Hidup sederhana untuk hidup bahagia

Al-Qur’an sebagai panduan hidup manusia memberikan nasehat supaya bisa hidup dalam kebahagiaan. Misalnya dalam surah Al-A’raf ayat 31 yang berbunyi:
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

Artinya: Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.

Ayat ini memberikan pelajaran bagi kita supaya menggunakan pakaian yang indah, suci, bersih dan rapi Ketika memasuki masjid. Tentu dapat dipahami pula bahwa Islam mengajarkan pada kita untuk berpakaian dimanapun dengan suci, bersih dan rapi, karena itu adalah fitrah dari dalam diri manusia yang mencintai kerapian, kebersihan dan keindahan. Namun, kerapian, kebersihan dan keindahan tidak harus didapatkan dari pakaian yang selalu baru. Manusia bisa merawat pakaiannya dengan membersihkan, mencuci atau menyetrikanya supaya rapi. Itulah kenapa dalam potongan ayat berikutnya disebutkan kata وَلَا تُسْرِفُوْاۚ yang bermakna “jangan berlebihan”.

Manusia adalah makhluk yang diberi Allah Ikhtiar dan rezeki. Rezeki bisa berupa harta, umur, kekuasaan, pasangan yang baik, anak-anak atau ilmu. Semua rezeki ini haruslah digunakan dengan cara sederhana artinya tidak berlebihan. Hidup sederhana dicontohkan oleh Imam Ali as yang berkata dalam suratnya kepada Ustman bin Hunaif, “ketahuilah wahai Hunaif, bahwa Aku (Ali as) mencukupkan diri dengan 2 pakaian lama yang terbuat dari potongan kain, Akupun cukup makan 2 kerat roti. Demi Allah, aku tak pernah menimbun emas dari duniamu, tak pernah menumpuk kekayaan dari harta benda dunia, tak pernah memiliki sejengkal tanah, aku tak pernah menikmatinya kecuali sedikit”.

Inilah contoh dari sang Amirul Mukminin as tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan sederhana. Bahkan dengan kesederhanaan itu beliau dikaruniai kesalehan, keberanian, anak-anak penghulu surga dan istri penghulu Perempuan seluruh alam. Yang perlu diperhatikan bahwa, dalam kondisi hidup sederhana pun, beliau tetap mampu bersedekah dan membantu semua orang. Bisa disimpulkanm inilah kebahagiaan hakiki itu. Mungkin kita tidak bisa meniru 100 persen contoh kesederhanaan imam Ali as diatas, namun setidaknya kita bisa meniru sedikit kesederhanaan beliau dalam kehidupan ini supaya kita bisa hidup Bahagia di dunia dan akhirat dan dikaruniai Ridha Allah SWT.