Al-Saqaf Menanggapi Riwayat Nuzul

Salah satu dalil yang sering diutarakan oleh para penganut Tajsim dan Tasybih dalam menegaskan keabsahan akidah mereka adalah riwayat nuzul (hadis tentang turunnya Allah di malam hari ke langit dunia).

Riwayat tersebut tercatat dalam kitab Bukhari maupun Muslim. Sebagai berikut:

عَنْ‌ أَبِي هُرَيْرَةَ‌ رَضِيَ‌ اللَّهُ‌ عَنْهُ‌ أَنَّ‌ رَسُولَ‌ اللَّهِ‌ صَلَّى اللَّهُ‌ عَلَيْهِ‌ وَ سَلَّمَ‌ قَالَ‌: يَنْزِلُ‌ رَبُّنَا تَبَارَكَ‌ وَ تَعَالَى كُلَّ‌ لَيْلَةٍ‌ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ‌ يَبْقَى ثُلُثُ‌ اللَّيْلِ‌ الْآخِرُ يَقُولُ‌: مَنْ‌ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ‌ لَهُ‌ مَنْ‌ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ‌ مَنْ‌ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ‌. (صحيح بخاري، رقم: 1035، 2/298)

Dari Abu Hurairah RA darinya, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Tuhan kita Swt turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir seraya menyeru: Adakah seorang yang berdoa pada-Ku sehingga Aku ijabah baginya, adakah seorang yang meminta pada-Ku sehingga Aku memberikannya, adakah seorang yang memohon ampunan pada-Ku sehingga Aku ampuni ia. (Sahih Bukhari, no: 1035, hal: 297, jil: 2)

Menanggapi riwayat tersebut, Hasan bin Ali Al-Saqaf, seorang ulama dari Yordania menjelaskan di  dalam Syarah-nya terhadap kitab akidah Al-Tahawi bahwa tentunya yang dimaksud atau yang diinginkan dari hadis tersebut bukan makna lahiriyahnya, sebab mustahil Allah swt memiliki bentuk raga sehingga dapat dibayangkan bahwasannya Ia berada di langit ketujuh atau di atasnya lagi kemudian turun ke langit dunia, hal tesebut dikarenakan langit dunia adalah salah satu makhluk-Nya, maka bagaimana bisa Ia turun dan bertempat di sana?!

Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa mereka yang sepakat dengan makna lahiriyah dari hadis tersebut secara otomatis mereka juga menerima Hulul Allah Swt pada sebagian makhluk-Nya seperti langit, menerima akidah Tajsim dan Tasybih begitu pula akidah gerak serta pindah pada Allah Swt. Sementara hal itu semua adalah mustahil berada pada Allah Swt.

Menurutnya, makna yang tepat serta penjelasan yang bisa diterima dari hadis tadi ialah bahwa yang turun adalah malaikat yang telah diperintah olehNya untuk menyeru di sepertiga akhir dari malam di setiap belahan bumi. Hal ini didukung oleh kebiasaan dalam bahasa Arab yang menisbahkan pekerjaan pada pihak yang mengeluarkan perintah. Misalnya ungkapan; Raja telah memerangi sebuah negeri, maksudnya ialah bahwa raja telah memerintahkan atau mengutus komandan pasukannya untuk urusan tadi, sementara raja tersebut bahkan mungkin tidak keluar dari istananya.

Di samping alasan di atas, terdapat dua riwayat sahih yang memiliki arahan (Dilalah) terhadap makna yang tadi telah disebutkan.

Adapun riwayat pertama diriwayatkan oleh imam Al-Nasai:

أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ‌ بْنُ‌ يَعْقُوبَ‌، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ‌ حَفْصِ‌ بْنِ‌ غِيَاثٍ‌، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ‌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ‌ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْلِمٍ‌ الْأَغَرُّ، سَمِعْتُ‌ أَبَا هُرَيْرَةَ‌، وَ أَبَا سَعِيدٍ يَقُولَانِ‌: قَالَ‌ رَسُولُ‌ اللَّهِ‌ صَلَّى اللَّهُ‌ عَلَيْهِ‌ وَ سَلَّمَ‌: «إنَّ‌ اللَّهَ‌ عَزَّ وَ جَلَّ‌ يُمْهِلُ‌ حَتَّى يَمْضِي شَطْرُ اللَّيْلِ‌ الْأَوَّلُ‌ ثُمَّ‌ يَأْمُرُ مُنَادِيًا يُنَادِي يَقُولُ‌: هَلْ‌ مِنْ‌ دَاعٍ‌ يُسْتَجَابُ‌ لَهُ‌، هَلْ‌ (مِنْ‌)[1] مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لَهُ‌؟ هَلْ‌ مِنْ‌ سَائِلٍ‌ يُعْطَى‌؟. (السنن الكبرى، رقم: 10316/8، 6/124)

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Swt menangguhkan sampai habisnya separuh pertama dari malam kemudian menyuruh penyeru untuk menyeru: Adakah seorang yang berdoa sehingga diijabah baginya? adakah seorang yang memohon ampunan sehingga diampuni? adakah seorang yang meminta sehingga diberi?. (Al-Sunan Al-Kubra, no: 10316, hal: 124, jil: 6)

Adapun riwayat kedua:

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ‌ هَارُونَ‌، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ‌ سَلَمَةَ‌، عَنْ‌ عَلِيِّ‌ بْن زَيْدٍ، عَنِ‌ الْحَسَنِ‌، عَنْ‌ عُثْمَانَ‌ بْنِ‌ أَبِي الْعَاصِ‌ قَالَ‌: قَالَ‌ رَسُولُ‌ اللَّهِ‌ صَلَّى اللَّهُ‌ عَلَيْهِ‌ وَسَلَّمَ‌: تفتحُ أبوابُ السّمَاءِ نصفَ الليلِ، فينادي منادٍ: هلْ منْ داعٍ فيستجابُ لهُ؟ هلْ منْ سائلٍ فيُعطى؟ هلْ منْ مكروبٍ فيفرَّج عنهُ؟ فلا يبقى مسلمٌ يدعو بدعوةٍ إلَّا استجابَ اللهُ تعالى لهُ؛ إلَّا زانيةً تَسْعَى بفَرْجِها، أَوْ عَشّارًا. (رواه الطبراني فِي “الأوسط” (٢٧٦٩)، وصححه الألبانيُّ فِي “صحيح الجامع” (٢٩٧١).

Rasulullah Saw bersabda: Pintu-pintu langit terbuka pada pertengahan malam, kemudian penyeru menyerukan: Adakah seorang yang berdoa sehingga diijabah baginya? adakah seorang yang meminta sehingga diberi? adakah seorang yang kesusahan sehingga dilapangkan baginya? Maka tidak tersisa bagi seorang muslim yang berdoa dengan sebuah doa melainkan Allah mengabulkan doanya, kecuali pelacur yang menjual dirinya, atau ‘asysyaar” (seorang yang mengambil harta manusia secara batil, dengan memanfaatkan kekuasaan dan kedudukannya, seperti orang yang melakukan pungutan liar dengan cara meminta upeti atau cukai, pajak 1/10). (HR. Ahmad dan ath-Thabrani, hadis dari Utsman bin Abil ‘Aash, Shahiihut Targhiib no. 786)

Demikianlah hadis-hadis ini secara jelas dan tidak diragukan lagi, menegaskan bahwa yang turun ke langit dunia adalah malaikat yang diberi perintah oleh Allah Swt.

Tidak berhenti di sini, Al-Saqaf juga menjelaskan bahwa Ibnu Hajar pernah menyebutkan dalam Syarah terhadap hadis yang dinukil di awal pembahasan ini, bahwa sebagian ulama mencatat hadis yang termaktub dalam sahihain tadi dengan lafal yunzilullahu Taala fi Kulli Lailatin yang berarti Allah Swt menurunkan (malaikat) pada setiap malam, bukan Yanzilullahu Taala fi Kulli Lailatin yang berarti Allah Swt turun pada setiap malam.

Sumber: Al-Saqaf, Hasan bin Ali, Syarh Al-Aqidah Al-Thahawiyah, hal: 352-353, Beirut.