Mengenal Tokoh Islam: Mullah Fazel Naraqi (1)

Jika seseorang memiliki pandangan seperti ini terhadap dirinya sendiri, maka perilakunya juga akan selaras dengan pengetahuannya ini dan tidak akan bersedia melakukan pekerjaan buruk atau berbuat salah. Imam Ali as berkata, "Orang memiliki harga diri, tidak akan pernah melakukan dosa, kehinaan dan keburukan." Ada banyak faktor yang dapat memicu harga diri atau izzah al-nafs. Salah satu faktor terpenting adalah interaksi yang dimiliki keluarga dan orang-orang di sekitarnya dengan orang tersebut selama masa kanak-kanak. Sebuah hadis dari Rasulullah Saw dan Imam Maksum as sangat menekankan untuk menjaga kehormatan dan harga diri anak-anak serta menghormatinya.

Dari sudut pandang Fazel Naraqi, mendekatkan diri kepada Tuhan dan meraih keridhaan-Nya adalah kesempurnaan tertinggi yang dapat dibayangkan bagi manusia, dan inilah tujuan ideal yang untuknya seluruh sistem keberadaan manusia harus disesuaikan dan diatur, serta nilai-nilai spiritual dan moral tidak mungkin dipisahkan dari proses pendidikan. Fadel Naraqi menganggap tazkiyatun nafs atau pembersihan diri dan jiwa harus didahulukan dari pendidikan, artinya mensucikan jiwa dari kejahatan dan keburukan sebelum mempelajari berbagai ilmu. Bahkan dia, bersama dengan banyak ulama, percaya bahwa pengetahuan yang benar hanya dapat dicapai melalui pembersihan diri. Asas lain yang ditekankan ulama Syi'ah ini adalah asas aktivitas, artinya seseorang harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran dan tidak pasif, sehingga dengan demikian pembelajaran mengarah pada transformasi kepribadiannya, bukan sekedar informasi tambahan dari sebelumnya. Di antara prinsip-prinsip lain yang diandalkan Fazel Naraqi dalam pendidikan adalah prinsip pemilihan prestasi dan memperhatikan kemampuan orang.

Dalam pembahasan analisis metode pendidikan, Fadel Naraqi menekankan pada beberapa metode khusus, salah satunya mengacu pada "metode penanaman hafalan, latihan dan pengulangan" dan menganggap metode ini cocok untuk menghafal materi dan mencapai penguasaan kognitif dan mental serta harus dilakukan sebelum mencapai kedewasaan intelektual dan kemampuan untuk memilah dan memahami atau yang menurut istilah modern, berpikir abstrak. Juga, mereka menganggap metode "dialog dan diskusi ilmiah" menjadi penyebab kebebasan berpikir dan inovasi dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan budaya.

Ulama Syi'ah terkenal ini juga menekankan efek "mencintai" dalam pendidikan dan percaya bahwa dengan memberikan konteks keakraban dan hubungan emosional, guru dapat membina anak didik dan memperkuat motivasi penanaman dan pendidikan pada siswa. Juga, mereka mengatakan bahwa itu adalah salah satu metode pendidikan yang paling efektif dan berpengaruh bagi orang tua dan guru untuk mencoba menjadi panutan yang baik bagi anak-anak mereka dengan perilaku positif dan konstruktif mereka.

Sekitar tiga puluh buku tentang puisi, fikih, usul fikih, etika dan matematika telah ditinggalkan oleh Mullah Ahmad Naraqi. Karya paling terkenal dari ulama besar ini adalah sebuah buku berjudul "Mi'raj al-Saadah" yang ditulis tentang masalah etika Islam. Mi'raj al-Saadah dianggap sebagai ringkasan dari buku Jaame' al-Saadah karya Mullah Mahdi Naraqi, ayah Mullah Ahmad.

Mullah Ahmad menilai keberhasilannya di bidang ilmu, agama dan akhlak berkat upaya dan kerja keras ayahnya serta di karya tulisnya mengikuti motedo ayahnya serta di bidang pemikiran dan kajian ilmiah juga mengaku sangat dipengaruhi oleh ayahnya. Misalnya, dalam fikih, ayahnya menulis Mu'tamad al-Syiah, dan dia menulis Mustanad al-Syiah dengan topik yang sama, tetapi dengan cara yang lebih detail dan terperinci. Mi'raj al-Saadah karya Fazil Naraqi juga ditulis dalam penyelesaian buku Jame al-Saadah, karya ayahnya sendiri.

Audiens Mi'raj al-Saadah adalah masyarakat umum dan tidak hanya ulama dan peneliti. Oleh karena itu, penulis telah mencoba untuk mengungkapkan isi dalam bahasa yang fasih dan sederhana atau jauh dari kompleksitas topik ilmiah. Sedangkan Jame al-Saadah lebih mementingkan argumentasi rasional dan memiliki bahasa ilmiah. Untuk alasan ini, Fath Ali Shah Qajar meminta Mullah Ahmad untuk merangkum buku ini dan memisahkan topik-topik penting dan membuat terjemahan yang jelas dalam bahasa Persia sehingga penutur bahasa Persia yang setia dapat mengambil manfaat darinya.

Selain memilih bahasa yang sederhana untuk buku ini, Mullah Ahmad mencampurkan isinya yang sangat penting dan ilmiah dengan khutbah dan peringatan yang penuh kasih, yang menambah keindahan dan keefektifan buku ini. Juga, sesuai dengan topiknya, ia menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat para Imam Maksum as, ucapan orang bijak dan puisi penyair yang bijaksana untuk mengekspresikan konten, yang membantu memperkaya konten dan membuatnya menyenangkan.