Serakah, Penyakit Jiwa yang Menghancurkan

Tentang Kebutuhan Hidup

Dalam kehidupan ini, kita dikelilingi oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang mencengkeram kita dengan kuat sejak hari kita dilahirkan. Sebagian kebutuhan ini, seperti makanan, pakaian, dan tempat berteduh, merupakan kebutuhan dasar, dan pemeliharaan sistem kehidupan bergantung padanya. Kebutuhan dasar itu adalah alami dan harus dipenuhi secara permanen. Jenis kebutuhan lainnya tidak hakiki, terus berubah-ubah, dan tak dapat dipenuhi secara total. Menurut motif yang alami dan rasa butuh, manusia mencari uang dan berjuang dengan segala daya melawan segala permasalahan dan kesulitan yang mungkin menghadangnya untuk beroleh uang lebih banyak, karena, bagi kebanyakan orang, kekayaan adalah keindahan hidup.

Secara alami, kondisi manusia bervariasi dalam bidang ini. Misalnya, apabila seseorang tercengkeram oleh kemiskinan dan kelemahan, ia akan mencari rezeki dengan segala daya dalam usaha untuk melepaskan diri dari kemiskinan yang mencengkeramnya. Apabila seseorang telah beroleh kekayaan, ia menjadi sombong dan angkuh seakan-akan ada hubungan langsung antara kekayaan dan kesombongan. Akhirnya, apabila seseorang telah beroleh kekayaan dan keamanan diri, ia teracuni oleh rasa sombong dan puji diri, dan hasutan jahat bergejolak tak berkeputusan dalam pikirannya.

Kehidupan mengambil berbagai bentuk, tergantung pada cara bagaimana orang memandangnya, karena kemampuan orang menalar berbeda-beda. Misalnya, banyak orang tidak menyadari kebenaran, atau tidak mencapai tahap di mana ia dapat membedakan antara yang aman dan berbahaya. Menyadari fakta kehidupan dan mencapai keadaan berbahagia memerlukan pengetahuan yang tepat tentang rahasia-rahasia kehidupan, terutama rahasia “mengenal diri sendiri” yang hanya dapat dilakukan dalam wilayah akal dan logika.

Manusia harus mengerti bahwa di dunia ini ia harus berusaha mencari kebahagiaan. Ia harus memilih jalan yang aman untuk dapat maju menurut kebutuhan alami dan tuntutan rohaninya sambil mengelakkan diri dari hal-hal yang menghalangi pertumbuhan realistis dari kepribadian. Namun, keberhasilan dan kebahagiaan tidak berarti bahwa seseorang harus terus-menerus mengatasi orang lain dalam memanfaatkan sumber-sumber material, karena hal-hal material bukanlah tujuan utama dalam kehidupan, dan manusia tak boleh melanggar tapal batas moralitas dan takwa demi keuntungan material.

Suatu masyarakat yang memberikan prioritas pada urusan material, tak mungkin cenderung kepada moralitas yang menuntut ketaatan sepenuhnya kepada hukum-hukum kehidupan. Orang yang mengesampingkan segala urusan selain ekonomi dalam perjuangan dari hari ke hari, tak dapat berpegang pada hukum-hukum alami kehidupan. Tak syak bahwa moralitas mengantarkan kita kepada kebenaran dan mengatur kegiatan fisik dan psikologis kita sesuai dengan sistem kemanusiaan. Keutamaan moral dapat dibandingkan dengan mesin kuat yang berfungsi secara mestinya. Perpecahan dalam masyarakat hanyalah akibat imoralitas.

Tujuan hidup yang sejati ialah untuk mencapai kemuliaan rohani. Keutamaan rohanilah yang paling penting dan berharga yang dapat diraih manusia. Orang yang mempertahankan jiwanya dalam khazanah rohani, kurang memerlukan dunia ini, karena ia memperoleh kepuasan rohani dalam bayangan kerohanian yang menyertainya selama sisa hidupnya. Orang semacam itu sama sekali tak akan mau menukar kekayaan rohaninya dengan keuntungan material.