Hisyam dalam Catatan Ulama Rijal

Kali ini kita akan melihat catatan beberapa ulama Rijal ketika mengkaji sosok Hisyam bin al-Hakam.

Al-Najasyi (372-450 H): “..Hisyam meriwayatkan dari Abu Abdillah (imam Jafar as-Shadiq) dan Abul Hasan Musa (al-Kadzim) As, dan ia adalah Tsiqah (orang yang dapat dipercaya) dalam periwayatan-periwayatan, (memiliki) penelitian yang baik dalam urusan ini.”[1]

Syekh Thusi (385-460 H): “Hisyam bin al-Hakam dari orang-orang khusus tuan dan pemimpin kami Musa bin Jafar As, Ia memiliki banyak dialog dengan para penentang dalam (kajian) Ushul (akidah) dan selainnya, dan ia juga memiliki Asl (buku yang berisi kumpulan hadis yang dinukil langsung dari imam)… dan ia juga mempunyai banyak karya tulisan, diantaranya: kitab al-Imamah, kitab Dilalah ala Huduts al-Asyiya…”[2]

Ibnu Nadim (w 384 H): “..(Hisyam bin al-Hakam) diantara sahabat pembesar Abu Abdillah Jafar (as-Shadiq) bin Muhammad As dan ia salah seorang ahli kalam Syiah Imamiyah serta orang kepercayaan. Juga termasuk orang yang didoakan oleh imam Shadiq As. Beliau berkata: ‘Aku mengatakan padamu apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw: kau senantiasa ditolong oleh Ruh al-Quds selama kau meneolong kami dengan lisanmu.’ Dan ia adalah orang yang membuka pembicaraan mengenai imamah, membersihkan madzhab dan memudahkan jalan berargumen di dalamnya.”[3]

Allamah al-Hilli (647-726 H): “..Diriwayatkan baginya (Hisyam bin al-Hakam) pujian-pujian yang mulia dari imam Shadiq dan imam Kadzim As, dan ia adalah orang yang membuka pembicaraan mengenai imamah, membersihkan madzhab dengan pandangannya, dan ia juga pandai dalam menyusun perkataan dan segera dalam memberi jawaban… Dan diriwayatkan riwayat-riwayat lain yang memujinya dan didatangkan pula hadis-hadis yang bertentangan dengannya, kami telah menyebutkannya dalam kitab kami yang besar dan juga menjawabnya, dan orang ini (Hisyam) bagi saya memiliki kedudukan yang besar dan posisi yang tinggi.”[4]

Ibnu Daud al-Hilli (647-707 H) mengomentari sebuah pernyataan yang tercatat dalam Rijal al-Barqi “Di dalam kitab Sa’ad (disebutkan) bahwasannya ia (Hisyam) adalah dari budak Abu Syakir yang Zindiq dan ia adalah penganut Tajsim yang rendah.” : “.. Maka akan datang (pembahasan ini) dalam (pembahasan) orang-orang yang Dhaif (lemah), meskipun saya tidak yakin apa yang dikatakan al-Barqi adalah celaan untuknya (Hisyam) sebab kondisi akidahnya jelas diketahui dan pujian para sahabat (ulama Syiah) terhadapnya mutawatir, dan statusnya murid dari seorang Zindiq (ateis) tidak melazimkan ia mengikutinya dalam hal tersebut, sebab hikmah diambil dimana saja ia ditemukan. Dan ucapannya: ‘penganut Tajsim yang rendah’ memiliki kemungkinan kembali Abu Syakir bukan padanya (Hisyam).”[5]

Sayid al-Khui (1317-1413 H): “Sungguh saya tidak mengira-gira (yakin) riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwasannya Hisyam pernah berbicara hal-hal yang berbau Tajsim, semua riwayat tersebut adalah buatan, dan penisbahan ini telah lahir dari hasud (kedengkian), sebagaimana yang diarahkan oleh riwayat al-Kessyi sebelumnya dengan sanad dari Sulaiman bin Jafar al-Jafari, berkata: Aku bertanya pada Abul Hasan al-Ridha As tentang Hisyam, beliau menjawab: Ia (Hisyam) adalah seorang hamba yang memberi nasihat dan disakiti oleh sahabat-sahabatnya karena kedengkian mereka terhadapnya.”[6]

[1] Al-Najasyi, Ahmad bin Ali, Rijal al-Najasyi, hal: 433-434, Jamiah al-Mudarrisin.

[2] Al-Thusi, Muhammad bin Hasan, al-Fehrest, hal: 203-205.

[3] Ibnu Nadim, al-Fehrest, hal: 7 (setelah akhir).

[4] Allamah al-Hilli, Hasan bin Yusuf, Khulashah al-Aqwal fi Ma’rifah al-Rijal, hal 288-289.

[5] Ibnu Daud, Taqiyuddin Hasan bin Ali, Kitab al-Rijal, hal: 367-368.

[6] Al-Khui, Abul Qasim al-Musawi, Mu’jam Rijal al-Hadis, jil: 20, hal: 321.