Penaklukan Konstantinopel dan Prediksi Rasulullah Saw

Ahlusunnah mengutip sebuah riwayat dari Rasulullah Saw yang di dalamnya menyinggung tentang penaklukan Konstantinopel dan pujian kepada pasukan dan panglima yang menaklukan kota tersebut. “Sesungguhnya Konstatinopel akan takluk. Alangkah baiknya panglimanya dan alangkah baiknya pasukannya.”

Terlepas apakah kita menerima atau menolak riwayat ini, Konstantinopel adalah ibukota Romawi Timur yang ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Fatih (salah seorang Raja Otto Usmani). Namun kita tidak dapat memastikan apakah penaklukan ini adalah penaklukan yang telah dinubuatkan oleh Rasulullah Saw. Riwayat-riwayat Syiah memiliki metode berbeda terkait dengan penaklukan negeri-negeri ini. Berdasarkan riwayat Syiah, Konstantinopel dan Roma akan takluk di tangan Imam Mahdi Ajf.

Rasulullah Saw adalah amin wahyu Ilahi dan Rasulullah Saw mengetahui perkara ghaib sesuai dengan penegasan al-Quran.[1] Dari perkara-perkara ghaib yang diketahui ini, terdapat sabda-sabda Nabi Muhamamd Saw yang mengabarkan tentang masa depan. Contoh-contoh dari hal ini sangatlah banyak dan memerlukan waktu dan ruang lain untuk membahasnya.
Sesuai dengan beberapa riwayat, salah satu nubuat dan prediksi (yang bersumber dari berita ghaib) adalah penaklukan Konstantinopel. Konstantinopel adalah sebuah kota yang hari ini lebih dikenal sebagai kota Istanbul. Kota ini dulunya adalah bagian dari negara Romawi Kuno dan termasuk salah satu kota terbesar dan terpenting negara tersebut sedemikian sehingga pada masa tertentu menjadi tempat kediaman Raja Roma ketika itu. Kota ini disebut Konstatinopel karena rajanya bernama Konstantin (Constantine) yang membangun kota itu.[2]

Dalam beberapa literatur Islam yang menyebutkan beberapa riwayat tentang Penaklukan Konstantinopel dan Roma yang akan disebutkan sebagian darinya sebagai berikut:

Penaklukan Roma dan Konstantinopel dalam Sebagian Riwayat Ahlusunnah

Ahlusunnah mengutip sebuah riwayat dari Rasulullah Saw yang di dalamnya menyinggung tentang penaklukan Konstantinopel dan pujian kepada pasukan dan panglima yang menaklukan kota tersebut. “Sesungguhnya Konstatinopel akan takluk. Alangkah baiknya panglimanya dan alangkah baiknya pasukannya.”[3]

Selain kemasyhuran yang dimiliki riwayat ini – khususnya demi kepentingan politik dinasti Usmani – namun sebagian ulama besar Ahlusunnah memandang lemah orang-orang yang menukil riwayat ini,[4]dimana hanya  segelintir orang di antara mereka yang menaruh perhatian terhadap riwayat ini.

Namun demikian, Konstantinopel adalah ibukota Romawi Timur yang ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Fatih (salah seorang Raja Otto Usmani).[5] Namun kita tidak dapat memastikan apakah penaklukan ini adalah penaklukan yang telah dinubuatkan oleh Rasulullah Saw.

Di samping itu, Ahlusunnah juga mengutip sebuah hadis dari Rasulullah Sw tentang penaklukan Roma yang lebih besar dan lebih luas dari Konstantinopel, “Kalian akan berperang dengan penduduk Jazirah al-Arab dan Allah Swt akan membebaskan negeri itu untuk kalian. Kalian juga akan berperang dengan negeri Roma dan Allah Swt akan membebaskan negeri itu juga untuk kalian. Kalian juga akan berperang dengan (negeri) Dajjal dan Allah Swt juga akan membebaskan negeri itu untuk kalian.”[6]

Sebagaimana sebagian muhaddis besar (ahli hadis) Ahlusunnah menyebutkan,[7] riwayat ini terkait dengan peristiwa-peristiwa sebelum kemunculan Imam Mahdi Ajf.

Penaklukan Roma dan Konstantinopel dalam Sebagian Riwayat Syiah

Riwayat-riwayat Syiah memiliki metode berbeda terkait dengan penaklukan negeri-negeri ini. Berdasarkan riwayat Syiah, Konstantinopel dan Roma akan takluk di tangan Imam Mahdi Ajf. Berikut ini kami akan menyebutkan sebagian dari riwayat tersebut sebagai berikut:

“Rasulullah Saw bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali seseorang dari Ahlulbaitku menaklukan Konstantinopel, Gunung Dailam dan lain sebagainya, dan sekiranya hanya satu hari tersisa sebelum kiamat maka Allah Swt akan memanjangkan hari itu hingga ia menaklukan negeri-negeri tersebut.”[8]

Imam Shadiq As bersabda, “Tatkala Qaim kami bangkit, maka ia akan bergerak ke arah Kufah. Ia tidak akan berhadapan dengan bid’ah kecuali ia lenyapkan dan tidak berhadapan dengan sunnah (hasanah) kecuali ia hidupkan. Ia akan menaklukan Konstantinopel, Cina, gunung-gunung Dailam….” [9]

Imam Baqir As bersabda, “Apabila Qaim kami bangkit; Allah Swt akan membantunya dengan perantara para malaikat. Allah Swt akan menaklukan Roma dan Dailam dengan perantaranya..”[10]
Terdapat beberapa riwayat lain dalam hal ini.[11]

Akan tetapi harap diperhatikan bahwa kemenangan ini tidak serta merta bermakna bahwa Imam Mahdi Ajf akan menaklukan tempat-tempat ini dengan berperang melawan orang-orang kafir, melainkan boleh jadi negeri-negeri ini akan dikelolah oleh sebagian orang yang nampak sebagai Muslim dan Imam Mahdi dengan perang atau damai akan mengembalikannya kepaa pemerintahan tunggal Islam. []


[1]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, 2775: Ilmu Ghaib.
[2]. Syihabuddin Abu Abdillah, Yaqut Hamawi, Mu’jam’ al-Buldân, jil. 4, hal. 347, Beirut, Dar Shadir, Cetakan Kedua, 1995 M.
[3]. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Syaibani, Musnad Ahmad bin Hanbal, Riset oleh Syuaib al-Arnut, Adil Mursyid et al, Isyraf, Turki, Abdullah bin Abdullah al-uhsin, jil. 31, hal. 287, Beirut, Muassasah al-Risalah, Cetakan Pertama, 1421 H; Sulaiman bin Ahmad Thabarani,  al-Mu’jam al-Kabir, Riset oleh Hamdi bin Abdul-Majid Sulfa, jil. 2, hal. Hal. 38, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, Cetakan Pertama, 1415 H.
«لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِینِیةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِیرُ أَمِیرُهَا، وَ لَنِعْمَ الْجَیشُ ذَلِکَ الْجَیشُ»
[4]. Muhammad Ismail Bukhari, Takhrij al-Ahâdits al-Marfu’ah al-Musnadah fi Kitâb al-Târikh al-Kabir, disusun oleh Muhammad bin Abdul Karim bin Ubaid, hal. 791, Riyadh, Maktabah al-Rusyd, Cetakan Pertama, 1420 H.
[5]. Ali bin Muhammad, Muhammad al-Shallabi , Fâtih al-Qustantiniyah al-Sulthan Muhammad al-Fâtih, jil. 1, hal. 125, Cetakan Pertama, Dari al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, Mesir, 1427 H.
[6]. Ibnu Majah Qazwini, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Riset oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, jil. 2, hal. 1370, Faishal Isa al-Babi al-Halabi, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Tanpa Tahun; Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abdullah bin Muhammad, Musnad Ibnu Abi Syaibah, Riset oleh Azazi, Adil bin Yusuf, Mazidi, Ahmad bin Farid, jil. 2, hal.. 28, Riyadh, Dar al-Wathan, Cetakan Pertama, 1997 M.
[7]. Muslim bin Hajjaj, Qasyiri Naisyaburi, Shahih Muslim, Riset oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, jil. 4, hal. 2225, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Tanpa Tahun.
[8]. Ali bin Isa Arbili, Kasyf al-Ghummah fi Ma’rifat al-Aimmah, Riset dan edit oleh Hasyim Rasuli Mahallati, jil. 2, hal. 474, Cetakan Pertama, Nasyr Bani Hasyim, Tabriz, 1381 H; Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 84, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cetakan Kedua, Beirut, 1403 H.
[9]. Muhammad bin Ahmad Fital Naisyaburi, Raudhah al-Wâizhin wa Bashirah al-Muta’azzhin, jil. 2, hal. 264, Intisyarat Radhi, Cetakan Pertama, Qum, 1375 S.
[10]. Ibnu Abi Zainab (Nu’mani), Muhammad bin Ibrahim, al-Ghaibah, Riset oleh Ali Akbar Ghaffari, hal. 234-235, Tehran, Nasyr Shaduq, Cetakan Pertama, 1397 H; Hasan bin Sulaiman Hilli, Mukhtashar al-Bashair, Riset oleh Musytaq Muzhaffar, hal.  495, Qum, Muassasah al-Nasyr al-Islami, Cetakan Pertama, 1421 H.
[11].Syaikh Hurr Amili, Itsbat al-Hudât bi al-Nushush wa al-Itsbât, jil. 5, hal. 255, Cetakan Pertama, A’lami,  Beirut, 1425 H.