Alquran, Mukjizat Rasulullah Saw yang Abadi (2)

Sesuai tuntutan hikmah Ilahiah, setiap nabi disertai mukjizat sesuai kondisi zamannya, misalnya terkait keterampilan dan seni yang populer saat itu, agar keunggulan mukjizat terlihat lebih jelas dan nyata. Di zaman Rasulullah Saw kesenian yang fenomenal saat itu adalah bidang syair dan sastra. Karena itu Allah Swt menurun Alquran dengan keajaiban sastranya yang tak tertandingi oleh siapa pun. Namun demikian, Alquran tidak hanya menantang masyarakat Arab di zaman Rasulullah Saw, melainkan semua manusia sepanjang zaman. Sampai detik ini tantangan itu tak sanggup dipenuhi oleh siapa pun!

Alquran dan cakrawala pengetahuan yang keluasannya menjadi sumber pencerahan para pemikir dan kaum cerdik pandai sejak diturunkan hingga detik ini. Alquran mengandung makrifat dan pengetahuan yang terdalam, undang-undang yang paling adil, hukum individual dan sosial yang terbaik, ritus-ritus ibadah yang paling bijak, pedoman akhlak yang paling bernas, catatan historis yang paling solid dan metode tarbiah yang paling efektif sehingga semakin jauh ilmu pengetahuan manusia berkembang semakin jauh pula kebenaran dan rahasia muatan Alquran yang terungkap. Ajaibnya lagi, semua makrifat dan pengetahuan yang sedemikian hebat itu mengalir dari lisan seorang manusia yang ummi dan tidak pernah bersekolah.

Allah Swt berfirman: “……dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. al-Ankabut: 48)

Rasulullah Saw membacakan ayat-ayat Alquran kepada kerabat, masyarakat dan kaumnya yang semuanya tahu persis siapa beliau, dan tak seorang pun berani mendustakan beliau. Mereka bungkam mendengar klaim beliau bahwa apa yang beliau bacakan itu adalah wahyu Allah, hal yang menunjukkan kebenaran klaim tersebut.

Alquran adalah untaian-untaian ayat yang mengalir dari lisan suci Nabi Muhammad Saw selama 23 tahun dengan berbagai kondisi yang berbeda. Namun, semua keadaan itu sama sekali tidak mempengaruhi metode dan muatan Alquran. Keserasian dan tidak adanya kekacauan dalam gaya dan muatannya juga merupakan bukti kemukjizatan Alquran.

Seandainya Alquran berasal dari pribadi Rasulullah Saw dan tak ada kaitannya dengan wahyu tentu akan ditemukan berbagai kelengahan dan pertentangan dari segi metode maupun muatan karena beberapa faktor sebagai berikut:

1. Pengetahuan, keterampilan dan karya-karya intelektual manusia selalu mengalami dinamika dan perkembangan seiring dengan perjalanan waktu. Perubahan seperti ini pasti terlihat dalam beberapa hal, seperti tutur kata. Karena itu seandainya ayat-ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah Saw selama 23 tahun itu berasal dari dirinya sendiri tentu tidak akan luput dari ketidakserasian dan pergeseran-pergeseran maksud yang menimbulkan pertentangan pada al-Quran.
    
2. Dalam diri manusia terdapat kondisi-kondisi kejiwaan dan emosional seperti semangat, suka dan duka, gejolak dan ketenangan serta berbagai faktor psikologis lainnya yang masing-masing akan berpengaruh pada tutur kata seseorang, mengingat gaya bicara, misalnya, merupakan refleksi kondisi psikologis seseorang. Karena itu, keserasian sedemikian rupa tidak mungkin terjadi pada tutur kata seseorang selama kurun waktu lebih dari 20 tahun pada manusia yang tidak mendapat pengayoman khusus dari Sang Mahatahu dan Mahabijaksana. Kondisi kejiwaannya tentulah akan memunculkan ketidakserasian pada fase-fase tertentu. Jadi, menganggap Alquran berasal dari pikiran Muhammad Saw, sang utusan terpilih, tak ubahnya dengan beranggapan bahwa pada Alquran terdapat kekacauan, kontradiksi dan disharmoni muatan. Sementara, pada kenyataannya, semua itu tidak terjadi pada al-Quran.

Tentang keajaibannya ini, Alquran menyebutkan, “Maka apakah mereka tidak memerhatikan Alquran? Kalau sekiranya Alquran itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. an-Nisa: 82)

Dari semua penjelasan di atas terlihat jelas bahwa Alquran memang merupakan wahyu Ilahi dan bukan pernyataan pribadi Nabi Muhammad Saw.