Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hadis Itrah dalam Kitab-Kitab Ahlus Sunah (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

“ Sesungguhnya Aku Tinggalkan di Tengah Kalian Kitabullah dan Sunnahku “

Yang pertama kali menyebutkan Hadis ini adalah Mâlik dalam kitab Muwaththa’, namun riwayatnya mursal dan tanpa sanad. Setelahnya, al Thabari dalam kitab Tarikh-nya yang juga mursal. Benar, Abu Syekh menyebut sanadnya dalam kitab Thabaqât al Muhadditsîn bi Ashbahân.

Ibnu ‘Abd al Barr al Andalûsi dalam kitabnya, al Tamhîd limâ fî al Muwaththa’ min al Ma’ânî wa al Asânîd menyebutkan sanadnya melalui jalur Shâlih bin Musa al Thalhi, dan sanad yang ketiga melalui jalur Katsîr bin Abdullah.

Juga ada sanad keempat yang disebutkan oleh al Hâkim al Naysabûri dalam kitab “ al Mustadrak ‘ala al Shahîhain melalui jalur Ibnu Abu Uwais dan ayahnya. Kemudian sanad yang kelima disebutkan oleh al Khathîb al Baghdâdi dalam kitabnya, al Faqîh wa al Mutafaqqih melalui jalur Sayf bin Umar.

Berikut ini akan dijelaskan secara mendetail:

9. Kitab Mîzân al I’tidâl Al Dzahabi.

Al Dzahabi menyatakan, Mîzân al I’tidâl (Dâr al Fikr) bagian 2 halaman 302.

3831- Shâlih bin Musa bin Ubaidillah bin Ishaq bin Thalhah bin Ubaidillah al Qurasyi al Thalhi Kûfî Dhaif. Yahya berkata, “ Dia bukan apa-apa dan Hadisnya jangan ditulis. Al Bukhari berkata, “ Hadisnya munkar “. Al Nasâ’i berkata, “ Matruk “. Ibnu ‘Ady berkata, “ Dia menurutku termasuk orang yang tidak sengaja berdusta “.( Mîzân al I’tidâl. Dâr al Fikr halaman 302)

Dawud bin ‘Amr al Dhabbi, telah menyampaikan kepada kami Shâlih bin Musa, telah menyampaikan kepada kami Abdul Aziz bin Rafî’ dari Abu Shâlih dari Abu Hurairah, “ Sesungguhnya telah Aku tinggalkan di tengah kalian dua hal yang kalian tidak akan tersesat setelahnya; Kitabullah dan Sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya mendatangiku di Telaga Surga “.

10. Kitab Laâlî al Mashnû’ah fi al Ahâdîts ak Mawdhû’ah Al Suyûthi.

Al Suyûthi men-dhaifkan Hadis ini dengan riwayat Katsîr bin Abdullah dalam kitabnya al Laâlî al Mashnû’ah fi al Ahâdîts ak Mawdhû’ah (Dâr al Kutub al ‘Ilmiyyah Beirut-Lebanon) juz 1 halaman 86.

Malik dalam al Muwaththa’ berkata bahwa telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ Telah Aku tinggalkan di tengah kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegangan dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnahku “. Ibnu Abdul Barr menyandarkannya dalam al Tamhîd dari jalur Katsir dari ayahnya dari kakeknya.

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “ Yang jelas Malik telah mengambilnya dari Katsir, dan yang lebih dekat bahwa Katsir masuk dalam daftar orang-orang dhaif yang hadisnya tidak jatuh sampai tingkat palsu, dan Hadis yang dibawakan oleh penyusun berada pada tingkat dhaif yang tidak jatuh pada tingkat palsu “.

Ibnu ‘Udy menyebutkan Hadis ini dari Katsîr dalam kitab al Kâmil fi Dhua’fâ’ al Rijâl (Dâr al Kutub al ‘Ilmiyyah Beirut-Lebanon) juz 7 halaman 187, “ Katsîr bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Awf al Mazni, Madîni.

Ahmad bin Hanbal berkata, “ Jangan lah kamu menyampaikan Hadis dari Katsir bin Abdullah al Mazni sedikitpun “.

Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang Katsir bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Awf, dia berkata, “ Hadisnya munkar dan tidak ada apa-apanya “.

Abdullah dari ayahnya, dia berkata, “ Katsir bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Awf tidak berbuat apa-apa “.

Abdullah berkata, “ Ayahku melemparkan Hadis Katsir bin Abdullah dalam al Musnad dan dia tidak mengambil Hadisnya “.

Yahya bin Maîn berkata, “ Katsir bin Abdullah al Mazni Hadisnya tidak ada apa-apanya dan jangan ditulis “.

Al Dzahabi menyebutkan Hadis ini dari jalur Katsîr bin Abdullah dalam kitab Mîzân al I’tidâl (Dâr al Fikr) bagian 3 halaman 407., “Katsîr bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Awf bin Zaid al Mazni al Madani. Ibnu Maîn berkata, “ Dia bukan apa-apa “. Al Syâfi’I dan Abu Dawud berkata, “ Dia adalah satu pilar dari pilar-pilar kebohongan “, dan Ahmad melemparkan Hadisnya.

Al Dâruqutni dan lainnya berkata, “ Dia matruk “. Abu Hâtim berkata, “ Dia tidak kuat “. Al Nasâ’î berkata, “ Dia tidak tsiqah “. Mithraf bin Abdullah al Madani berkata, “ Aku telah melihatnya, dia sering bertengkar, dan tidak ada seorangpun dari teman-teman kami yang mengambil darinya “.

Ibnu Hibbân berkata, “ Dia mempunyai dari ayahnya dari kakeknya satu naskah yang palsu “.