Kisah Ashabul Kahfi: Upaya Untuk Memahami Ma’ad (1)

Dalam masalah tidur panjang para pemuda kota Afsus (Ashabul Kahfi) yang berlangsung dalam waktu yang sangat panjang, mungkin saja akan menimbulkan keraguan pada beberapa orang dan mereka menganggap hal ini tidak relevan dengan parameter-parameter ilmiah. Oleh karena itu, mereka menempatkan peristiwa ini sederet dengan khayalan dan dongeng belaka, karena:

Pertama, usia panjang yang mencapai ratusan tahun untuk orang-orang yang bangun saja merupakan sebuah hal yang tidak rasional. Apa lagi untuk orang-orang yang tidur!

Kedua, apabila kita menerima bahwa usia sekian ratus tahun ini adalah suatu hal yang mungkin dan bisa terjadi dalam kondisi bangun, maka dalam keadaan tidur, hal ini mustahil bisa terjadi. Karena pasti akan muncul problem makan dan minum. Bagaimana mungkin orang bisa bertahan hidup selama beratus-ratus tahun tanpa membutuhkan makan dan minum? Dan seandainya untuk setiap hari hidup kita membutuhkan satu kilo makanan dan satu liter air saja, maka untuk seusia Ashabul Kahfi ini, kita harus menggudangkan lebih dari seratus ton makanan dan seratus ribu liter air, yang tentu saja ukuran sebanyak ini belum mempunyai arti.

Ketiga, apabila semua itu tidak dianggap, maka kita akan tetap dihadapkan dengan persoalan, yaitu, menetapnya tubuh dalam kondisi monoton dan itu pun untuk waktu yang sangat panjang pasti akan menyebabkan kerusakan pada organisme tubuh dan menimbulkan begitu banyak kerusakan padanya.

Pada mulanya, mungkin kritikan-kritikan semacam ini bisa mengantarkan kita kepada sebuah jalan buntu yang tidak mungkin kita tembus. Padahal, tidak demikian adanya, karena:

Pertama, persoalan usia panjang bukan merupakan persoalan yang tidak ilmiah, meskipun kita mengetahui bahwa panjangnya usia setiap makhluk hidup secara ilmiah tidak mempunyai parameter yang pasti dan paten, karena dengan kedatangan maut, sudah pasti ia akan mati.

Dengan ibarat lain, benar bahwa ketahanan tubuh manusia, bagaimanapun kuatnya, pada akhirnya mempunyai keterbatasan dan sampai pada akhir perjalanannya. Akan tetapi, klaim ini bukan berarti bahwa kondisi tubuh seorang manusia atau makhluk hidup lain tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama dari usia yang sewajarnya, seperti yang terlihat di alam natural bahwa apabila air telah mencapai suhu seratus derajat celsius, konsekuensinya adalah air akan mendidih dan pada suhu nol derajat celsius, air akan menjadi es.

Demikian pula halnya dengan manusia. Ketika ia telah mencapai usia seratus atau seratus lima puluh tahun, maka jantungnya akan berhenti melakukan aktifitasnya sehingga dengan demikian, kematian akan menghampirinya. Tidaklah demikian adanya. Parameter panjang-pendeknya usia makhluk hidup bergantung banyak pada kondisi kehidupan mereka. Karena, dengan adanya perubahan kondisi kehidupan, maka panjang-pendeknya usia makhluk hidup benar-benar bisa mengalami perubahan juga.

Terbukti bahwa dari satu sisi, tidak ada satu pun ilmuwan di dunia ini yang mampu menentukan parameter yang pasti untuk usia manusia, dan dari sisi lain, penelitian yang mereka lakukan di lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa terkadang mereka mampu mengupayakan usia sebagian makhluk hidup lebih panjang beberapa kali lipat dari usia yang semestinya. Terkadang hal itu bisa sampai dua belas kali lipat lebih lama dari usia yang semestinya. Dan bahkan, pada saat ini, mereka memberikan harapan kepada manusia bahwa di masa yang akan datang, dengan ditemukannya metode ilmiah terbaru, usia manusia bisa diupayakan hingga mencapai beberapa kali lipat dari usia yang ada sekarang. Ini sehubungan dengan panjang-pendeknya usia.

Kedua, tentang problem air dan pangan dalam keadaan tidur panjang ini, bisa dikatakan bahwa apabila tidur yang dilakukan adalah tidur biasa sebagaimana yang sering terjadi pada diri kita, maka kebenaran ada pada para pengkritik. Yaitu, hal ini tidak relevan dengan prinsip ilmiah, karena pembakaran dan pembentukan badan dalam keadaan tidur biasanya akan lebih sedikit daripada ketika dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila hal yang sama dilakukan secara kontinyu untuk tahun-tahun berkepanjangan, maka hal itu akan menjadi sangat banyak. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa di dunia natural kita ini terdapat pula jenis-jenis tidur yang dilakukan pada musim dingin di mana penggunaan makanan dalam tubuh dalam kondisi seperti ini sangatlah sedikit.

 

Penyakit Tidur Musim Dingin

Terdapat banyak jenis binatang yang pada keseluruhan musim dingin senantiasa berada dalam keadaan tidur panjangnya di mana dalam istilah ilmiahnya dinamakan dengan penyakit tidur musim dingin.

Aktifitas kehidupan pada jenis tidur semacam ini bisa dikatakan terhenti sama sekali dan hanya terdapat nyala yang amat kecil di dalamnya dan jantung seakan berhenti berdenyut. Mungkin ungkapan yang lebih tepat adalah, bahwa detakan jantung sedemikian lemahnya sehingga bisa dikatakan sama sekali tidak bisa dirasakan.

Dalam keadaan semacam ini, tubuh makhluk hidup bisa diibaratkan sebagai sebuah tanur besar yang telah padam, di mana dalam kepadamannya ini masih terdapat nyala lilin kecil yang tetap berada dalam aktifitasnya. Sangat jelas bahwa bahan makanan yang dimasak di dalam tanur yang biasanya dalam satu hari membutuhkan sekian bahan bakar untuk menghasilkan nyala api yang besar akan bisa menjadi makanan untuk puluhan atau ratusan tahun apabila dimasak dengan menggunakan nyala lilin yang amat kecil. (Tentu saja hal ini bergantung pada besar kecilnya nyala tanur dalam keadaan menyala dan dalam keadaan lilin kecil itu menyala).

Para ilmuwan dalam menanggapi masalah penyakit tidur musim dingin sebagian binatang ini berkata, “Apabila kita keluarkan seekor katak yang sedang berada dalam keadaan tidur musim dinginnya dari tempatnya, maka ia seakan-akan tampak mati, tidak ada udara dari paru-parunya, dan detakan jantungnya sedemikian lemah sehingga tidak bisa ditemukan.

Di antara binatang-binatang berdarah dingin yang mempunyai kebiasaan tidur musim dingin ini adalah sebagian kupu-kupu dan serangga. Demikian juga jenis-jenis siput tanah, binatang-binatang melata dan sebagian dari binatang menyusui (berdarah panas) pun mempunyai kebiasaan tidur musim dingin ini. Ketika mereka sedang melakukan tidur musim dingin, maka aktifitas-aktifitas kehidupan sangatlah sedikit, dan lemak-lemak yang tersimpan di dalam badan akan dimanfaatkan secara bertahap.”

Maksudnya adalah, bahwa kita mempunyai jenis tidur yang dalam kondisi tidur ini kebutuhan akan makan dan minum menjadi luar biasa sedikit dan aktifitas kehidupan hampir mendekati nol. Dan kebetulan, hal inilah yang membantu guna menghindarkan anggota badan dari kerusakan dan keletihan, serta akan mempengaruhi panjangnya usia binatang-binatang jenis ini. Pada prinsipnya, tidur musim dingin ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi sebagian binatang yang mungkin tidak mampu untuk mencari makanan pada musim dingin.

 

Penguburan Para Petapa

Berkenaan dengan masalah para petapa sering kita saksikan bahwa sebagian dari mereka diletakkan di dalam sebuah peti dengan disaksikan oleh mata-mata yang keheranan dan sulit menerimanya dan kadang-kadang mereka dikuburkan selama seminggu di dalam tanah. Setelah waktu itu habis, mereka dikeluarkan kembali dari dalam tanah, lalu dipijat dan diberikan bantuan pernafasan sehingga mereka kembali ke dalam kondisi awalnya setahap demi setahap.

Dalam hal ini, problem kebutuhan pada makanan bisa jadi tidak merupakan suatu hal yang amat krusial. Akan tetapi, kebutuhan pada oksigen untuk pernafasan merupakan problem yang lain. Karena kita mengetahui betapa pekanya sel-sel otak ini menghadapi kekurangan oksigen dan ketergantungan sel-sel otak ini terhadap zat kehidupan “oksigen” yang sedemikian eratnya sehingga apabila beberapa detik saja ia tidak mendapatkannya, hal itu akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel tersebut secepat mungkin. Sekarang, bagaimana para petapa ini bisa menahan kekurangan oksigen dalam waktu —misalnya— satu minggu tersebut?

Jawaban dari pertanyaan ini, dengan memperhatikan penjelasan yang telah kami berikan sebelumnya, tidaklah terlalu sulit. Karena selama masa ini, aktifitas kehidupan pada tubuh para petapa ini kira-kira telah berada dalam kondisi terhenti. Hal ini menyebabkan kebutuhan sel-sel otak terhadap oksigen dan pengunaannya berada dalam level yang luar biasa sedikit sehingga selama masa ini, udara di dalam lingkup peti saja telah mencukupi kebutuhan oksigennya selama satu minggu.