Ramadhan, Angin pembangkit Jiwa

Dalam hidup ini kita pasti pernah mengalami kesedihan dan kegembiraan. Ketika seseorang dalam kondisi gembira maka ia bisa bernafas dengan lebih baik, karena ia bernafas dalam keadaan nyaman.Sebaliknya, dalam keadaan sedih, bahaya, marah atau penuh tekanan, maka ia akan merasakan hal yang tidak nyaman meliputi hati dan pikirannya.

2 kondisi yang dialami manusia ini, dalam ilmu “psikologi” dan “etika” dikenal dengan istilah “kondisi menerima” dan “kondisi tertekan”. Suatu ketika kita mungkin juga pernah merasakan bahwa alam semesta, langit dan bumi memihak kepada kita, seolah-olah semua memberikan keberuntungan dan kebahagiaan. Kita merasa diberikan hari yang baik dan indah.

Namun, sebaliknya, kita mungkin juga pernah dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit seolah-olah kita tertimpa dinding, dimusuhi banyak orang, bahkan langit dan bumi berpaling dan menyalahkan kita.

Adapun yang perlu menjadi perhatian bahwa di relung hati paling dalam, kita bisa merasakan adanya sesuatu kekuatan yang selalu menjaga supaya jangan sampai jiwa kita larut berlebihan dalam kesenangan atau kesulitan. Sebuah kekuatan yang memberikan semangat, rezeki dan kebahagiaan maknawi kepada ruh kita untuk bisa bangkit kembali.

Ramadan dan puasa banyak ditafsirkan sebagai waktu “dikekangnya keinginan” padahal, puasa itu sebenarnya adalah “Rezeki Allah”. Rezeki yang sifatnya halal dan baik, rezeki tak terbatas untuk manusia, rezeki khusus bagi manusia. Bisa dikatakan, ia adalah jenis rezeki yang “dihembuskan” oleh Allah untuk menghidupkan manusia.

Cukup dengan kehendak, ikhtiar dan kebebasan memilih yang telah diberikan-Nya manusia mampu menjadikan jiwanya berada dalam “lindungan” Allah Swt. Nabi Muhammad Saww, menjelaskan maksud dari “hembusan” atau “wewangian” dalam hadisnya, “Sesungguhnya Allah menyukai wewangian, karena itu pakailah wewangian itu untuknya”. Penyair terkenal Maulana Jalaludin Rumi menciptakan untaian syair yang indah berkaitan hadis tersebut:

    Sang Nabi engkaulah wangi kebenaran

    Karenamu hari-hariku terasa indah

    Sungguh waktu ini memiliki kesadaran dan telinga

    Kucium wewangian ini hanya di Rabaid

    Wewangian datang saat aku melihatmu dan pergi

    Siapapun menginginkannya, jiwa akan bangkit dan pergi…

Begitu semerbaknya wewangian bulan ramadan dan puasa, seolah memberikan kekuatan bagi jiwa manusia. Bangkitnya ruh manusia dapat digambarkan sebagai peristiwa yang sangat penting dan berpengaruh luar biasa bagi kehidupan, bahkan secara khusus Allah Swt menggambarkannya lewat kata “Kutiba” (ditetapkan) untuk mengajak manusia pada rezeki ini.

Dengan kata lain “Kutiba ‘alaykum shiaam” artinya “Telah dituliskan bagi kalian”. Yakni, “Jangan sampai rezeki ini lepas dari tangan kalian”, maksudnya, “Wahai manusia, jangan sampai kalian bersusah payah menahan lapar dan dahaga, menjalankan ibadah, menjauhkan diri dari keburukan, namun hanya berhenti untuk mendapatkan pahala saja, jangan sampai ……”

Intinya, “Berpuasalah kalian sesuai perintah Allah Swt sampai jiwa kalian bangkit!”. Karena itulah makna “Pertemuan dengan Ramadan”. Ia adalah kesempatan untuk memperoleh kembali “Hembusan jiwa ilahi” yang tidak mudah disadari oleh setiap orang.

Kesempatan mengambil Wewangian telah kembali, bangkitlah!

Supaya dirimu tidak ketinggalan lagi, bersegeralah menujunya.