Benarkah Hari-Hari Terakhir Bulan Safar Itu Sial? Apa Kata Ulama? (1)

Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa bulan Safar dikenal dengan bulan naas, terutama pada empat hari terakhir di bulan tersebut yang bertepatan dengan hari wafatnya Rasulullah SAW. Mengenai alasan mengapa bulan Safar disebut sebagai bulan naas, beberapa alasan disebutkan termasuk karena bulan itu bertepatan dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW, syahidnya Imam Hasan dan Imam Ali Ridho. Selain itu, awal bulan Safar bertepatan dengan datangnya kafilah tawanan Karbala ke kota Syam, dan permulaan perang Shiffin terjadi di hari pertama bulan tersebut.

Pada beberapa hadis disebutkan bahwa umat Islam hendaknya menghindari pekerjaan penting di bulan Safar dan memperbanyak bersedekah untuk menangkal bencana. Oleh karena itu, umat Islam menyebut bulan Safar sebagai bulan naas dan buruk, karena wahyu terputus pada bulan tersebut. Imam Ali as terkait hal ini mengatakan bahwa dengan kematian Nabi Muhammad SAW sesuatu telah terputus di mana tidak ada yang terputus dengan kematian siapa pun.

Syeikh Abbas Qomi penulis kitab doa Mafatihul Jinan dan Waqayiul Ayyam menyebutkan amalan bulan Safar dengan tema kenaasan bulan tersebut. Teks perkatan  Syeikh Abbas Qomi dalam kitab Waqayiul Ayyam adalah sebagai berikut: “Ketahuilah bahwa bulan Safar terkenal dengan kesialannya, dan mungkin penyebabnya adalah wafatnya Rasulullah SAW terdapat pada bulan tersebut, sebagaimana kesialan di hari Selasa, atau karena bulan Safar jatuh setelah tiga bulan suci yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram yang di dalamnya tidak boleh berperang karena dilarang. Peperangan dan pembunuhan dimulai pada bulan Safar  di mana pada saat yang sama rumah-rumah menjadi kosong karena ditinggalkan para penghuninya.”

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa barang siapa yang memberiku kabar gembira terkait akhir bulan Safar, maka aku akan memberinya kabar gembira tentang surga.”

Terdapat dua keterangan mengenai penamaan bulan Safar. Pertama, kata Safar diambil dari kata Sofroh yang berarti kuning lantaran waktu pemilihan nama bulan Safar berbarengan dengan musim gugur dan dedaunan yang menguning. Kedua Safar diambil dari kata Sifr yang berarti kosong lantaran orang-orang mulai berperang setelah bulan-bulan suci dan mengosongkan kota dengan pergi berperang.

Beberapa Amalan Bulan Safar sebagai berikut;

1- Di bulan ini bersedekah sangat ditekankan. Rasulullah SAW berkenaan dengan sedekah mengatakan bahwa senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah, engkau mengajak berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan adalah sedekah, menuntun orang yang tersesat adalah sedekah, dan menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah.

2- Bagaimanapun juga untuk menangkal kesialan tidak ada yang lebih baik dari sedekah, doa, dan berlindung kepada Allah dan jika seseorang ingin dilindungi dari bencana di bulan Safar, maka dia harus membaca doa yang disebutkan oleh seorang ahli hadis bernama Faidh dalam kitab Khulasatul Inkar 10 kali setiap hari di bulan ini, sebagai berikut:

“یا شَدیدَ الْقُوی‏ وَ یا شَدیدَ الْمِحالِ یا عَزیزُ یا عَزیزُ یا عَزیزُ ذَلَّتْ بِعَظَمَتِکَ جَمیعُ خَلْقِکَ فَاکْفِنی‏ شَرَّ خَلْقِکَ یا مُحْسِنُ یا مُجْمِلُ یا مُنْعِمُ یا مُفْضِلُ یا لا اِلهَ اِلاّ اَنْتَ سُبْحانَکَ اِنّی‏ کُنْتُ مِنَ الظَّالِمینَ فَاسْتَجَبْنا لَهُ وَنَجَّیْناهُ مِنَ الْغَمِّ وَکَذلِکَ نُنْجِی الْمُؤْمِنینَ وَصَلَّی اللَّهُ عَلی‏ مُحَمَّدٍ وَ الِهِ‏ الطَّیِّبینَ الطَّاهِرینَ”

3-Syed bin Thawus meriwayatkan bahwa pada hari ketiga bulan Safar, lakukan lah shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama setelah membaca surat al Fatihah, bacalah surat “Fath” “Inna Fatahna…” dan pada rakaat kedua setelah membaca surat al Fatihah bacalah surat Tauhid. Setelah salam bacalah shalawat seratus kali dan mohon lah ampun (baca istigfar) seratus kali, lalu minta lah kebutuhan kalian kepada Allah, insya Allah doa kalian akan terkabul. (Iqbal, halaman 587)

4. Pada hari Arba`in (hari ke-20 Safar), ditekankan untuk membaca doa ziarah Imam Husain. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Syekh Thusi dari Imam Hasan Askari, dikatakan bahwa ada lima tanda orang beriman. Pertama, melakukan shalat lima puluh satu rakaat (17 rakaat shalat wajib dan 34 rakaat shalat sunnah). Kedua, membaca doa ziarah Arbain. Ketiga, memakai cincin di tangan kanan. Keempat, meletakkan dahi di tanah saat sujud. Kelima, membaca basmalah dengan suara dalam shalat.

Bersambung ...