Dimensi Keteladanan Fathimah Az-Zahra; Manifestasi Kelembutan Seorang Ibu, Spirit Hijab & Bersahaja (3)

Zuhud dan Hidup Bersahaja

Fathimah az-Zahra telah mengajarkan kepada kita untuk zuhud dan hidup sederhana. Zuhud bukanlah meninggalkan dunia, zuhud tidak mengatakan dunia buruk. Akan tetapi, zuhud adalah terbebas dari segala keterikatan pada dunia. Fathimah az-Zahra hidup sederhana bukan karena miskin. Letak kesempurnaan seseorang pada penentuan pilihan terbaik. Bisa saja Fathimah az-Zahra as ‘memilih hidup bergelimang harta’ karena tanah Fadak ada pada kekuasaannya. Tanah Fadak ialah tanah yang subur yang dapat memenuhi kebutuhan gandum kota Madinah. Penghasilan tanah Fadak pertahun antara 70.000 hingga 120.000 mata uang emas.[9] Namun, beliau lebih memilih hidup sederhana dan menggunakan kekayaannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Imam Ali as bukanlah miskin sehingga tidak dapat memenuhi semua kebutuhan Fathimah az-Zahra sebagaimana yang telah disinggung Nabi Muhamad saw, “Putriku, ayah dan suamimu bukanlah orang miskin. Allah SWT telah menyediakan tumpukan emas dan perak untuk kami, namun kami lebih memilih sesuatu yang kekal di sisi-Nya.”[10]

Suatu hari Salman al-Farisi melihat Fathimah az-Zahra menghadap ayahnya dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana dan penuh dengan tambalan. Salman sangat heran dan sedih hingga menangis saat menyaksikan hal itu, “Betapa sedihnya kami, para putri raja Persia dan Romawi duduk di singgasana emas, mereka mengenakan gaun yang terbuat dari emas dan sutra, sedangkan putri Muhamad ini hanya mengenakan gaun yang sangat sederhana yang dipenuhi dua belas tambalan.”[11]

Pandangan dunia (world view) yang banyak merasuki generasi kita adalah ‘pandangan dunia materialistis’ di mana kesempurnaan seseorang hanya diukur pada kesempurnaan lahiriah saja. Keluarga-keluarga sibuk mengejar harta, gaya hidup konsumtif, glamour yang banyak melanda keluarga sekarang ini.

Mengapa kita tidak mengingat kembali bagaimana kehidupan sederhana keluarga Fathimah az-Zahra? Fathimah az-Zahra bukanlah orang miskin, ingatlah bahwa dia adalah putri dari seorang Nabi Muhammad dan pemimpin kaum muslimin. Namun, Fathimah az-Zahra sendiri yang memilih untuk hidup sederhana.

[1]  Ibid

[2]  Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 217

[3]  Majlisi, Biharul Anwar, jil 79, hal 27

[4]  Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 309

[5]  Da’aimil Islam, jil 1, hal 282 dinukil dari Cesyme dar Bastar, Pur Sayid Aghai, hal 266

[6]  Majlisi, Biharul Anwar, jil 94, hal 10

[7] Al-Hurr al-‘Amili, Wasa’il Syiah, jil 14, hal 43 dan hal 172

[8] Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 91

[9] Majlisi, Biharul Anwar, jil 29, hal 118

[10] Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 133

[11] Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 88