Yesus dalam al-Qur’an dan Riwayat (2)

Kelahiran Nabi Isa as.

Al-qur’an memberikan perhatian yang cukup terkait kelahiran manusia luar biasa ini. Dalam surat Maryam, dengan segala keindahannya, Allah swt  mengabadikan proses kelahirannya. Dimulai dengan kisah ibunya, Sayyidah Maryam as:

“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,

maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.

Ia (Roh itu) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.

Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

Roh itu berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”

Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.”

Maka Roh itu menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.”

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”[6]

Sampai di sini, al-qur’an mulai menjelaskan siapa diri Putra Maria itu. Dalam lanjutan ayat di atas, Allah swt. berfirman:

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.[7]

Demikianlah kisah kelahiran Isa as. yang direkam oleh al-qur’an. Tentu ada hal penting yang ingin ditekankan Tuhan dalam kisah yang cukup detail itu.

Mukjizat-mukjizat Yesus Sang Logos Tuhan

Sebagai utusan Tuhan, Isa as. juga memiliki banyak mukjizat. Mukjizat yang paling pertama bagi Isa adalah kemampuan berbicara di masa bayi, sebagaimana yang telah tertera dalam ayat di atas. Disamping mukjizat itu, al-qur’an juga mencatat beberapa mukjizat Yesus. Di antaranya:

Dilahirkan tanpa ayah. Satu-satunya manusia yang dilahirkan tanpa ayah adalah Yesus Kristus. Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu.”[8]

Di dalam ayat yang lain, Allah swt. menjelaskan beberapa mukjizat lain Nabi Isa, dengan suatu penekanan yang menarik.

“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”[9]

Sebagaimana yang dilihat, Yesus senantiasa menyandarkan mukjizat-mukjizatnya kepada izin Allah (باذن الله).

Putra Maryam dalam Riwayat

Dalam kitab-kitab rujukan, terdapat banyak riwayat yang membicarakan nabi dari Nazareth itu. Di antaranya:

Imam Ali bin Abi Thalib, dalam menjelaskan kepribadian Isa, berkata, “Dia tak memiliki harta yang membuatnya sibuk. Tidak memiliki kepentingan yang membuatnya rendah. Kendaraannya adalah kedua kakinya. Pembantunya adalah tangannya…”[10]

Diriwayatkan dari Abu Abdillah as. bahwa suatu hari Isa as melewati sebuah desa yang penduduknya telah lama meninggal… Beliau lantas berkata, “Wahai penduduk desa ini!” Salah satu dari mereka menjawab, “Labbaik, wahai Ruh dan Kalimat Tuhan!”

Beliau as. lantas berkata, “Celakalah kalian! Apa amal kalian dahulu?”

“Menyembah thagut dan mencintai dunia.”

“Bagaimana cara kalian menyembah thagut?”

“Kami menaati para pendosa.”[11]

Pada suatu hari, Isa as berkata kepada hawariyyun (apostolos), “Aku punya permintaan atas kalian. Jika kalian berjanji akan menjalankan, akan aku katakan permintaan itu.” Para sahabat dekat Isa itu berkata, “Apapun yang kau perintahkan akan kami kerjakan.” Isa as lalu mulai berjalan dan mencuci kaki satu per satu para sahabat itu. Mereka merasa sungkan, tapi mereka telah berjanji akan mengabulkan permintaan pemimpin mereka itu. Mereka hanya diam menerima kenyataan bahwa Isa sedang membersihkan kaki mereka. Ketika Nabi Isa as telah selesai mencuci kaki para sahabat setianya itu, hawariyyun berkata, “Kau adalah guru kami. Semestinya, kami yang mencuci kakimu, bukan kau yang mencuci kaki kami.”Putra Maryam itu lantas berkata,

“Aku melakukan ini untuk menjelaskan kepada kalian bahwa ‘Alim (orang arif) lah yang paling pantas berkhidmat kepada sesama. Aku melakukan ini, supaya aku menjadi tawadhu’ dan kalian mempelajari tawadhu’.”

Beliau kemudian berpesan, “Setelah aku, kalian bakal menjadi orang yang mendidik dan mengayomi masyarakat. Jadikanlah tawadhu’ dan khidmat kepada masyarakat sebagai jalan hidup kalian. Sesungguhnya, hikmat (kebijaksanaan) hanya tumbuh di hati yang tawadhu’ (rendah hati), bukan di jiwa yang sombong. Sebagaimana pohon hanya tumbuh di tanah lembah yang lembut, bukan di tanah pegunungan yang gersang.”[12]

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Yesus_(nama)#cite_note-4

[2] Tafsir Al-Mizan, Jil. 3, hal. 193

[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Kristus

[4] https://makarem.ir/main.aspx?typeinfo=42&lid=0&mid=322451&catid=29374

[5] Ali Imran:45

[6] Maryam:16-28

[7] Maryam:29-33

[8] Ali Imran:59

[9] Ali Imran:49

[10] Nahjul Balaghah, khutbah ke 160

[11] Alburhan fi Tafsiril Qur’an, jil. 5. Hal. 741

[12] Dastan-e Rastan, Murtadha Muthahhari, jilid 1, hal. 233-234