Nilai Sikap Santun

Pada masa Imam Musa Kazhim as, terdapat seorang miskin. Ia seorang peladang yang tidak terdidik, yang suka berlaku sangat kasar terhadap Imam Musa Kazhim as, manakala ia melihatnya. Tanpa memandang betapa kasar orang ini, beliau tidak pernah merasa gusar dan tidak pernah berkata kasar sebagai balasan kepada orang itu. Para sahabat beliau bermaksud menghajar orang itu, namun imam tidak membolehkan melakukan itu. Imam Musa Kazhim as berkata kepada mereka bahwa ia sendiri yang akan mengajar orang itu.

Suatu hari, Imam Musa Kazhim as menunggangi kudanya, bertolak menuju ladang tempat orang kasar itu bekerja. Tatkala melihat Imam Musa Kazhim as, ia menghentikan kerjanya dan berkacak pinggang, bersiap untuk kembali berlaku kasar. Imam as turun dari kudanya dan maju mendekati orang itu serta memberi salam dan senyum bersahabat kepadanya. Imam Musa Kazhim as berkata kepadanya bahwa ia hendaknya tidak terlalu banyak bekerja sendiri dan ladang yang ia miliki merupakan ladang yang baik. Imam bertanya kepadanya ihwal berapa banyak yang ia harapkan untuk diterima ketika menuai hasil ladangnya.

Si peladang menjadi sangat kaget pada sikap santun dan ketulusan Imam. Ia berpikir sesaat, dan kemudian berkata bahwa ia mengharapkan 200 keping emas dari tanah garapannya ini. Imam Musa Kazhim as merogoh sebuah kantong dan menyerahkan kepada si peladang bahwa dalam kantung uang itu terdapat 300 keping emas, lebih dari nilai hasil ladang garapannya. Imam Musa Kazhim as berkata kepadanya untuk mengambil uang itu dan tetap memiliki hasil garapan. Dan beliau berharap agar ia mendapatkan lebih banyak dari itu.

Tatkala mendapatkan perlakuan sedemikian baik dan santun, si peladang kasar itu menjadi sangat malu dan meminta Imam Musa Kazhim as untuk memaafkannya. Setelah itu, manakala peladang kasar itu melihat Imam, ia segera menyapa Imam dengan santun. Para sahabat imam sangat takjub melihat perubahan perilaku orang itu.

Suatu hari Imam melintas di hadapan seorang miskin. Beliau menyapanya dengan sopan dan berbicara dengannya selama beberapa menit., menanyakan apakah ia baik-baik saja. Tatkala hendak pergi, beliau berkata kepada orang miskin itu kalau-kalau ada yang dapat beliau lakukan untuk orang itu.

Para pengikut Imam Musa Kazhim as melihat dan mendengar betapa baiknya Imam terhadap orang itu. Mereka berkata kepada Imam bahwa tidak pantas orang sebesar Imam berkata dan menawarkan jasa kepada orang seperti itu. Imam menjawab bahwa mereka lupa, mereka semua merupakan hamba Allah Swt, dan Allah Swt menciptakan seluruh manusia itu sama. Juga, jika seorang miskin tidak berarti bahwa ia akan tetap miskin seumur hidupnya, demikian pula seorang yang kaya. Imam Musa Kazhim as berkata kepada mereka bahwa siapa saja yang memerlukan pertolonganmu hari ini boleh jadi akan menolongmu suatu hari kelak.