Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Meraih Kecintaan Ilahi

1 Pendapat 05.0 / 5

Mahabbah akar katanya adalah “hubb” yang bermakna kecintaan. Kecintaan Tuhan kepada para hamba tidak bermakna kecintaan yang dipahami secara umum oleh manusia; karena kemestian makna urf ini adalah reaksi kejiwaan yang tentu saja Tuhan suci dan terjauhkan dari sifat seperti ini. Kecintaan Tuhan kepada para hamba bersumber dari kecintaan-Nya kepada zat-Nya.

Allah Swt mencintai seluruh perbuatan-Nya dan karena makhluk-makhluk-Nya merupakan karya perbuatan-Nya maka Dia pun mencintai-Nya.

Jalan-jalan untuk meraih kecintaan Ilahi sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur’an dijelaskan dalam sifat-sifat kekasih-Nya seperti jalan-jalan kesabaran, ketakwaan, taubat, ihsan, kesucian, jihad dan perjuangan dan lain sebagainya dan manusia dapat dengan melintasi jalan-jalan ini tersifatkan dengan sifat-sifat ini dan menjadi obyek kecintaan (kekasih) Allah Swt.

Jalan-jalan Untuk Meraih Kecintaan Ilahi

1. Langkah pertama untuk menumbuhkan kecintaan dan salah satu jalan untuk sampai pada kecintaan Ilahi adalah sucinya hati dari dunia dan segala ketergantungannya serta memutuskan diri dari dunia dan bergerak menuju Tuhan. Hal penting ini tidak akan tercapai kecuali mengenyahkan segala sesuatu selain Tuhan dari dalam hati; karena hati manusia merupakan wadah yang sepanjang Anda tidak mengosongkan air darinya maka wadah tersebut tidak akan dapat menerima sesuatu yang lain. Karena Tuhan juga tidak akan pernah menerima hati yang mendua dalam diri seseorang. Rasulullah Saw bersabda, “Hubb al-Dunyâ wa HubbuLlâh la yajtamiân fi qalbin wâhid.” Kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Tuhan tidak akan pernah bergabung dalam satu hati.” Jelas bahwa apabila kecintaan Tuhan mendiami singgasana hati seseorang maka ia akan menjadi kekasih Allah Swt.
    
2. Sabar dan tabah; sabar di hadapan pelbagai kesulitan, goncangan, musibah dan lain sebagainya merupakan salah satu jalan untuk sampai pada makam qurb (kedekatan) Ilahi yang banyak ditekankan dalam al-Qur’an dan riwayat. Oleh itu para arif memiliki sifat sabar dan tabah ini; artinya bahwa orang-orang bersabar adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt.
    
3. Mengikuti Rasulullah Saw: Dengan dalil ayat suci al-Qur’an, “Qul inkuntum TuhibbunaLlah fattabi’uni yuhbibkumuLlah…” (Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Qs. Ali Imran [3]:31) Mengikuti Rasulullah Saw adalah salah satu jalan untuk meraih kecintaan Ilahi.

Ibnu Arabi dalam menjelaskan hubungan antara mengikuti Rasululullah Saw dan kecintaan kepada Allah Swt berkata, “Apabila Allah Swt memandang mengikuti Rasulullah Saw sebagai tumbuhnya faktor kecintaan kepada Allah Swt hal itu disebabkan karena Rasulullah Saw manifestasi Allah Swt di alam semesta.” Karena itu, dalam pandangan Ibnu Arabi tiada seorang pun yang dapat menjadi kekasih Allah Swt tanpa mengikuti Rasulullah Saw. Karena Rasulullah Saw mengikuti segala instruksi Ilahi. Dengan demikian, mengikuti baik pada Rasulullah Saw dan juga bagi para pengikutnya akan menstimulir berseminya kecintaan Ilahi.

4. Jihad dan berjuang; Jihad dan berjuang di jalan Allah merupakan faktor lain untuk meraih kecintaan Allah Swt. Para mujahid di jalan Allah Swt adalah para kekasih sejati Allah Swt dan mereka secara khusus menerima kecintaan khusus Ilahi. Karena mereka yang sama sekali tidak pernah ragu melakukan usaha dan upaya di jalan yang memajukan tujuan-tujuan Ilahi di muka bumi. Mereka dengan jiwa, harta dan segala sesuatu yang dimilikinya dipersembahkan di medan perjuangan antara hak dan batil. Baik di medan perang atau di medan kebudayaan, mereka mengusung perlawanan melawan musuh-musuh agama dan menjaga nilai-nilai Ilahiah. Para mujahid dan pejuang di jalan Allah Swt laksana benteng-benteng yang menghalau segala serangan dan gempuran di jalan kebenaran. Mereka menutup jalan bagi setan. Mereka tidak membiarkan kepada siapa pun mengancam agama Tuhan dan karena itulah mereka menjadi kekasih Allah Swt.
    
5. Taubat; kembali dan menyesali segala dosa-dosa yang telah dilakukan dan berpaling kepada kemurahan dan rahmat tak-terbatas Tuhan akan menyebabkan tertariknya kecintaan Tuhan. Taubat dari dosa akan kembali menumbuhkan rasa cinta dalam diri seorang hamba dan mendekatkannya kepada Allah Swt. Dan akan membuka gerbang-gerbang kecintaan dan rahmat khusus Ilahi. Dengan taubat, hamba pendosa dan ahli maksiat, melalui jalan kemurahan dan perhatian Ilahi akan berubah menjelma menjadi kecintaan dan kekasih Allah Swt. Penyusun Tafsir Rahnema meyakini bahwa salah satu tujuan adanya isyarat kecintaan Ilahi terhadap orang-orang bersuci dan bertaubat adalah motivasi kepada manusia untuk bertaubat dan bersuci.
    
6. Orang-orang berinfak; memberikan sedekah dan infak akan menarik kecintaan Allah Swt dan Allah Swt mencintai orang-orang yang berinfak. Sedekah dan infak pada hakikatnya manifestasi rasa syukur di hadapan pelbagai nikmat dan karunia Ilahi serta mematuhi perintah-Nya.
    
7. Iman dan amal saleh; iman dan amal saleh merupakan salah satu faktor untuk menyedot keridhaan dan kecintaan Ilahi; karena ganjaran Ilahi dan keselamatan terletak pada iman yang senantiasa disertai dengan amal saleh. Karena itu, iman tanpa amal tidak akan menunai ganjaran dan keselamatan. Dan ia tidak akan mendulang kecintaan Ilahi yang dapat disimpulkan dari redaksi ayat, “La Yuhibb al-Zhalimin” (Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, Qs. Ali Imran [3]:57)
    
8. Ihsan; ihsan dab berbuat kebaikan merupakan salah satu jalan lain untuk melintasi jalan kecintaan Ilahi.
    
9. Kesucian dan kekudusan; Setelah menjelaskan ibadah-ibadah seperti mandi, wudhu dan tayammum Allah Swt berfirman bahwa rahasia instruksi ini (instruksi melaksanakan ibadah) adalah supaya manusia suci dan kudus. Ma yuridullah liyaj’al ‘alaikum min haraj wa lakin yurid liyuthahhirukum..” (Allah tidak hendak menyulitkanmu, tetapi Dia hendak membersihkanmu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. Qs. Al-Maidah [5]:6) Karena itu, setiap titah yang dikeluarkan Allah Swt, baik itu firman-firman dan instruksi-instruksi ritual dan lain sebagainya rahasianya adalah kesucian ruh dan batin.

Ayatullah Jawadi Amuli menyatakan, “Adapun Allah Swt mencintai orang-orang bersabar atau orang-orang bertakwa atau orang-orang yang menegakkan keadilan, kecintaan ini pada hakikatnya bahwa tawakkal adalah pekerjaan yang menjadi kecintaan Tuhan dan orang yang bertawakkal juga menjadi kecintaan Allah Swt karena tawakkal yang dilakukannya.

Namun boleh jadi, orang-orang yang bertawakkal (mutawakkil) atau orang-orang yang bersabar (shâbir) dan sifat-sifat lainnya bukan menjadi obyek kecintaan Tuhan, namun bertawakkal dan bersabar adalah obyek kecintaan Tuhan. Akan tetapi apabila manusia tidak menginginkan sesuatu selain Tuhan dan melintasi seluruh jalan kesempurnaan maka saat itulah manusia menjelma menjadi kekasih Tuhan. Kemudian seluruh sifat dan perbuatannya menjadi obyek kecintaan Tuhan.

Apabila demikian adanya dan Allah Swt mencintai seorang manusia maka seluruh semesta akan mengasihi dan mencintainya; karena seluruh penghuni semesta mengikut pada kehendak Ilahi. Makam ini merupakan makam yang paling unggul bagi manusia. Allah Swt menjadi kekasih seseorang bukan hal yang penting. Apa yang penting adalah bahwa manusia menjadi kekasih Allah Swt.

Karena itu, apabila demikian adanya, manusia adalah kekasih Allah Swt maka seluruh perbuatannya adalah perbuatan Allah Swt. Tuturannya adalah tuturan Allah Swt dan seterusnya. Segela efek Ilahiah akan nampak nyata pada dirinya.

Dalam sebuah hadis popular qurb al-nawâfil yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa Allah Swt berfirman, “Tidak mendekati-Ku seorang hamba dari hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih dicintai dari yang Kuwajibkan kepadanya. Dan senantiasa mendekati-Ku dengan perantara amalan-amalan sunnah hingga sampai pada derajat dimana Aku mencintanya. Tatkala Aku mencintainya, dalam kondisi ini, maka Aku akan menjadi pendengaran yang dengannya ia mendengar. Menjadi penglihatan yang dengannya ia melihat. Menjadi lisan yang dengannya ia bertutur-kata. Menjadi tangan yang dengannya ia mengerjakan segala perbuatan.”

Demikian seterusnya apabila manusia telah menjadi kekasih Tuhan maka hal itu lebih tinggi dari sekedar kecintaan, Tuhan akan menjadi pecinta dan kinasihnya (Âsyiq). Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Tatkala seorang hamba menjadi kekasih Allah maka Allah Swt akan menjadikannya sebagai kekasihnya dan mecintainya. Kemudian berfirman, “Hambaku engkau adalah kekasih dan kecintaan-Ku. Aku adalah kekasih dan kecintaanmu. (Terlepas) Apakah engkau menginginkannya atau tidak.”

Kesimpulannya terdapat ragam jalan untuk sampai ke makam kecintaan Allah Swt dan memahami emanasi ini yang di antaranya adalah bersabar, bertaubat, bertakwa dan lain sebagainya. Pendeknya, meninggalkan segala yang dilarang dan menunaikan segala yang diwajibkan dan segala yang dianjurkan (mustahab).