Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pemberontakan Penduduk Madinah Terhadap Pemerintahan Yazid Pasca Tragedi Karbala (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

2) Karbala dan kesyahidan Imam Husain a.s.

Sekembalinya dari peristiwa Karbala, Imam Ali Zainal Abidin a.s. memberikan khotbah dan kata-katanya memiliki efek yang kuat pada penduduk Madinah. Selain itu, Sayidah Zainab Kubra dan perempuan lainnya, semua ibu yang telah kehilangan anak-anaknya dalam peperangan melawan Yazid, memberikan pidato publik dan menggambarkan secara rinci apa yang telah terjadi di Karbala. Setiap korban menjelaskan peristiwa Asyura dan apa yang terjadi di Karbala. Mereka juga memberikan cerita komprehensif tentang apa yang terjadi pada para tawanan dalam perjalanan dari Kufah ke Syam dan pertemuan mereka dengan Yazid. Semua berita ini memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Madinah.

Ketika Basyir bin Jadzlam membawa berita tentang kesyahidan Imam Husain a.s. dan pengarakan tawanan, di Madinah terasa seakan sangkakala telah ditiup mengumumkan Hari Kiamat. Kaum wanita Madinah keluar dari rumah-rumah mereka dan berjalan menuju gerbang kota. Kaum lelaki, wanita anak-anak, keluar dari rumah-rumah mereka bertelanjang kaki dan berteriak, “Ya Muhammad! Ya Muhammad! Ya Husain! Ya Husain! Ya Husain!” Sangat mirip dengan hari Nabi Saw wafat. (Maqtal Abi Mikhnaf, hal. 200)

3) Kekacauan dan perpecahan politik

Penyebab lain pemberontakan penduduk Madinah terhadap pemerintahan Bani Umayah adalah perilaku tidak bermoral dan korupsi. Abdullah bin Zubair menulis surat kepada Yazid bin Muawiyah di mana dia mengkritik Walid bin Uqbah, Gubernur dan wakil Yazid di Madinah.

Ibnu Zubair menuliskan: “Kau telah mengutus seorang manusia yang keras dan brutal kepada kami. Dia tidak memberikan sedikit pun perhatian pada apa yang benar dan adil. Dia tidak memerhatikan nasihat juga tidak mengindahkan kata-kata orang bijak. Jika kau telah mengirimkan orang yang fleksibel, kami bisa berharap bahwa pekerjaan rumit ini bisa menjadi lebih mudah.” (Nihayah al-Arab, 6/216)

Kemudian Yazid mencopot Walid bin Uqbah dari jabatannya dan menggantinya dengan Usman bin Muhammad bin Abi Sufyan. Usman juga seorang pemuda yang sombong dan tidak mampu serta tidak memiliki pengalaman. Pada masa dia menjadi gubernur Madinah peristiwa Harrah terjadi.

Akumulasi dari faktor-faktor tersebut menjadi landasan bagi suatu ledakan; satu-satunya hal yang dibutuhkan hanyalah sebuah percikan dan percikan api itu datang sebagai berikut: Ibnu Mina, representatif keuangan Yazid dan orang yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan pajak, berniat mengambil semua kekayaan yang dia kumpulkan dari Harrah hingga Syam untuk Yazid. Sekelompok pengunjuk rasa dari Madinah menghalangi jalannya. Mereka menyita semua pajak dan kekayaan yang dibawa oleh Ibnu Mina. Ibnu Mina melaporkan masalah ini ke Usman bin Muhammad bin Abi Sufyan, gubernur Madinah. Usman melaporkan masalah ini ke Yazid bin Muawiyah dalam surat yang dia kirim ke Syam. Sebagai akibatnya, Yazid terhasut melawan rakyat Madinah. Tarikh Yaqubi, 2/250)

Yazid menjadi sangat marah ketika dia mendengar berita ini. Dia berkata: “Aku bersumpah demi Allah! Aku akan mengirim tentara yang besar melawan mereka, dan dengan cara ini aku akan menghancurkan mereka di bawah kaki kuda.” (Wafa’ al-Wafa, 1/127)

Konfrontasi Langsung

Abdullah bin Hanzhalah mengajak orang-orang untuk konfrontasi dan pertempuran terakhir dengan Yazid bin Muawiyah dan seluruh Bani Umayah. Statusnya yang baik di hadapan masyarakat menjadi alasan orang-orang mempercayainya dan berhimpun di sekelilingnya. Mereka bahkan memilih dia sebagai gubernur Madinah dan membaiat kepadanya serta menggulingkan Yazid bin Muawiyah dari kekhalifahan. (Ibnu Sa’ad, al-Thabagat al-Kubra, 5/47)

Setelah ini, rakyat mengusir wakil Yazid, Usman bin Muhammad bin Abi Sufyan, dari kota Madinah. Ini terjadi pada hari pertama dari bulan Muharam, tahun 63 Hijriyah. Kemudian, mereka memenjarakan semua anggota keluarga Bani Umayah dan para pengikut mereka dari kalangan suku Quraisy di rumah Marwan bin Hakam. Namun mereka tidak membahayakan para tahanan. (Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, 4/111)

Gubernur Madinah yang digulingkan mengirim kemeja robek beserta sebuah surat ke Syam memohon bantuan. Dia menulis kepada Yazid: “Jawablah panggilan kami untuk pertolongan. Penduduk Madinah telah mendorong klan kami keluar dari kota.” (Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, 4/114)

Surat ini sampai kepada Yazid pada malam hari. Yazid segera pergi ke masjid, naik mimbar dan berseru: “Wahai rakyat Syam! Usman bin Muhammad bin Abi Sufyan, gubernur Madinah, telah menulis kepadaku dengan mengatakan bahwa penduduk Madinah telah mengusir anggota keluarga Bani Umayah dan seluruh pendukung kita keluar dari kota. Aku bersumpah demi Allah, menelan berita ini lebih sulit bagiku daripada hidup tanpa keindahan dan kenikmatan dunia.” (al-Mahasin wa al-Masawi, 1/46)

Mengirim Tentara ke Madinah

Pada awalnya, Yazid memilih Dhahhak bin Qais Fihri sebagai komandan tentara yang bertanggungjawab untuk melaksanakan serangan ke Madinah, namun dia menolak untuk menerima tanggung jawab ini. Kemudian Yazid memilih Amr bin Sa’id Ashdaq. Dia juga menolak untuk menerima tanggung jawab ini. Setelah dia, Yazid memilih Ubaidillah bin Ziyad. Namun, semua orang ini, dengan suatu cara atau cara lain, menolak untuk melaksanakan tanggung jawab ini. (Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, 5/176)

Akhirnya, seorang lelaki bernama Muslim bin Aqabah menerima untuk bertanggungjawab atas pelaksanaan serangan terhadap Madinah. Yazid mengangkatnya sebagai komandan pasukan untuk konfrontasi ini. Orang ini setuju untuk melaksanakan tanggung jawab ini terlepas dari fakta bahwa dia adalah orang buruk yang berusia di atas sembilan puluh tahun. (Al-Futuh, 3/180)