Kehidupan Sayidah Nargis; Ibunda Imam Mahdi Afs (Part. 4)

Imam Ali Al-Hadi hidup dikontrol ketat oleh penguasa. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan putranya dan keberlangsungkan garis keimamahan, beliau sangat jarang menunjukkan putranya, Abu Muhammad di hadapan umum.

Sayidah Nargis tinggal di rumah Sayidah Hakimah dan hidup di bawah bimbingannya. Namun, hingga saat itu Sayidah Nargis belum pernah bertemu dengan Abu Muhamad, putra Imam Ali Al-Hadi as yang telah dikenalnya dalam mimpi. Hingga suatu saat Abu Muhamad (Imam Hasan Al-Askari) datang ke rumah bibinya dan bertemu dengan Sayidah Nargis. Sayidah Hakimah berbicara dengan keponakannya. Setelah selesai bicara, kemudian Abu Muhammad pun pamit pulang.

Sayidah Hakimah pergi menghadap Imam Ali Al-Hadi as untuk membicarakan pernikahan Sayidah Nargis dan keponakannya. Setibanya di rumah Imam Ali Al-Hadi, sebelum mulai bicara, Imam as, “Hakimah, bawalah Nargis untuk dinikahkan dengan Abu Muhamad, putraku!”

“Tuanku, untuk urusan ini juga aku datang menghadapmu, ingin meminta ijin kepadamu.” Jawab Sayidah Hakimah.

“Wahai orang yang diberkahi, sesungguhnya Allah mencintaimu, engkau turut mendapatkan pahala ini dan Allah menetapkan kebaikan untukmu.” Lanjut Imam as.

Sayidah Hakimah dengan sangat bahagia keluar dari rumah Imam Ali Al-Hadi as dan pamit pulang. Setibanya di rumahnya, beliau menyampaikan kabar baik tersebut kepada Sayidah Nargis. Sayidah Nargis tak mampu menyembunyikan kebahagiannya. Kemudian Sayidah Hakimah menyiapkan Sayidah Nargis untuk melakukan prosesi pernikahan dengan kemenakannya. Prosesi pernikahan Sayidah Nargis dan Imam Hasan Al-Askari dilakukan dengan sangat sederhana di rumah Sayidah Hakimah.[1] Kemudian setelah itu beliau berdua tinggal di rumah Imam Ali Al-Hadi as dan memulai kehidupan rumah tangganya di rumah yang penuh perkah tersebut.[2]

Kehidupan rumah tangga Sayidah Nargis dan Imam Hasan Al-Askari banyak diterpa kesulitan karena kondisi yang mencekam. Imam Hasan Al-Askari as penerus Imam Ali Al-Hadi as yang syahid karena diracuni dan menjadi imam pada usia 22 tahun yang akan membimbing umat. Sayidah Nargis pun sebagai istri berusaha mempersiapkan dirinya untuk berkorban dan menerima semua bahaya dan ancaman yang akan menimpa suaminya.

Dimulai dari awal masa keimamahannya, penguasa memerintahkan untuk mengontrol dan mengawasi gerak-gerik Imam as dengan ketat. Imam Hasan Al-Askari pun disuruh datang ke istana untuk melaporkan diri pada tiap hari Senin dan Kamis.  Tidak cukup sampai di situ, bahkan kemudian surat perintah untuk menahan dan memenjarakan beliau pun dikeluarkan oleh penguasa.

Sayidah Nargis menghadapi semua kesulitan ini dengan ketangguhan dan kesabaran. Pada masa Imam as dipenjara, beliau berusaha menjaga semua rahasia Imam Hasan Al-Askari as dengan baik. Pada masa-masa sulit tersebut, Sayidah Hakimah sering datang menemui Sayidah Nargis untuk menghibur dan berusaha sedikit meringankan beban berat yang ditanggungnya.