang membuat perbedaan antara pergi ke Venus dan pergi ke bulan tidak lain adalah jarak. Dan tidak ada perbedaan di antara itu, kecuali bahwa itu lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak usaha. Dan itu karena Venus lebih jauh dari bulan, jadi naik ke Venus secara ilmiah mungkin, meskipun dalam praktiknya, pada saat ini, itu tidak mungkin.[1]

Syaikh Ja’far Subhani di dalam bukunya juga mengamini apa yang disampaikan oleh syahid Baqir Shadr di atas:

“Selain itu, apa yang telah dibuktikan dalam ilmu eksperimental; bahwa jika seseorang mematuhi aturan kesehatan, adalah mungkin baginya untuk memiliki umur panjang. Dan lebih cepatnya kematian manusia bukan dikarenakan tidak adanya faktor untuk memiliki umur panjang, tetapi lebih pada adanya hambatan yang menghalangi kelangsungan hidup. Dan jika seseorang dapat dijaga dengan obat-obatan dan perawatan khusus, hidupnya akan panjang selama yang dia inginkan.[2]”

Dari kedua penjelasan di atas dapat dipahami bahwa umur panjang yang dimiliki oleh Imam Mahdi As, tidaklah menjadi persoalan jika hal itu dikehendaki oleh Allah Swt. karena sains dan ilmu penegtahuan tidak melihat hal itu sebagai suatu persoalan yang mustahil terjadi.

Karena yang ada hari ini hanya persoalan belum ditemukannya teori atau formula yang dapat memanjangkan umur manusia oleh kalangan saintis, bukan masalah ketidakmungkinannya.

Sedangkan Allah Swt yang merupakan Zat Yang Maha Tahu dan Zat Yang Maha Kuasa, tentu saja dapat melakukan hal tersebut, sebagaimana hal itu telah dibuktikan pada sosok Nabi Nuh As.

[1] Baqir shadr, Muhammad, Bahts Haul al-Mahdi, hal: 20, cet: Dar al-Taaruf li al-Mathbuat, Beirut, ke tiga, 1397 H/ 1977 M.

[2] Subhani, Ja’far, al-Aimmah al-Itsna Asyar, hal: 157, cet: Dar Jawad al-Aimmah, Beirut, 1436 H/ 2015 M.