13 Rajab, Lahirnya Mentari Keadilan (2)

Dalam pertempuran Siffin, pertama-tama pasukan Syam menutup aliran air baginya dan para sahabatnya serta mencegah beliau untuk mengakses air. Tetapi ketika perang pecah dan Imam Ali as dan para sahabatnya menguasai medan perang, mereka bertanya kepadanya, "Apakah kita menutup jalur air ke pasukan Syam, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kita?" Imam Ali as menjawab, "Demi Allah! Aku tidak akan pernah melakukan apa yang sebelumnya mereka lakukan."

Kebebasan dalam logika Ali as adalah salah satu sifat dan fitrah manusia dan harus dipertahankan dan ditegakkan. Para penentang Imam Ali as secara bebas mengekspresikan pendapat mereka di mana-mana, dan Imam, dirinya dan para sahabatnya menghadapi mereka dengan pendapat bebas, berbicara dan berdebat satu sama lain.

Para musuh datang ke masjid dan menyebabkan gangguan dalam ceramah dan pidato Ali. Suatu hari, Amirul Mukminin berada di atas mimbar. Seorang pria datang dan bertanya. Ali as segera menjawab. Salah satu orang asing berteriak di antara orang-orang, "Semoga Allah membunuh! Betapa banyak ulama." Yang lain ingin menahannya, tetapi Imam berkata, biarkan dia pergi, dia hanya mengutuk saya."

Seorang khawarij tidak mengikuti Ali as dalam shalat berjamaah, karena menganggapnya sebagai orang kafir. Mereka pergi dengan bebas ke masjid dan tidak melakukan shalat dengan Ali dan bahkan mengganggunya.

Setelah Uthman, beberapa datang ke Imam Ali untuk membaiatnya. Beliau berkata, "Rakyat harus membuat keputusan sendiri." Imam berkata kepada masyarakat, "Masalah pemerintahan adalah tentang urusan Anda sendiri dan itu adalah hak Anda untuk memilih wali Anda sendiri dan tidak ada yang memiliki hak untuk memaksakan seseorang pada Anda."

Keadilan adalah salah satu bagian yang paling indah dari karakter Amir al-Mu'minin as. Jika Ali as tidak ingin menghormati keadilan dan lebih memilih status dan karakternya daripada kepentingan dunia Muslim, beliau akan menjadi khalifah yang paling sukses dan paling kuat. Tetapi beliau begitu tegar di jalan kebenaran sehingga ketika saudara laki-lakinya Aqil meminta sesuatu dari Baitul Mal, beliau meletakkan api di tangannya dan mengingatkannya akan azab akhirat. Keadilan Imam Ali as adalah simbol keadilan Islam. Dalam ajaran Imam Ali as dikatakan, "Allah menjadikan keadilan sebagai penunjang manusia. Keadilan adalah cahaya Islam. Islam tanpa keadilan adalah cahaya yang tidak bercahaya.

Ali as selalu berusaha membuat jalan sejarah berada dalam konteksnya yang sebenarnya. Beliau tabah dalam mengejar kebaikan umat. Begitu Rasulullah Saw meninggal dunia, masyarakat yang waktu itu memilih jalan yang salah dalam memilih pemimpin setelahnya, tapi hal itu tidak membuat Imam Ali as mengambil keputusan tergesa-gesa. Mereka yang berkuasa waktu itu, khususnya Utsman, jelas-jelas merasakan hal ini, tetapi kondisi yang ada menghalanginya untuk menjalin hubungan yang hangat dan bersahabat dengan Imam Ali as. Ibn Qutibah mengatakan, "Suatu hari, ketika Utsman berkata kepada Ali as, "Wahai Abul Hasan! Aku tidak tahu apakah aku menginginkan kematianmu, atau aku menginginkan hidupmu. Demi Allah! Jika engkau mati, tidak ingin tinggal sepeninggalmu demi orang lain, karena aku tidak akan menemukan orang sepertimu. (al-Imamah wa al-Siyasah, jilid 1, hal 36)

Hambatan utama bagi kesehatan tubuh dan jiwa manusia adalah mencintai dunia, sedemikian rupa sehingga individu dan komunitas menjalin hubungan rendah dengan urusan kehidupan. Ali as sebagai penguasa masyarakat Islam, memiliki semua sumber daya dan kekayaan Muslim yang besar. Beliau adalah kepala negara yang sangat luas ini, dengan kekuatan itu dan semua sumber daya dan kekayaan pada waktu itu, tetapi tidak sedikitnya terpolusi dengan keindahan dunia. Suara Ali ini dalam ruang penciptaan dan ruang hidup manusia masih menggaungkan resonansinya. Beliau berkata, "Efek dunia, keindahan yang menarik, hasrat yang menyeret orang terkuat kepadanya. Wahai dunia! pergi temui orang lain dan tipu orang lain. Karena tangan Anda tidak akan sampai kepada orang seperti Amirul Mukminin as."

Pengabaiannya terhadap nafsu kehidupan dan kemewahan dunia sedemikian rupa sehingga beliau bekerja di kebun kurba dan kerja sebagai kewajiban, tetapi hasil dari upaya ini adalah menghijaukan tanah dan memenuhi kebutuhan orang lain.

Rasulullah Saw dengan memperhatikan pelbagai keutamaan Ali as dan kebesaran maqamnya bersabda, "Siapapun yang ingin "Adam" dengan pengetahuannya, "Nuh" dengan ketakwaannya, "Ibrahim" dengan kesabarannya, "Musa" dengan kewibawaannya dan "Isas" dengan ibadanya, maka lihatlah Ali bin Abi Thalib as. (Irsyad al-Qulub, hal 217)

Sekali lagi, kami mengucapkan selamat kepada semua umat ISlam atas kelahiran Imam Ali as dan kami berharap akan dapat mengikuti jalan-Nya di jalan keadilan dan kebenaran.