Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pengaruh Komunal dan Sosial Asyura

1 Pendapat 05.0 / 5

Kisah Asyura yang terjadi pada tahun ke 61 H akan dikenang sepanjang sejarah. Kejadian ini akan menjadi poros dan pusat gerakan sejarah Syiah. Dengan mengenang tragedi ini, spirit orang-orang Syiah menjadi bergelora dan boleh jadi tiada satu pun bangsa, komunitas, masyarakat yang terbentuk dari sebuah budaya semacam ini. Sayid Hasan Nasrallah yang menjadi lokomotif resistensi melawan para tirani dunia kiwari dalam sebuah ceramah “membakarnya” bahwa makna “Labbaik Yaa Husain..” (Kusambut seruanmu Yaa Husain) adalah berkorban anak, istri, ibu  meski seorang diri, meski ditinggalkan oleh orang, meski dituding. Tatkala seruan untuk menegakkan kemuliaan agama, sendiri pun kusambut..

Yel-yel “Labbaik Yaa Husain” ini telah membuat keberadaan Hizbullah sebagai simbol terdepan perlawanan hegemoni, dominasi dan tirani Barat di dunia.  Seruan “yang memberi kehidupan” ini merupakan seruan terhadap penentangan dan perlawanan kapan saja dan dimana saja tatkala agama yang menjadi taruhannya.

Kisah asyura di samping ia berdimensi religius, ia juga berdimensi sosial. Di antara masalah penting asyura adalah dimensi komunal dan sosialnya. Dan asasnya adalah jihad dan pembebasan yang berpijak di atas keyakinan, rasionalitas dan pemikiran.

Ayatullah Jawadi Amuli acap kali menandaskan bahwa yel-yel “Husain..Husain..slogan kami….Syahadah adalah kehormatan bagi kami,” telah menjadi budaya para pejuang dalam mempertahankan Revolusi Islam. Budaya inilah yang hingga saat ini yang mampu menjaga dan memelihara Revolusi ini. Pemeliharaan terhadap tradisi lawas Asyura adalah salah satu cara memelihara Revolusi Islam. Di samping budaya penantian (al-intizhâr), dan loyalitas terhadap wilâyat al-faqih.

Tradisi perayaan Asyura telah menjadi budaya tersendiri pada masyrakat Syiah di seantero dunia. Bahkan lebih dari itu Asyura berkedudukan sebagai sebuah institusi sosial di Iran khususnya di belahan bumi lainnya pada komunitas pecinta al-Husain secara umum.

Hal ini merupakan kenyataan yang dapat dilihat tatkala bulan Muharram tiba. Hampir seluruh strata masyarakat  terlibat dalam perayaan Asyura ini. Menyumbang untuk kegiatan perayaan Asyura, sewa gedung, meramaikan masjid atau husainiyyah, parade, menggubah puisi, berkidung lagu sendu, donor darah, membantu fakir miskin, mengadakan festival Muharram, seminar dan banyak lagi aksi sosial lainnya dalam memperingati acara Asyura.