Ayat al-Isra

Ayat al-Isra (bahasa Arab:آية الإسراء) merupakan ayat pertama dari Surat al-Isra. Ayat ini menjelaskan mengenai mi’raj Nabi Muhammad saw. Menurut ayat ini, Nabi saw diperjalankan dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa pada waktu malam hari. Tujuan dilakukannya Mi’raj adalah untuk menunjukkan keagungan tanda-tanda kebesaran Allah swt kepada Nabi-Nya. Dari ayat ini juga kita dapat memahami bahwa mi’raj merupakan sifat fisik dari Nabi saw dan mukjizatnya, artinya Mi’raj Nabi bersama fisiknya.

Mukadimah
Ayat pertama Surat al-Isra yang merujuk pada peristiwa perjalanan Nabi dari Masjid al-Haram ke Masjid Al-Aqsa disebut Ayat al-Isra.

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Sya’nu Nuzûl
Ayat ini turun menjelaskan perjalanan Nabi saw dari Mekkah menuju Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Menurut Syeikh Thabarsi, salah satu ahli tafsir abad ke-6, bahwa setelah Nabi saw melaksanakan salat Maghrib dan Isya di Masjidil Haram, isra mi’raj dimulai, kemudian Nabi saw kembali pada malam itu juga dan melaksanakan salat subuh di Masjid al-Haram. Isra Mi’raj adalah peristiwa yang disepakati terjadinya oleh seluruh umat Islam, bahkan beberapa sahabat, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Jabir bin Abdillah dan Huzaifah, telah meriwayatkan secara khusus peristiwa ini.

Para ahli tafsir telah membahas rincian dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw, seperti kapan terjadinya, tempat dan bagaimana terjadinya.

Mi’raj Adalah Mukjizat
Beberapa ahli tafsir menyebutkan ayat Isra sebagai salah satu mukjizat Nabi saw. Syeikh Jafar Subhani dalam tafsirnya Mansyûr Jâwîd menyatakan bahwa perjalanan malam Nabi saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al -Aqsa adalah salah satu mukjizat Nabi saw, karena perjalanan yang begitu jauh tanpa sarana modern, dan dilakukan dalam satu malam, merupakan hal di luar kemampuan dan kebiasaan manusia, oleh sebab itulah peristiwa ini termasuk dalam bentuk dari mukjizat. Menurut ulama dan cendekiawan Syi’ah Murtadha Muthahhari (meninggal: 1358 H S.), pada ayat ini, telah diceritakan mengenai perjalanan di luar kebiasaan dan kemampuan manusia, yang terjadi pada Nabi saww. Karena perjalanan dalam satu malam di zaman yang kendaraan secara umum adalah unta tidak lain adalah sebuah mukjizat. Tentu saja, Ayatullah Makarem Syirazi berpendapat bahwa ayat ini secara lugas tidak mengungkapkan mukjizat, tetapi dengan bantuan penjelasan riwayat atau hadis dan Sya’nu nuzul ayat di dalam tafsirannya, dapat menunjukkan bahwa Isra Mi’raj termasuk dari mukjizat Nabi saw.

Mi’raj Nabi Bersifat Fisik
Para ahli tafsir telah berbicara mengenai mi’raj yang bersifat fisik atau rohani. Menurut Allamah Thabathabai (W. 1360), sebagian besar dari para ahli tafsir meyakini bahwa Mi’raj itu bersifat fisik; Tentu saja Allamah sendiri meyakini bahwa dari ayat ini dan ayat Surah al-Najm, dapat disimpulkan bahwa perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa bersifat fisik. Namun Mi’raj dari Masjid Al-Aqsa ke langit bersifat ruhani. Menurut Ayatullah Makarim Syirazi, kata “بِعَبْدِهِ” mengandung arti bahwa mi’raj (naiknya) Nabi Muhammad saw bersifat fisik, karena kata ini menunjukkan bahwa jasmani Nabi saw telah menemaninya dalam perjalanan ini. Juga, Jafar Subhani telah menegaskan bahwa jika perjalanan ini bersifat spiritual atau ruhani saja, maka sebaiknya kata ” بِعَبْدِهِ ” diganti menjadi “بروحه”.

Mengungkap Tujuan Mi’raj Nabi
Menurut para ahli tafsir, ungkapan “لِنُرِیَهُ مِنْ آیَاتِنَا” mengacu pada tujuan ’ Isra Mi’raj. Tujuan mi’raj adalah untuk menunjukkan tanda-tanda keagungan Allah swt kepada Nabi saw agar ruhnya menjadi agung dan lebih mulia, sehingga Nabi saw memiliki kesiapan untuk membimbing dan memberikan hidayah kepada manusia. Thabarsi di Majma’ al-Bayân menganggap perjalanan malam Nabi saw dari Mekah ke Yerusalem, dan mi’rajnya ke surga, serta melihat para nabi as di sana adalah sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran-Nya.  Juga, dari kata ” مِّنَ ” dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Nabi melihat sebagian tanda kebesaran Allah swt selama perjalanan tersebut, bukan semuanya.