Tidak Ada Ketenangan Kecuali dengan Iman(1)

Terdapat berbagai perbedaan pandangan filosof dan pemikir tentang kebahagiaan dan cara mencapainya. Perbedaan itu masih ada hingga hari ini. Mazhab-mazhab pemikiran pun mengemukakan tesisnya untuk membahagiakan manusia. Kaum kapitalis mengajukan tesis bahwa manusia harus dibiarkan hidup secara liberal, dengan dugaan bahwa dengan cara itu manusia dapat hidup bahagia di dunia ini. Padahal tesis semacam itu justru malah menciptakan neraka yang apinya menggilas jutaan anak manusia di dunia ini. Marxisme mengecam habis paham kapitalis. Ia menciptakan dunia baru dan mengatakannya sebagai surga yang diharamkan di muka bumi ini. Tidak lama kemudian, masyarakat Marxis hidup bagaikan di sebuah penjara besar yang anak-anaknya ingin melepaskan diri darinya menghirup hawa segar di luar, dengan penuh kebebasan.

Dalam perjalanan sejarah manusia, telah muncul pelbagai tesis untuk membahagiakan manusia, tetapi semuanya tidak berhasil dan sia-sia. Sebabnya adalah karena sesungguhnya tesis-tesis tersebut keluar dari otak manusia yang pandangannya hanya terbatas pada dimensi tertentu dari kehidupan manusia, dan tidak mampu melihat pada dimensi-dimensi yang lain. Karena itulah, masyarakat manusia yang berjalan pada bukan jalan Allah pasti akan hidup dalam kesengsaraan. Begitu indah ungkapan Alquran dalam hal ini Allah Swt berfirman:

“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah  berfirman: ‘Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.’ Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS Thaha: 123-127)

Hadis-hadis mengungkapkan bentuk-bentuk realitas kehidupan di atas dalam berbagai gaya. Hadis-hadis itu menyebutkan bahwa salah satu akibat dosa yang dilakukan seseorang ialah bahwa dia selalu diliputi oleh ketakutan yang berkepanjangan, kegelisahan yang panjang, serta kesusahan yang tak kunjung henti.

Dari Amirul Mukminin a.s. dituturkan bahwa beliau mengatakan: “Tidak ada rasa sakit yang lebih dahsyat ketimbang rasa sakit hati yang ditimbulkan oleh dosa.” (Ushul al-Kafi, 3/377)

“… Betapa banyak syahwat yang nikmat sesaat tetapi meninggalkan duka yang panjang.”

“Siapa pun yang tidak memalingkan dirinya dari syahwat, maka dia akan tenggelam dalam penyesalan yang panjang.” (Tuhaful ‘Uqul, hal. 168)

Dari Imam Abu Abdillah ash-Shadiq a.s. dituturkan bahwa beliau mengatakan: “Sungguh ada salah seorang di antara kamu yang sangat takut dengan penguasa, ketakutan itu tidaklah timbul kecuali dari dosa yang telah dilakukan. Oleh karena itu jagalah dirimu dari dosa-dosa itu semampu kamu dan jangan terlena dalam doa tersebut.” (Ushul al-Kafi, 3/377)

 

Bersambung...