Meraih Hikmah Bulan Ramadan (3)

Kita semua mencari jalan yang benar sepanjang hidup kita untuk menciptakan kehidupan yang bahagia bagi diri kita sendiri. Kehidupan di mana kita bisa memiliki kedamaian dan merasakan kebahagiaan bersama orang yang kita cintai. Namun tahukah kita apa itu kebahagiaan dan bagaimana cara mendapatkan kedamaian?

Dalam budaya al-Qur'an, tujuan penciptaan manusia adalah ibadah, dan jalan kebahagiaannya juga harus melewati jalan ini.

Allah berfirman dalam surah al-Dzariyat ayat 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Nabi Muhammad Saw bersabda, “Otak dan jiwa ibadah adalah doa.” Ungkapan Rasulullah Saw ini berakar pada ajaran al-Qur'an, di mana Allah SWT berfirman dalam surah Ghafir ayat 60, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

Kemudian Allah menganggap berdoa ini sebagai ibadah, sebagaimana kelanjutan ayat tersebut menyebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Mungkin inilah alasan mengapa para tokoh agama kita menganggap doa sebagai bentuk ibadah terbaik dan menggunakan setiap kesempatan untuk berdoa.

Zaman kita hidup adalah zaman kecepatan, laju kehidupan meningkat dan waktu menjadi sangat singkat. Kadang-kadang, jika berhasil, kita meninjau kembali kehidupan masa lalu kita! Kita melihat betapa banyak waktu yang hilang, seberapa tenaga yang digunakan dan upaya apa yang belum kita lakukan, tetapi kita belum mencapai sesuatu yang signifikan. Kesibukan akan kehidupan material telah menyita seluruh waktu kita dan pengulangan dari kesibukan ini adalah rutinitas sehari-hari yang telah menyebabkan kebanyakan orang putus asa dan depresi.

Meskipun doa dan ibadah berada dalam segala aspek kehidupan orang beriman dan mencegah mereka dari keputusasaan, tetapi di dunia yang bising dan sibuk ini, sering terjadi kita menjadi lalai. Ramadan adalah waktu terbaik untuk menebus kelalaian ini. Sepertinya di antara semua bulan dalam setahun, Allah telah memberi kita kesempatan yang luar biasa, di mana bukan hanya pahala ibadah kita yang dilipatgandakan, tetapi juga semua doa kita dikabulkan. Bahkan bernapas di bulan ini pun terhitung sebagai Tasbih dan mensucikan Allah. Sementara tidurnya orang-orang yang berpuasa juga dianggap ibadah, sehingga menambah berat timbangan amal kebaikan mereka.

Bukan tanpa alasan bahwa setelah sebulan berdoa, beribadah dan berpuasa, hati orang-orang beriman penuh dengan kedamaian, kegembiraan dan harapan akan masa depan. Mereka telah mengumpulkan bekal kebahagiaan selama sebulan, di semua momen. Apa yang lebih baik bagi manusia daripada ini? Apa yang lebih menenangkan daripada mencapai kepuasan dan kedekatan dengan Allah?

Salah satu nikmat Allah yang besar bagi kita adalah Dia mengizinkan kita untuk berbicara dengan-Nya terlepas dari dosa dan maksiat yang telah kita lakukan. Allah telah menganugerahkan kita dengan begitu banyak nikmat sehingga jika manusia dan jin berkumpul dan ingin menghitung nikmat yang Allah berikan kepada satu hamba saja, mereka tidak dapat menghitungnya. Dalam keadaan seperti itu, seorang hamba yang tenggelam dalam nikmat, menentang penciptanya. Dia mengabaikan perintah-Nya atau melakukan apa yang dilarang.

Tepat seperti ketika Anda tidak gagal untuk bersikap baik kepada salah satu teman Anda selama bertahun-tahun dan telah membantunya sebanyak mungkin. Namun setelah beberapa saat, bukan hanya dia tidak menghargai layanan dan upaya Anda, tetapi juga menjadi bermusuhan dan menentang Anda dengan alasan apa pun.