Penjelasan Ilmiah tentang Panjangnya Umur Imam Mahdi afs (2)

Sains dewasa ini tengah menghadapi pertanyaan tersebut dan berusaha untuk mencari jawabannya yang tepat. Jawaban yang dapat diberikan dalam masalah ini di antaranya tentunya lebih dari satu alternatif. Jika kita menafsirkan makna ketuaan secara ilmiah sebagai akibat dari faktor di luar badan, maka kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bahwa badan manusia mampu untuk hidup lama tanpa harus melewati masa tua dan kerentaan jika ia mampu menghindari semua faktor yang berakibat buruk bagi tubuhnya itu. Tapi jika kita mengambil perspektif lain yang cenderung berasumsi bahwa ketuaan merupakan hukum alami bagi sel-sel dan jaringan-jaringan yang hidup itu sendiri, berarti seluruh sel dalam tubuh mengandung benih kebinasaan yang pasti setelah melewati masa ketuaan dan berakhir dengan kematian.

Apabila kita mengambil perspektif ini, maka bukan mustahil hukum alam memiliki keelastisan. Karena kita dapati dalam kehidupan biasa kita dan para ilmuwan menyaksikan dalam eksperimen-eksperimen ilmiah mereka bahwa ketuaan sebagai fenomena fisiologi dan bukan kondisi, terkadang datang secara dini dan terkadang datang terlambat dan muncul pada masa yang lambat. Sehingga terkadang seseorang yang sudah tua umurnya tetapi memiliki anggota badan yang lentur serta tidak nampak adanya tanda-tanda ketuaan padanya sebagai mana yang dijelaskan para dokter. Bahkan para ilmuwan secara praktik mampu memanfaatkan keelastisan hukum alam ini. Mereka berhasil memanjangkan umur sebagian hewan beratus kali lebih panjang dari umur biasanya dengan menciptakan faktor-faktor yang menunda hukum ketuaan.

Dengan demikian secara ilmiah telah ditetapkan bahwa penundaan hukum alami ini (ketuaan) dengan menciptakan kondisi dan faktor-faktor tertentu adalah mungkin secara sains. Walau pun sains sekarang ini tidak bisa melakukan penundaan ketuaan dalam kaitannya dengan eksistensi tertentu seperti manusia. Hal itu tidak lain karena perbedaan tingkat kesulitan dalam pelaksanaan proyek ini terhadap manusia dibanding sebagian binatang tadi. Ini berarti bahwa sains dari sisi teoritis dan apa yang dijelaskan oleh pandangan sains yang bergerak maju, sama sekali tidak menolak kemungkinan perpanjangan umur manusia.

Kesimpulan dari itu semua bahwa panjangnya umur manusia hingga berabad-abad lamanya secara logika dan sains adalah mungkin dan tidak mustahil, meskipun untuk merealisasikannya diperlukan waktu yang sangat panjang. Atas dasar ini kita mengkaji umur Imam Mahdi afs. dan segala pertanyaan dan rasa “aneh” yang berhubungan dengannya. Setelah kita ketahui bahwa logika dan ilmu pengetahuan tidak menolak kemungkinan panjangnya umur manusia, dan bahwa sains bergerak untuk mengubah posibilitas teoritis menjadi posibilitas praktis secara berangsur-angsur, maka tidak ada sisi yang aneh kecuali anggapan mustahil bahwa Imam Mahdi mendahului sains itu sendiri. Sehingga posibilitas teoritis berubah menjadi posibilitas praktis dalam pribadi beliau, sebelum sains dalam perkembangannya mencapai tingkat kemampuan yang riil pada perubahan ini. Itu seperti halnya seorang yang mendahului sains dalam menemukan obat radang selaput atau obat kanker.

Jika permasalahannya seperti ini, bagaimana Islam -yang menjelaskan umur Imam Mahdi al-Muntadzar- bisa mendahului pergerakan sains dalam hal ini? Jawabnya adalah, hal itu bukan satu-satunya kasus Islam mendahului sains. Bukankah syariat Islam secara keseluruhan mendahului pergerakan sains dan perkembangan alami pemikiran manusia semenjak berabad-abad lamanya? Bukankah syariat Islam memberikan slogan-slogan yang melontarkan rencana-rencana penerapan di mana umat manusia tidak mampu mencapainya kecuali setelah melewati masa beratus-ratus tahun? Bukankah ia juga datang dengan hukum-hukum yang penuh dengan hikmah, di mana manusia tidak mampu mengetahui rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah yang ada di dalamnya kecuali baru-baru ini? Bukankah risalah samawi telah menyingkap rahasia-rahasia alam yang tidak terlintas di benak manusia, kemudian sains datang untuk menetapkan dan mendukungnya?

Apabila kita meyakini hal ini semua, maka mengapa kita banyak menuntut Pengirim atau Pengutus risalah ini (Allah Swt) supaya sainslah yang lebih dahulu  menentukan umur Imam Mahdi? Yang saya bawakan di sini adalah fenomena-fenomena keunggulan Islam yang kita saksikan sendiri. Karena masih banyak hal dalam agama Islam yang mendukung klaim kita. Contohnya, agama menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Muhammad Saw pernah diperjalankan oleh Allah pada malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha.

Ya, umur panjang yang Allah berikan kepada juru selamat al-Muntadzar ini, dalam pandangan umat manusia dewasa ini memang tampak aneh, juga merupakan kasus yang janggal dalam dunia eksperimen para ilmuwan. Tetapi, bukankah perubahan efektif yang dipersiapkan untuk Sang Juru selamat ini (Imam Mahdi) tampak aneh dalam batas-batas kehidupan biasa manusia dan janggal dalam sejarah? Bukankah beliau diberi tugas untuk mengubah dunia dan mengembalikan fondasi peradaban dari awal berdasarkan kebenaran dan keadilan? Mengapa kita menganggap aneh apabila persiapan akan peranan yang besar ini ditandai dengan sebagian fenomena-fenomena aneh dan di luar kebiasaan seperti panjangnya umur Imam Mahdi al-Muntadzar?

Sebesar apa pun keanehan-keanehan fenomena ini dan keluarnya hal itu dari kebiasaan tetap tidak melebihi keanehan peranan agung beliau itu sendiri yang pelaksanaannya harus terwujud pada hari yang dijanjikan nanti. Apabila kita menerima peranan satu-satunya tersebut dalam sejarah di mana tidak ada peranan seperti ini dalam sejarah manusia, mengapa kita tidak menerima umur yang panjang ini yang tidak kita jumpai tandingannya dalam kehidupan kita?

Apa sudah merupakan suatu kebetulan adanya dua sosok manusia yang melakukan penghancuran peradaban buruk manusia dan membangun peradaban baru dan keduanya memiliki umur yang sangat panjang? Salah satunya adalah Nabi Nuh a.s. yang dijelaskan oleh Alquran bahwa beliau tinggal bersama kaumnya selama 950 puluh tahun dan melalui banjir yang menghancurkan semua peradaban yang ada kala itu, lalu beliau mendapat tugas untuk membangun dunia baru. Figur kedua adalah Imam Mahdi yang hidup bersama kaumnya hingga sekarang lebih dari 100 tahun dan kelak beliau akan membangun dunia baru pada hari yang dijanjikan. Mengapa kita menerima Nabi Nuh yang umurnya, minimal 1000 tahun, tetapi kita tidak menerima Imam Mahdi?