Pesan Muslim bin Aqil dan Madrasah Karbala pada Kita

Ketika memasuki tahun baru Islam, ada golongan yang menyambutnya dengan gembira dan bersorak ria. Tapi ada juga kelompok yang menyambut dengan mengikuti majelis majelis duka, yang di dalamnya diceritakan pahlawan-pahlawan Karbala, dan hal ini sebagai bentuk cinta kepada Al Husain dan keluarganya.

Lantas, kenapa kita harus mengikuti majelis majelis al-Husain dan apa yang kita cari di dalamnya?

Syekh Ahmad Badruddin Hassoun berkata “Hari Asyura adalah hari di mana kita harus memperbaharui sikap kita. Ketika kita disuguhkan dua hal yang berbeda antara hak dan batil, mana yang harus kita pilih? Di hari Asyura, Allah telah memenangkan kebenaran atas kebatilan, Allah telah memenagkan Musa atas Firaun dan Allah telah memenangkan Imam Husain atas Yazid, dan dia (Yazid) adalah firaun umut ini”.

Muslim bin Aqil

Ibn Kutaibah mengatakan di antara anak anak Aqil, Muslimlah yang paling pemberani. Muslim pernah ikut di perang Siffin dan Imam Ali menugaskannya untuk memimpin sebuah pasukan.

Alasan Imam Husain mengutus Muslim bin Aqil sebagai dutanya ke Kufah, karena dia adalah saudara dan orang kepercayaan beliau.

Muslim ke Kufah sebagai perwakilan Imam Husain untuk menyeru undangan orang orang Kufah yang hendak berbaiat kepada beliau dan sudah muak dengan penguasa di sana. Namun pada akhirnya orang-orang itu malah mencampakkan Muslim sendirian.

Pengikut sejati dan sang pecinta adalah orang yang akan beramal seperti orang yang dicintainya. Imam Ali berkata “Sesiapa yang mencintai kami (Ahlul Bait) maka hendaknya beramal seperti kami.” Ketika kita mengaku sebagai pecinta sejati, maka tidak akan ada artinya jika kita tidak membuktikan secara nyata.

Muslim sudah membuktikan sebagai pecinta sejati terhadap Ahlulbait, bahwa mereka adalah hujah Allah di muka bumi. Keyakinan ini dipegang teguh hingga detik-detik akhir hayatnya.

Di Kufah ada 18 ribu orang yang berbaiat kepada Muslim. Namun ketika nyawa mereka terancam, Muslim pun ditinggalkan seperti orang asing. Padahal, utusan Imam Husain ini awalnya sangat dinanti-nanti kedatangannya, tapi di waktu yang sama, mereka meninggalkannya.

Ribuan orang itu tidak bisa membuktikan pengakuan cintanya terhadap Imam Husain dengan mengikuti Muslim bin Aqil. Sehingga, utusan Imam Husain ini harus terbunuh dan menjadi korban dari orang-orang licik Kufah.

Karbala Madrasah Besar

* Karbala mengajarkan kesababaran Ketika sayyidah Zainab berkata “Aku tidak melihat ini selain keindahan.”
     
* Karbala mengajarkan cinta syahid Ketika Ali Akbar bertanya kepada Imam Husain “Apakah kita berada di jalan kebenaran?” “Benar” jawab Imam Husian, Ali Akbar pun berkata “… Jika aku berada di dalam kebenaran, maka aku tidak lagi mempedulikan kematian.”

Karena sebenarnya, ketika orang berjalan di jalan kebenaran, dia tidak pernah mati. Tapi betapa banyak orang masih hidup di muka bumi ini, mereka bagaikan orang mati, dan setelah datang kematian, barulah sadar bahwa dia tertidur selama di dunia.

“النَاس نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوا انتَبَهُوا”

“Manusia itu tertidur dan ketika mati barulah tersadar”

* Majelis-majelis Imam Husain bukanlah majelis cengeng belaka, melainkan majelis tangisan yang melahirkan kekuatan, sehingga membuat takut musuh-musuh Allah. Layaknya Hizbullah dan revolusi islam Iran, yang lahir dari tangisan kepada Imam Husain.

* Karbala juga mengajarkan kepada kita tentang ketaatan kepada imam zaman kita.

“مَنْ ماتَ وَ لَمْ يَعْرِفْ إمامَ زَمانِهِ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة”

“Sesiapa yang mati dan tidak mengenal imam zamannya, maka mati seperti matinya orang jahiliah”

Dan bentuk penantian kepada Imam Zaman kita dengan selalu bersama menjaga persatuan, karena itulah kunci kemenangan. Meskipun kita memiliki perbedaan dalam ranah pemahaman, tapi itu tidak bisa menjadi alasan untuk membenci satu sama lain.

“وَاعتَصِموا بِحَبلِ اللَّهِ جَميعًا وَلا تَفَرَّقوا . . .”

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai . . .”

Pembuktian Cinta Kepada Imam Husain As.

Ketika kita mengaku mencintai Imam Husain, maka sedikit demi sedikit sudah harus mengikuti jejaknya. Seperti beliau dalam melaksanakan salat, walapun di tengah tengah peperangan, beliau masih salat di awal waktu.

الامام جعفرالصادق (ع) “لاینال شفاعتنا من استخف الصلاة”

Imam Ja’far Shodir berkata “Syafaat kami tidak akan sampai kepada orang yang terlalu menganggap enteng sholat”

Pembuktian pengikut sejati yang lainnya menurut Imam Shadiq adalah ketika orang-orang yang diberikan keluasan harta oleh Allah, mereka membantu kepada yang lainnya.