Malam 15 Sya’ban; Proses Kelahiran Sang Juru Selamat, Imam Mahdi Afs(2)

“Aku melihat cahaya yang menyilaukan dari bayi Nargis, bayi tersebut menghadap kiblat dan bersujud.”[9]

Imam Hasan al-Askari as berkata, “Saat ia terlahir dari rahim ibunya langsung menghadap kiblat dan bersujud, kemudian duduk dan mengangkat jari-jarinya ke arah langit dan bersin seraya mengucapkan,

“Alhamdulillah Robbil alamin, shollallahu ‘ala Muhamad wa alihi ‘abdan daakhiran ghaira mustangkifin wa la mustakbirin.”

Nasim, pelayan Imam Hasan al-Askari as pun menyinggung tentang bersin Imam Mahdi afs saat lahir.[10]

Usman bin Said, salah satu wakil Imam Mahdi afs pada masa Ghaib Shugra menceritakan bahwa pada saat itu menyaksikan cahaya berasal dari rumah Imam Hasan al-Askari as yang membentang hingga ke langit.[11]

Imam Hasan al-Askari as memanggil bibinya, “Bibiku, bawalah bayi itu kemari!”

Sayidah Hakimah pun mengambil bayi tersebut dan menggendongnya. Dilihatnya bayi sudah bersih dan suci. Bayi pun dibedong dengan kain dan diserahkan kepada Imam Hasan al-Askari as. Imam as meletakkan bayinya di atas telapak tangan kiri dan meletakkan telapak tangan kanannya di atas perutnya. Beliau meletakkan lidahnya di mulutnya, mengusap-ngusap punggung, telinga dan bagian tubuh lainnya. Kemudian mengumandangkan adzan di telinganya dan setelahnya mengusap kepalanya seraya berkata, “Putraku, berbicaralah!”

Bayi itu pun berbicara,[12]

“Asyhadu an la ilaha illah, wa asyhadu anna Muhamad Rasulullah, wa anna ‘Aliyyan Amiral Mukminin waliyyullah…”

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhamad utusan Allah, dan Ali waliyullah…” bayi tersebut menyebut nama-nama para Imam as dan berhenti setelah menyebut nama Imam Hasan al-Askari as.[13]

“Bibiku, bawalah bayi itu ke ibunya, agar ia mengucapkan salam kepadanya, kemudian bawa lagi kepadaku!” perintah Imam Hasan al-Askari kepada Sayidah Hakimah.

Sayidah Hakimah pun memberikan bayi itu kepada Sayidah Nargis. Bayi mengucapkan salam kepada ibundanya. Kemudian bayi tersebut diserahkan kembali kepada Imam Hasan al-Askari as.[14] Beliau memberikan nama dan julukan kepadanya seperti nama dan julukan Rasulullah Saw, Muhamad dan Abul Qasim adalah nama dan julukannya yang telah dikabarkan sebelumnya oleh Rasulullah Saw.[15]

[1] Hidayatul Qubra, hal 353; Tim Peneliti Baqirul-Ulum, Banwane Nemune, hal.634.

[2] Kamaludin, jil 2, hal 424; ibid.

[3] Kitabul Ghaibah, hal 141; Biharul Anwar, jil 51, hal 17; ibid hal 635.

[4] Kasyful Ghummah, jil 2, hal 498; ibid.

[5] Kamaludin, jil 2, hal 425; Biharul Anwar, jil 51, hal 2 & 11; ibid.

[6] Kitabul Ghaibah, hal 141; Biharul Anwar, jil 51, hal 17; ibid hal 636.

[7] Kamaludin, jil 2, hal 425; Kitabul Ghaibah, hal 141; ibid hal 636.

[8] Ibid, jil 2, hal 426; ibid.

[9] Ibid.

[10] Ibid hal 403; Ibid hal 147; ibid hal 637.

[11] Muntakhabul Atsar, hal 342; Ibid.

[12] Majmaul Bayan, jil 6, hal 511; ibid 678.

[13] Kamaludin, jil 2, hal 425; Kitabul Ghaibah, hal 141; ibid.

[14] Ibid, hal 431; Biharul Anwar, jil 51, hal 5.

[15] Al-Irsyad, jil 2, hal 339; ‘Alamul Wara’ , jil 2, hal 213.