Arbain Imam Husain as, antara Ritual Agama dan Wisata

Setelah Abu Abdillah al Husain as. beserta para pemuda Ahlul Bait dan para sahabatnya gugur syahid di Karbala pada tanggal Sepuluh Muharram, keluarga beliau dan keluarga para sahabatnya yang masih hidup, seperti Imam Ali Zainal Abidin as. dan Siti Zainab, digiring dan diarak oleh pasukan Umar bin Sa’ad ke Kufah. Mereka berjalan kaki dengan tangan terbelenggu laksana budak dan tawanan yang terhina. Lapar yang menusuk perut, haus yang mencekik tenggorokan, dan sedih yang dalam menyesakkan dada menyiksa mereka.

Penderitaan mereka tidak berakhir di Kufah. Setelah untuk beberapa waktu berada di Kufah, mereka digiring dan diarak kembali dalam keadaan seperti itu, sementara di depan mereka kepala Al Husain tertancap di ujung tombak. Mereka bergerak menuju Syam yang berjarak ratusan kilo meter dari Kufah, dan memakan waktu beberapa minggu. Mereka menetap di Syam untuk beberapa hari, lalu mereka dipulangkan ke Madinah melalui Karbala. (Infografis: Perjalanan Kafilah Al-Husain dari Madinah Hingga Kembali ke Madinah)

Di Karbala ini lah mereka kembali menyaksikan jasad-jasad mulia, khususnya jasad suci Abu Abdillah al Husain as. Diriwayatkan dalam kitab Bihâr al Anwâr bahwa seorang sahabat Nabi saw. bernama Jabir bin Abdullah al Anshari ra. adalah orang yang pertama kali berziarah ke makam Imam al Husain as. setelah berlalunya empat puluh (arbain) dari kesyahidannya. Sebelum mendatangi jasad al Husain as., Jabir mandi dan berjalan tanpa alas kaki, dan tanpa penutup kepala.

Dalam kitab Lawâ’ij al Asyjân disebutkan bahwa pada saat itu Jabir berjumpa dengan keluarga Nabi saw, yang baru datang dari Syam. Jabir menemui Imam Ali Zainal Abidin as. kemudian Imam berkata kepadanya, “Ya Jabir, di sini lah laki-laki kami dibantai, anak-anak kecil kami disembelih, wanita-wanita kami ditawan dan kemah-kemah kami dibakar”.