Syarat Menjadi Tamu-Nya di Bulan Ramadan (2)

Imam Khomeini juga menekankan pentingnya memperbaiki umat Islam. Orang yang tidak memperbaiki umat Islam dengan tangan, lidah, dan matanya, tidak bisa disebut sebagai seorang muslim yang sebenarnya. Sebagai seorang muslim, seseorang harus memperbaiki keadaan masyarakat dengan diri dan harta mereka.

Hati manusia ibarat cermin yang bersih dan berkilau, namun menerima bias dari keadaan dunia dan dosa yang banyak. Oleh karena itu, seseorang yang mampu melakukan ibadah puasa dengan niat yang ikhlas dan bersih dari riya atau pamer, maka ia telah berhasil mengambil faedah dari bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Dia telah melakukan ibadah puasa dengan menjauhi keinginan nafsu syahwat dan menjauhkan diri dari kepentingan lain selain dari Allah. Dengan demikian, ia telah melakukan ibadah puasa sebagaimana yang dituntut oleh Islam. Seseorang yang telah berbuat demikian, akan mendapat pertolongan dari Allah, karena ia telah berhasil menolak segala kecemaran dunia dan kegelapan dosa.

Imam Khomeini mengatakan bahwa ganjaran hakiki dari ibadah puasa adalah sebagaimana firman Allah (dalam hadis Qudsi), “itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi ganjarannya.” Namun, jika seseorang hanya ingin menjadikan nilai puasanya hanyalah sekedar mulutnya tidak kemasukan makanan, padahal mulut masih terbuka dalam membuat fitnah dan mengumpat, maka puasanya menjadi sia-sia dan tak mendapat faedah sama sekali. Malahan dia telah tercemar sebagai tamu Allah dan hilanglah haknya untuk menikmati rahmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia.

Imam Khomeini juga mengingatkan bahwa Allah telah memberikan karunia-Nya kepada umat manusia sebelumnya dengan berbagai jalan dan hal-hal yang memberi faedah kepada manusia. Allah telah menyediakan jalan untuk mencapai kesempurnaan dengan mengutus para anbiya serta menurunkan kitab-kitab suci yang bertujuan untuk mengantarkan manusia kepada martabat yang agung dan cahaya yang bersinar. Allah juga telah mengaruniakan upaya kemanusiaan, akal, pencapaian, dan berbagai kemuliaan kepada Bani Adam.

Beliau mengingatkan bahwa kita harus berhati-hati dalam melakukan amalan dan menjaga hati kita dari nafsu syahwat serta godaan dunia yang membutakan kita. Dia juga mengingatkan kita tentang betapa pentingnya menjaga hubungan dengan Allah Swt dan Rasulullah Saw, karena hubungan ini merupakan titik tolak bagi kebaikan kita di dunia dan akhirat. Puasa Ramadan adalah salah satu ibadah yang memiliki nilai yang sangat besar dalam agama Islam. Dengan berpuasa, kita dapat memurnikan hati dan diri kita dari segala kejelekan dan mendapat keberkahan dari Allah.


Allah Swt telah memberikan karunia-Nya kepada manusia melalui berbagai cara, termasuk dengan mengirimkan para nabi dan menurunkan kitab suci. Allah juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir dan berusaha mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, kita harus bersyukur dan menghargai nikmat yang diberikan Allah dengan melakukan amalan-amalan yang baik dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Imam Khomeini mengakhiri pesannya dengan mengingatkan kita bahwa segala amalan yang kita lakukan akan dihitung dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat nanti. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan menjaga hubungan baik dengan Allah serta Rasulullah. Dengan begitu, kita dapat meraih keberkahan hidup di dunia dan akhirat.