Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Wahabi Ubah Tempat Kediaman Sayidah Khadijah Jadi Toilet

1 Pendapat 05.0 / 5

Sejalan dengan perluasan kekuasaan Saud di wilayah Hijaz, pengaruh ajaran wahabi pun mulai terlihat di beberapa wilayah melalui banyaknya gerakan pemurnian yang telah mereka lakukan seperti pembongkaran tempat-tempat ziarah, hingga penhancuran beberapa tempat bersejarah penting.

Semua ini terjadi berangkat dari pemikiran mereka yang melihat bahwa hal-hal tadi telah menyimpang dari nilai-nilai akidah Islam yang asli. Sehingga dengan kekuatan yang dimilikinya bersama keluarga Saud -yang merupakan kesempatan emas bagi mereka- mereka berupaya mewujudkan idealisme yang mereka miliki kemudian terjadilah peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam sejarah dari gerakan Wahabi.

Diantara peninggalan penting dari sejarah perjalanan Islam yang menjadi sorotan adalah rumah Ummul Mu’minin Kahdijah, istri pertama Rasulullah Saw. Rumah ini menjadi sasaran gerakan mereka dan tentunya berhasil dihancurkan.

Kejadian ini bahkan diakui dan dicatat sendiri oleh ulama mereka seperti Sulaiman bin Sahman al-Najdi (w 1349 H / 1850). Di dalam kitabnya yang berjudul al-Hadiyah al-Sunniyah ia mencatat:

“Sesungguhnya kami telah menghancurkan rumah Sayidah Khadijah, kubah Maulid, dan beberapa sudut yang dikaitkan dengan beberapa wali untuk mengakhiri unsur tersebut dan menolak peyekutuan terhadap Allah Swt, sebab hal itu tidak terampuni…”[1]

Perlakuan tersebut tentunya mengundang banyak perhatian dari kalangan muslimin, dan tidak sedikit dari mereka yang keberatan serta mengkritik langkah yang dibuat oleh para penganut ajaran wahabi tersebut.

Yusuf bin Sayyid Hakim al-Rifai (w 2018), salah seorang ulama terkemuka dari Kuwait telah menulis sebuah kitab yang dinamai dengan Nashihah Li Ikhwanina Ulama Najd (nasihat kepada saudara-saudara kami ulama Najd) yang ditujukan kepada para ulama Najd sebagai bentuk keberatan dan protesnya terhadap langkah-langkah yang mereka perbuat. Didalamnya ia menyebut:

“Kalian rela dan tidak menentang pembongkaran rumah sayidah Khadijah yang agung -ibu dari orang-orang beriman (Ummul Mu’minin) dan kekasih pertama Rasul (utusan) Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam Allah Swt dilimpahkan kepadanya dan keluarganya-, tempat di mana wahyu pertama datang kepadanya (Nabi Saw) dari Tuhan Yang Maha Mulia dan Agung, dan kalian diam terhadap pembongkaran ini serta rela bahwa tempat tersebut setelah pembongkaran dijadikan toilet, kamar kecil dan tempat wudhu.

Dimanakah rasa takut dari Allah Swt? Dimanakah rasa malu terhadap Rasulullah Saw?”[2]

Rumah sayidah Khadijah tentunya memiliki nilai tersendiri dalam sejarah lahirnya Islam. Bagaimana tidak, sementara ia adalah salah satu sosok utama yang memberikan dukungan terhadap gerakan Rasulullah Saw yang berpengaruh hingga saat ini. Dan sejak di rumah itu pula Nabi mulai mendapatkan wahyu dari Allah Swt, artinya rumah itu pun pernah menjadi tempat kediaman Nabi Saw.

Alhasil, dengan datangnya kekuasaan Saud dan gerakan Wahabi tempat tersebut berubah. Mereka dengan entengnya membongkar dan mengubahnya menjadi toilet -sebagaimana nukilan di atas-  seolah tak memiliki arti dan bekas apapun dalam sejarah Islam.

[1] Al-Najdi, Sulaiman bin Sahman, al-Hadiyah al-Sunniyah, hal: 48-49, cetakan al-Manar, Mesir.

[2]  Al-Rifa’i, Yusuf bin Sayyid Hakim, Nashihah Li Ikhwanina Ulama Najd, hal: 58-59, cetakan pertama, 1420 H/ 2000 M.