Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hidup dengan Tuntunan Surah al-Fatihah (1)

48 Pendapat 01.1 / 5

Alquran diawali dengan sebuah surah yang disebut al-Fatihah. Terilhami darinya, pelajaran-pelajaran Alquran ini juga akan diawali dengan surah mulia tersebut. Surah al-Fatihah, sekalipun singkat, mengandung makna-makna yang sangat mendalam. Para ahli Alquran menamainya dengan Ummul Kitab, induknya Alquran. Surah ini wajib dibaca dalam setiap salat. Umat Islam sendiri minimal sehari semalam membaca surah ini sebanyak 10 kali. Bagi umat Islam di seluruh dunia, surah al-Fatihah merupakan inti sari dari keyakinan mereka. Sebab ia menjelaskan prinsip-prinsip teologis yang dianut dan diyakini umat Islam.

Mulailah dengan Nama Allah

Al-Quran diawali dengan surah al-Fatihah. Sebagaimana surah-surah lainnya (kecuali surah al-Bara’ah atau al-Taubah), surah ini diawali dengan ayat Bismillahirrahmanirrahim. Manusia muslim selalu mengawali setiap aktivitasnya dengan ucapan Bismillah. Kata-kata Bismillah ini harus keluar dari lubuk hatinya. Ketika Allah Swt dilibatkan dalam setiap kegiatan, maka hal (kegiatan) itu akan berubah menjadi kegiatan yang sangat penting. Manakala kita mengucapkan nama Allah dengan penuh keikhlasan, itu artinya kita mengakui bahwa semua yang ada di alam wujud ini semata-mata berasal dari Allah Swt. Seluruh realitas yang ada di alam ini menyerap energi dari sumbernya, yakni Allah Swt.

Jika diilustrasikan, keberadaan Tuhan ibarat sumber energi yang memproduksi aliran listrik. Aliran listrik itulah yang pada gilirannya mengakibatkan lampu bercahaya. Sekiranya sedetik saja hubungan antara pusat (sumber) pembangkit energi dan lampu-lampu pijar itu terputus, niscaya semua lampu tersebut akan padam total. Kesadaran menyeluruh (tawajjuh) kepada Allah Swt menunjukkan kualitas tauhid seseorang. Karena tidak satu pun eksistensi di muka bumi ini yang mandiri atau terlepas dari keberadaan Allah Swt. Kita berharap agar dengan menyebut-nyebut nama Allah Swt, aktivitas yang kita lakukan akan berjalan dengan baik dan lancar. Allah Swt adalah Pemilik nama yang memiliki segenap kesempurnaan sejati, sebuah hakikat yang selalu dirindukan semua makhluk-Nya, baik yang sudah atau belum mengenal-Nya.

Kata rahman dan rahim adalah turunan dari kata rahmat. Semua yang berasal dari Tuhan adalah rahmat. Sebab seluruh eksistensi atau keberadaan pada hakikatnya miskin alias tidak memiliki apa pun. Dalam hal ini, Tuhanlah yang memberikan segenap apa yang dibutuhkan. Rahmat Tuhan terbagi menjadi dua jenis. Yang satu dianugerahkan kepada seluruh makhluk tanpa kecuali, yang satu lagi hanya khusus dicurahkan kepada manusia-manusia terbaik. Rahmat Tuhan yang istimewa ini hanya dapat diraih melalui keimanan dan amal saleh. Rahmat jenis ini dapat dinikmati di dunia maupun di akhirat. Tapi di akhirat, rahmat itu akan menjadi rahmat tanpa batas dan bersifat abadi. Kata rahman dalam kalimat Bismilahirahmanirrahim adalah rahmat yang akan diberikan kepada siapa saja, sementara rahim mengacu pada rahmat yang bersifat khusus.

Segala puji bagi Tuhan semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Bismillah adalah pengakuan tulus bahwa semua keberadaan semata-mata milik Allah Swt dan segala kenyataan hanya berasal dari-Nya. Selanjutnya, setelah mengakui secara penuh ketergantungan seluruh maujud pada Tuhan, tinggallah kita memacu diri untuk memuji-Nya. “Segala puji bagi Allah” adalah kata-kata ekspresif yang berkenaan dengan keinginan seorang hamba untuk dapat memuji-Nya. Hamd umumnya dialihbahasakan sebagai sekadar pujian semata. Tetapi hakikat hamd adalah pujian sekaligus ungkapan syukur.

Dalam kata-kata hamd terkandung rasa syukur yang hanya milik Allah Swt. Tuhan adalah Rabb, yang memiliki arti lebih dari sekadar makna literalnya, yaitu Tuhan. Makna asasi kata Rabb adalah Malik, Pemilik ikhtiar, Pendidik, Pembina. Tuhan merupakan Pemilik seluruh semesta, Penguasa semua makhluk, mulai dari hewan, pohon dan segala sesuatu yang bisa disebut alam. Karena setiap partikel dari alam seperti mineral, nabati, hewani, dan manusia memiliki alam tersendiri. Tuhan juga memiliki alam sendiri, yaitu alam lahut. Setiap maujud memiliki alam sendiri, tetapi yang menguasai seluruh alam semesta adalah Tuhan.

Kalimat Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin diulang dua kali untuk menunjukkan sifat rahman-rahim-Nya. Artinya, manusia harus selalu mengakui bahwa berkat kasih-sayang Tuhanlah, seluruh alam ini tercipta.

Tuhan Pemilik Alam

Tiga ayat pertama dalam surah al-Fatihah berbicara tentang tema-tema al-Khaliq (Pencipta), asal-usul manusia dan penciptaan. Barulah kemudian ia berbicara tentang ma’ad (Hari Akhir) pada ayat keempat. Jadi, tema-tema tentang asal-usul (mabda) disandingkan dengan tema-tema Hari Akhir, seolah-olah mengisyaratkan bahwa betapa hampanya kepercayaan kepada mabda tanpa dibarengi keyakinan terhadap ma’ad. Ada orang yang memiliki kesadaran tentang dari mana dirinya berasal, tetapi tidak tahu mau ke mana. Sebab, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak mungkin menciptakan semua keberadaan, tapi tidak menentukan arah perjalanan hidupnya. Karena setiap makhluk akan mengalami kebuntuan jika tanpa tahu akhir dari perjalanan misterius ini. Karena itulah, Allah Swt langsung berbicara tentang sebuah perjalanan panjang, juga akhir darinya, setelah sebelumnya berbicara tentang asal-usulnya (perjalanan).

Malik artinya sosok yang memiliki. Saat mengarahkan wajah dan pandangan ke kiblat untuk menunaikan salat sambil mengumandangkan kata-kata Maliki yawmiddin, kita harus menyadari betul bahwa alam itu diciptakan Allah Swt. Dialah Penguasa alam ini dan kita pasti akan kembali kepada-Nya. Dialah Raja Hakiki alam di balik alam dunia ini. Dia bukan manusia yang sekarang memiliki tetapi suatu saat kelak akan kehilangan miliknya. Allah Swt adalah Pemiliknya karena Dia merupakan Penciptanya.