Hadis Tentang Ujub 2

Ujub Orang-orang yang Tidak Beriman

Orang kafir, munafik, musyrik, dan atheis memiliki sifat dan watak buruk, ahli maksiat dan dosa. Adakalanya sampai pada tingkat mengagumi dan ujub dengan semua kekufuran dan keburukan itu, mengira diri mereka berjiwa bebas dan terbuka, tidak bertaqlid dan terlepas dari takhayul. Orang-orang ini memandang diri mereka sebagai manusia-manusia pemberani dan pendobrak, sembari menyangka bahwa keimanan kepada Allah Swt adalah ilusi dan kepatuhan terhadap Syariat adalah kerapuhan dan kesempitan pikiran.

Mereka menganggap sikap dan watak yang baik sebagai tanda kelemahan jiwa dan pribadi. Mereka memandang semua amal baik, ritus, dan ibadah sebagai akibat dari lemahnya persepsi dan kurangnya kecerdasan, sementara Mereka melihat diri merekalah yang patut mendapat pujian dan aplaus karena tidak meyakini khurafat dan tidak peduli pada aturan-aturan syariat.

Sifat buruk dan bejat telah berurat akar dalam hati mereka memenuhi mata dan telinga mereka, sehingga mereka melihat semua keburukan itu sebagai kebajikan dan kesempurnaan. Begitulah yang dikemukakan di dalam hadis berikut, “Ujub terdiri atas beberapa derajat, di antaranya adalah ujub yang memperindah perbuatan buruk pada manusia sehingga ia menganggapnya sebagai perbuatan baik.” hadis ini mengacu pada ayat al-Quran yang menyatakan:

“Dan bagaimana dengan orang yang diperlihatkan perbuatan buruknya sehingga ia melihatnya sebagai kebaikan? [QS. al-Fathir: 8]

Kalimat “ia merasa berbuat baik” dalam hadis di atas merujuk pada ayat-ayat berikut:

Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang merugi perbuatannya?” Orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan terhadap perjumpaan dengan-nya; maka hapuskanlah amalan-amalan mereka dan kami tidak menghitung amalan-amalan tersebut pada hari kiamat. [QS. al-Kahfi: 103-105]

Orang seperti itu yang sebetulnya adalah orang-orang bodoh yang merasa pandai, mereka adalah kelompok manusia yang paling menyedihkan dan makhluk yang paling malang. Dokter-dokter ruhani tidak akan mampu menyembuhkan mereka. Tidak ada dakwah atau nasihat yang dapat mempengaruhi mereka. Bahkan semua nasihat itu malah mungkin menimbulkan pengaruh yang bertentangan. Mereka tidak mau mendengarkan argumen apapun, mereka tidak mempedulikan bimbingan para Nabi, argumen para filosof dan ajaran orang-orang bijak. Kita harus berlindung kepada Allah Swt dari kejahatan diri dan berbagai tipu daya yang menarik manusia dari dosa kepada kekufuran dan dari kekufuran kepada ujub.

Diri [nafs] dan setan dengan meremehkan sejumlah maksiat menyeret manusia untuk berbuat maksiat. Dengan menanamkan satu maksiat ke dalam hati dan merendahkan nilai dosanya di mata kita, diri dan setan menyeret manusia untuk melakukan maksiat lain yang lebih besar daripada yang pertama. Setelah melakukan maksiat kedua ini berulang-ulang, maksiat itupun akan kehilangan bobotnya dan tampak ringan semata, sehingga ia tak ragu melawan dosa yang lebih besar lagi.Dengan begitu selangkah demi selangkah setiap dosa besar menjadi ringan di matanya dan hukum Allah diremehkan, lalu semua aturan syariat dan undang-undang Ilahi menjadi tidak berarti dihadapannya. Puncaknya pelan-pelan ia akan terseret pada kekufuran, kemurtadan dan kekaguman pada semua. Kita akan membahas ini pada bagian selanjutnya.