Kerajaan Saudi dan Awal Mula Perkembangan Wahabi

Seperti yang sudah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab mendapatkan peluang dan bantuan besar dalam gerakan dakwahnya setelah ia bertemu dengan Muhammad bin Saud sang penguasa Diriyyah. Dalam pertemuan tersebut terbentuk sebuah kerja sama yang memberikan keuntungan bagi keduanya untuk memperkuat eksistensi dan pengaruhnya di semenanjung Arab.

Peristiwa ini juga dicatat oleh Ibnu Basyar dalam kitabnya Unwanul Majd Fi Tarikhi Najd. Ia menjelaskan bahwa Muhammad bin Saud menemui Muhammad bin Abdul Wahhab di kediaman Ibnu Suwailim dan berkata: “Bersukacitalah di negeri yang lebih baik dari negeri anda, dan dalam kemuliaan dan kekuatan.” Syekh berkata kepadanya: “Saya memberi anda kabar gembira tentang kemuliaan, pengukuhan, dan kemenangan nyata, dan ini adalah kata tauhid yang diserukan oleh semua utusan. Barang siapa yang mengikutinya, bertindak sesuai dengannya, dan membantunya, akan memiliki (menguasai) dengannya negeri dan hamba-hamba…”[1]

Setelah pembicaraannya yang cukup panjang mengenai kondisi wilayah Najd yang sudah dikotori dengan kesyirikan dan kejahilan menurutnya, penggagas gerakan Wahabi itu berharap kepada Muhammad bin Saud agar menjadi seorang pemimpin yang dapat mengumpulkan kaum muslimin dan menyebarkan ajaran Islam (dakwah Tauhid). Ibnu basyar mencatat bahwa Muhammad bin Saud setelah itu meminta dari Syekh (Muhammad bin Abdul Wahhab) untuk berbaiat padanya atas hal tersebut dan tidak akan mengkhianatinya, dan ia pun akhirnya berbaiat. Dan Ibnu Saud juga mensyaratkan dalam baiatnya agar putra Abdul Wahhab itu tidak menghalanginya dalam hal pendapatannya dari penduduk Diriyyah sebagai mana yang sering dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyatnya, kemudian Syekh menjawabnya dengan doa semoga Allah menggantikannya dengan ghanimah (kekayaan) yang jauh lebih banyak dari itu.[2]

Seperti itulah hubungan yang terbangun antara Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad bin Saud. Tempat tersebut menjadi titik awal perkembangan gerakan yang digagas oleh putra Abdul Wahhab, berbeda dengan tempat-tempat lain yang mana sebelumnya ia banyak memperoleh tekanan penolakan serta kecaman dari pihak lain.

Bersamaan dengan hubungan baik dengan penguasa di wilayah tersebut dakwah yang digemakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai tersebar dan berkembang secara pesat, sehingga hal ini menarik banyak perhatian dan membuat orang-orang yang simpati dengan ajarannya berbondong-bondong berhijrah ke wilayah Diriyyah. Kemudian tempat itu pun menjadi kiblat bagi orang-orang yang ingin mempelajari serta mendalami Islam yang disuarakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Kemudian Ibnu Basyar juga mencatat bahwa Utsman bin Muammar yang merupakan penguasa di wilayah Uyainah (tempat yang di datangi Muhammad bin Abdul Wahhab sebelum memasuki Diriyyah), ketika mengetahui bahwa Muhammad bin Saud melindungi serta membantu Muhammad bin Abdul Wahhab dalam gerakannya, juga kenyataan bahwa Diriyyah menjadi tempat hijrah (kedatangan orang-orang) dan bertambahnya para pengikut putra Abdul Wahhab, ia pun menyesal dengan apa yang telah ia lalukan dengan mengusir muhammad bin Abdul Wahhab dari wilayahnya.[3]

Demikianlah sekilas langkah awal perkembangan gerakan Wahabi yang dilalui oleh Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai batu loncatan keberhasilannya dalam mempertahankan eksistensi serta pengaruh ajarannya di dalam pemerintahan Saudi.

[1] Ibnu Basyar, Utsman bin Abdullah, Unwanul Majd Fi Tarikhi Najd, jil: 1, hal: 42-43, Mathbuat Darah al-Malik Abdul Aziz.

[2] Ibid.

[3] Ibid.