Imam Fakhru Razi: Ayat yang Menyebut Allah Swt di Langit Harus Difahami dengan Takwil

Sebelumnya telah dibahas perihal ayat Al-Quran yang menyebutkan Allah Swt berada di langit atau sejenisnya tidak boleh difahami secara lahiriah saja, tapi harus ditakwil sehingga tidak melazimkan sifat tajsim ataupun tasybih pada Allah Swt. Dan hal ini tidak ada pertentangan diantara kaum muslimin, kecuali mereka yang meyakini akan tidak bolehnya mentakwil nash-nash agama seperti kelompok Wahabi.

Pemahaman seperti diatas, kita dapati juga ada pada pendapat-pendapat ulama-ulama Islam lainnya, seperti Imam Fakhru Razi. Pemilik kitab Tafsir Kabir ini dalam kitabnya tersebut ketika menjelaskan tafsir Al-Quran surat Al-Mulk ayat 16 (ءأمنتم من فى السماء) menuliskan bahwa ayat tersebut tidak bisa dimaknai secara lahiriah, dan hal itu berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.

Selain itu, beliau juga menjelaskan konsekuensi dan kemustahilan-kemustahilan jika ayat tersebut difahami secara lahiriah, seperti keberadaan Allah di langit mengharuskan langit melingkupinya dari segala sisi, dan kemustahilan-kemustahilan lainnya.

…dengan kesepakatan kaum muslimin, sesungguhnya ayat ini tidak bisa diartikan secara lahiriah, karena keberadanNya di langit mengharuskan langit melingkupinya dari segala sisi, hal itu membuatNya lebih kecil daripada langit, dan langit jauh lebih kecil dari pada ‘Arsy. Maka hal tersebut melazimkan Allah Swt menjadi sesuatu yang rendah terhadap ‘Arsy, dan dengan kesepakatan ahli Islam itu adalah mustahil, karena Allah Swt Berfirman (قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ) Al-An’am:12, Katakanlah: “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi”. Katakanlah: “Kepunyaan Allah”. Dan jika Allah berada di langit, maka mewajibkan ia menjadi pemilik untuk dirinya sendiri, dan ini mustahil. Sehingga kita tahu bahwa ayat ini harus di alihkan dari maknanya secara lahir kepada takwil…[1]

Sekali lagi kita melihat bagaimana para ulama seperti Imam Fakhru Razi memberikan pendapatnya terkait ayat yang menyebut Allah Swt berada di langit dengan mengatakan bahwa ayat tersebut harus di takwil dan bukan memahaminya secara zahir. Dengan cara demikian, kita bisa terhindar dari pemahaman keliru yang meniscayakan kemustahilan bagi Allah Swt.

Wallahu A’lam

[1] Ar-Razi, Muhammad Fakhruddin, Tafsirul Fakhri Ar-Razi Jilid 30 Hal 69-70 Cet. Darul Fikr