Perempuan-Perempuan yang Hadir di Karbala

Ummu Wahab bin Abdullah

 

Ummu adalah salah satu perempuan yang berbakti. Ummu Wahab binti Abdullah berkata kepada putranya di Karbala: “Bangunlah anakku! Bantu putra-putri Rasulullah”.

Wahab memandang mata ibunya dan berkata: “Saya tidak akan ragu melakukan itu ibu”. Dia menyerang dan membunuh sekelompok tentara dan kembali ke ibu dan istrinya. Dia berdiri di depan mereka dan berkata: “Ibu, apakah kamu puas?”

Ibunya berkata: “Anakku, aku akan puas denganmu ketika kamu terbunuh dalam membela al Husain as. Anakku, berbaliklah dan bergabunglah bersama anak Rasulullah, agar dia menjadi perantaramu di hadapan Allah di hari kiamat”.

Dia kembali ke lapangan dan bertarung. Dalam pertempuran, pasukan Umar bin Saad memotong kedua tangan Wahab. Kemudian dia mengambilnya lalu memisahkan kepala Wahab dari tubuhnya dan melemparkannya ke ibunya. Sang ibu mengambil kepala dan menciumnya dan melemparkannya ke arah musuh. Ummupun mengambil tiang tenda dan berlari ke arah musuh. Namun Imam membalikkan punggungnya dan berkata: “Berperang tidak diwajibkan untuk perempuan”, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan – semoga Allah merahmati putramu – .Ummu kembali ke tenda,

Syahidah Karbala

Istri Wahab ketika melihat suaminya terbunuh, dia mendekati suaminya yang syahid, menyeka debu dan darah dari wajahnya. Saat Syimr melihatnya, dia memerintahkan salah satu budaknya bernama Rustam untuk memukul kepalanya dengan tombak di tangannya. Budak itupun memukuli dan membunuh istri Wahab yang berbakti ini. Dia adalah perempuan pertama yang syahid dalam peristiwa Asyura.

Ummu Amr, seorang perempuan yang suami dan putranya syahid di Karbala

Amr bin Junadah adalah seorang remaja yang belum dewasa yang ayahnya syahid sebelum dia. Ibunya adalah seorang perempuan yang memiliki iman dan hati yang penuh keteguhan dan keyakinan. Meski suaminya syahid, namun rasa haus akan pengorbanan dirinya belum juga surut, ia berkata kepada putranya: “Segeralah bergerak dan lawan musuh di depan Husain, putra Rasulullah, sampai kamu merengguk cawan kesyahidan!”

Putranya berkata: “Ibu sayang, saya tidak akan kekurangan ..” dia segera meninggalkan tenda dan menyerbu ke medan pertempuran, tetapi begitu Imam melihatnya, dia berkata: “Hentikan dia, dia belum melewati kesyahidan ayahnya, ibunya tidak punya siapa-siapa. Wahai anak laki-laki! Kembali dan jaga ibumu, mungkin dia tidak ridha dengan keterlibatanmu dalam perang.”

Pemuda itu berkata: “Tidak, tidak tuan, bukan seperti itu! Sebaliknya, ibu saya sendiri yang menyuruh saya datang ke alun-alun!”

Imam berkata: “Bebas, lakukan apapun yang kamu mau”.

Pemuda tersebut mati syahid. Musuh memenggal kepalanya dan melemparkannya ke arah tenda. Ibunya, sebagaimana Ummu Wahab, mengambil kepala buah hatinya dan berkata: “Selamat hai anakku, hai cahaya mataku…”. Kemudian dia melemparkan kepala tersbut ke arah musuh dan menyerang musuh lalu membunuh dua musuh, sampai Imam mengembalikannya ke tenda.

Seekor singa betina di antara pasukan Umar Saad

Humayd bin Muslim (perawi peristiwa Karbala) mengatakan: “Saya melihat seorang perempuan dari klan Bakr yang bersama suaminya di antara para sahabat Umar Saad. Ketika dia melihat bahwa orang-orang tiba-tiba menyerang istri dan putri Husain dan mulai menjarah, dia mengambil pedang dan datang ke tenda Husain dan berteriak: “Wahai orang-orang dari suku Bakr! Apakah kamu mengambil pakaian putri-putri Rasulullah sebagai rampasan? Matilah wahai komplotan durhaka, kalian pembunuh putra Utusan Allah!.” Tapi sebelum terjun ke medan pertempuran, suaminya meraih tangannya dan menariknya kembali ke tempatnya.