Kisah Hamzah: “Jika kamu bersabar, itulah yang lebih baik bagimu.”

Hamzah bin Abdul Muththalib yang memiliki gelar Asadullah, Asadur-Rasulullah dan Sayyidu Syuhada adalah paman Nabi dan merupakan salah seorang pejuang yang syahid pada perang Uhud. Hamzah adalah pendukung utama dakwah Nabi, bahkan diriwayatkan meskipun ia belum masuk Islam, ia selalu menjaga Nabi Saw dari gangguan kaum Musyrikin. Ia termasuk pembesar dan tokoh suku Quraisy. Oleh itu, setelah Hamzah masuk Islam, gangguan kepada Nabi Muhammad Saw yang dilancarkan oleh kaum musyrikin semakin berkurang.

Setelah memeluk Islam, Hamzah turut pula dalam peperangan dan gugur sebagai syahid di perang uhud. Kaum Musyrikin memotong-motong badannya. Nabi Muhammad Saw menangis melihat Hamzah berada dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Semenjak zaman itu, setiap kali wanita Anshar hendak menangisi orang yang meninggal, mmereka akan menangisi Hamzah terlebih dahulu. Nabi Saw memasukkan Hamzah ke bagian dari tujuh orang terbaik  dari Bani Hasyim dan menilainya pula sebagai syahid terbaik.

Dalam Perang Uhud yang meletus pada pada pertengahan bulan Syawal tahun ke-3 H, Hamzah syahid di tangan Wahsyi bin Harb, budak Habasyi, anak perempuan Harits bin Amar bin Naufal atau ghulam Jubair bin Muth’im. Berdasarkan sebuah riwayat, anak perempuan Harits dengan menjanjikan kebebasan bagi Wahsyi, ingin supaya ia membalas dendam ayahnya yang terbunuh dalam perang Badar. Harits tewas ditangan Nabi Saw atau Ali As atau Hamzah. Berdasarkan riwayat yang lainnya, Jubair bin Muth’im demi membalas dendam pamannya, Thu’amah yang terbunuh di Badar berjanji kepada Wahsyi untuk membebaskannya. Namun tak diragukan lagi bahwa Hindun, anak perempua Utaibah dan istri Abu Sufyan yang lebih mendorong Wahsyi untuk melakukan pembunuhan terhadap Hamzah dari pada karena faktor Jubair maupun anak perempuan Harits. Hindun ingin membalas dendam karena ayah, saudara dan pamannya terbunuh dalam perang Badar. Berdasarkan beberapa nukilan, semenjak awal Hindun dengan menjanjikan harta kepada Wahsyi, mendorongnya untuk melakukan pembunuhan terhadap Hamzah.

Menurut riwayat, Hindun bernazar untuk dapat memakan hati Hamzah. Wahsyi pada awalnya berjanji untuk membunuh Ali As. Namun di medan peperangan ia membunuh Hamzah dan membawakan hati Hamzah untuk Hindun. Hindun memberikan baju dan perhiasannya kepada Wahsyi dan berjanji akan memberikan dinar di Mekah. Kemudian Hindun pergi ke arah jasad Hamzah dan memotong-motong badan Hamzah. Dari jasad Hamzah, kemudian ia membuat anting, gelang dan kalung. Lalu membawa hati Hamzah ke Mekah. Disebutkan juga bahwa Muawiyah bin Mughairah dan Abu Sufyan juga ikut memotong-motong atau mencabik-cabik tubuh Hamzah.

Kondisi jasad Hamzah yang sangat mengenaskan, membuat sebagian sahabat bersumpah akan memotong-motong tubuh pihak musuh sebanyak 30 bahkan lebih. Namun pada saat itu turun surah al-Nahl ayat 126 bahwa meskipun mereka diperbolehkan untuk membalas dengan perbuatan yang setimpal, tapi apabila mereka bersabar, maka hal itu adalah tindakan yang lebih baik.

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.”(QS al-Nahl: 126)

Nabi Muhammad Saw juga menangis karena melihat jenazah Hamzah yang sangat memilukan. Ketika Nabi Saw mendengar orang-orang Anshar menangisi para kerabatnya, Nabi berkata, “Tidak ada yang menangisi Hamzah?.” Karena Sa’ad bin Mu’adz mendengar perkataan ini, maka ia membawa para wanita ke rumah Nabi untuk menangisi Hamzah. Semenjak saat itu, setiap wanita Anshar yang akan menangisi kerabatnya yang telah meniggal dunia, maka mereka akan menangisi Hamzah terlebih dahulu. Dilaporkan bahwa Zainab binti Abu Salmah menangisi Hamzah selama tiga hari dan juga mengenakan pakaian duka.

Hamzah adalah syahid perang Uhud yang disolati oleh Nabi Muhammad Saw, kemudian syahid-syahid yang lainnya dibawa kehadapan Nabi beberapa kali untuk disalatkan dan meletakkan para syahid itu didekat jasad Hamzah, sehingga Nabi mensalati mayat-mayat mereka dan mayat Hamzah. Dengan demikian kira-kira Hamzah disalati sebanyak 70 kali baik secara sendiri maupun bersamaan dengan jenazah-jenazah yang lainnya.