Malam 15 Sya’ban; Proses Kelahiran Sang Juru Selamat, Imam Mahdi Afs(1)

Pada tanggal 14 Sya’ban 255, Sayidah Hakimah seperti biasa datang menemui Imam Hasan al-Askari as dan Sayidah Nargis. Sayidah Nargis bangkit mendekati Sayidah Hakimah hendak membukakan alas kakinya. Namun Sayidah Hakimah menolaknya dengan sopan seraya berkata, “Engkau adalah junjunganku, sumpah demi Allah aku tidak akan membiarkanmu membukakan alas kakiku dan melayaniku seperti ini. Namun aku yang harus melayanimu.”

Mendekati Magrib, Sayidah Hakimah pamit pulang. Namun Imam Hasan al-Askari menahannya dan memintanya untuk tinggal.

“Bibiku, tinggallah di sini, kita buka puasa bersama. Ini pertengahan malam Sya’ban, tidak lama lagi akan lahir sosok yang dijanjikan…”

“Tuanku, siapa yang akan melahirkan? Aku tidak melihat tanda-tanda kehamilan pada Nargis?” tanya Sayidah Hakimah.

“Dari Nargis, tidak dari selainnya.” Jawab Imam as singkat.

Sayidah Hakimah kemudian pergi mendekati Nargis, mendekati tubuhnya dan melihat tanda-tanda kehamilan padanya. Namun ia tidak melihat tanda-tandanya. Sayidah Hakimah kembali menghadap Imam Hasan al-Askari as. Imam as tersenyum seraya berkata, “Ketika waktu fajar tiba, maka akan menjadi jelas bagimu. Karena kehamilannya seperti kehamilan Ibu Nabi Musa as yang tidak terlihat tanda-tanda kehamilannya. Tidak ada yang mengetahuinya sampai kelahirannya karena Firaun akan menyobek perut perempuan yang hamil untuk mencari Nabi Musa as. Anakku juga seperti Nabi Musa as.”[1]

Sayidah Hakimah kembali mendekati Sayidah Nargis dan menanyakan kondisinya.

“Bibi, aku tidak merasakan adanya janin dalam rahimku.” Ucap Sayidah Nargis.

“Allah akan menganugrahkan seorang anak kepadamu yang akan lahir malam ini.” Timpal Sayidah Hakimah.

Sayidah Nargis sangat bahagia mendengarnya, dan tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.[2]

Dalam menceritakan peristiwa malam pertengahan Sya’ban Sayidah Hakimah berkata, “Setelah mendirikan shalat dan berbuka, kemudian aku tidur. Tengah malam aku terbangun untuk melakukan shalat Tahajud. Setelah shalat, aku melihat ke arah Nargis yang tengah tertidur pulas tubuhnya tidak bergerak. Aku tidak melihat tanda kehamilan padanya. Kemudian aku duduk lagi dan melanjutkan membaca doa. Nargis pun terbangun untuk melakukan shalat Tahajud. Setelah shalat, Nargis kembali tertidur. Aku mulai ragu atas ucapan keponakanku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suaranya dan berkata, “Bibiku, jangan tergesa-gesa, sebentar lagi hal itu akan terwujud.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sayidah Hakimah berkata, “Aku malu pada Imam Hasan al-Askari, kenapa harus meragukannya? Dalam keadaan malu aku pun masuk ke dalam kamar.”[3]

Aku kembali duduk dan membaca surah as-Sajdah dan surah Yasin. Tiba-tiba Nargis terbangun dalam keadaan gemetar. Aku langsung mendekatinya dan mendekapnya sembari membaca doa. “Apakah engkau merasakan sakit?” tanyaku.

“Iya, Bibiku.” Jawabnya.

Aku berkata, “Yakinlah dan bertahanlah, ini adalah sebagaimana yang telah aku katakan kepadamu.” Kemudian aku memanggil Imam Hasan al-Askari, beliau pun membacakan surah al-Ikhlas, al-Qadar, dan Ayat Kursi untuk Nargis. Aku pun membaca surah-surah tersebut atas perintahnya.[4] Janin yang ada di Rahim Nargis pun ikut membacanya, ia pun mengucapkan salam kepadaku, dan aku gemetar saat mendengar suaranya.

Imam Hasan al-Askari as berkata, “Jangan heran dengan keajaiban Allah, sesungguhnya Allah memberikan kemampuan kepada kami pada saat kecil dapat menyampaikan hikmah dan saat dewasa menjadi hujjah-Nya di muka bumi.”[5]

Sayidah Hakimah kembali menjelaskan, “Pada saat kondisi kritis, Nargis memegang tanganku dengan sangat erat, berteriak dan mengucapkan syahadat.”[6]

Berkaitan dengan proses kelahiran Imam Mahdi afs terdapat beberapa riwayat yang berbeda, meskipun secara umum kandungannya sama yang dinukil dari Sayidah Hakimah, di antaranya:

“Tiba-tiba, saat itu aku dan Nargis menjadi lemas, pada saat itu aku melihat bayi terlahir.”[7]

“Tiba-tiba, Nargis hilang dari pandanganku seolah-olah ada tirai yang menghalanginya. Aku pun berlari menuju Imam Hasan al-Askari dan memanggilnya.

“Bibi, kembalilah ke tempatmu, engkau akan melihatnya kembali.” Ucap Imam Hasan al-Askari.[8]

Bersambung ...