KENABIAN


Sebelum melangkah memasuki pembahasan ini, kiranya penting menjelaskan filosofi penciptaan manusia? Benarkah manusia hanya terdiri dari unsure materi dan diciptakan untuk sekedar bersenang-senang? Secara umum, adakah tujuan dari penciptaan ala mini? Apakah manusia yang memiliki unsure materi, juga memiliki unsure spiritual yang selalu mengalami penyempurnaan seperti materi?

Dalam literature Islam (Qur'an dan Sunnah) dijelaskan berbagai tujuan penciptaan manusia. Benang merah dari semua itu, tercapainya kesempurnaan manusia dalam naungan pendidikan kemanusiaan. "kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah".

Pada hakikatnya, penghambaan merupakan pembinaan dan penyempurnaan manusia. Setiap ibadah berperan pada bentuk pendidikan serta perkembangan manusia. Ujian Tuhan pun bertolak dari sini, sebagaimana disinggung dalam Al Qur'an:"Tuhan yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kalian, siapa yang lebih baik" di tempat lain Al Qur'an menuturkan hal yang senada, "dialah yang menjadikan kalian khalifah dimuka bumi. Sebagian dari kalian lebih tinggi tingkatnya dari yang lain, hingga kami menguji kalian terhadap apa yang telah diberikan…" poin yang kiranya perlu mendapat perhatian, bahwa ujian Tuhan buaknlah bersumber dari ketidaktahuan-Nya atas hasil perbuatan manusia. Tetapi, ujian merupakan factor yang berpengaruh dalam membangkitkan potensi manusia yang tersembunyi. Sekali lagi, ujian bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan tersembunyi dan potensi dasar manusia. Karena ujian merupakan perantara yang mengantarkan manusia untuk memahami posisi pahala dan siksa. Pada dasarnya semua itu untuk mengadili segala yang dilakukan dalam menempuh ujian.
Manusia memperoleh kesempurnaan sejati melalui jalan pengetahuan dan amal. Kesinambungan jalan ini, mengharuskan adanya pemandu yang terus menerus.


Pemandu
Cukupkah pengetahuan manusia sampai kepada kesempurnaan hanya melalui akal? Dapatkah dengannya manusia memisahkan kebaikan serta keburukan? Jelas saja jawabannya tidak. Karena akal dengan sendirinya tidak dapat secara sempurna menjadi pemandu. Karena akal juga memerlukan pembinaan dan tak jarang ia tercemar saat berada di bawah pengaruh situasi dan kondisi yang rusak. Imam Ali as menjelaskan bahwa salah satu tujuan kenabian adalah membimbing akal. Beliau as bersabda:"akal yang terlupakan dan tersembunyi menjadi terbuka dan aktif".

Apakah undang-undang serta ideology hasil karya manusia cukup memberikan keselamatan kepada individu dan masyarakat? Bertahun-tahun para ilmuan menyuguhkan berbagai pandangan untuk keselamatan manusia. Tak jarang terjadi pertikaian keras diantara mereka. Hal tersebut berujung pada munculnya pandangan berseberangan antara satu dengan yang lainnya.

Dengan adanya keterbatasan akal manusia serta ketidakmampuannya dalam menguak rahasia kebahagiaan manusia dari berbagai sisi kehidupan. Maka hasil yang akan diperoleh adalah adanya ketidakpercayaan pada berbagai benuk ketidak percayaan pada berbagai bentuk pemikiran serta teori terbatas manusia. Lebih dari itu, nampaknya tidak ada ruang untuk menerapkan undang-undang tersebut.

Kondisi demikian, berbeda dengan ajaran langit yang dibawa oleh para nabi. Karena bersandar pada pengetahuan yang tanpa awal dan tanpa akhir serta lebih memahami berbagai titik kerancuan dari berbagai sudut pandang serta mempertimbangkang karakteristik manusia. Maka, tidak akan ditemui kemungkinan salah di dalamnya. Dengan demikian, jelaslah urgensi kenabian serta keberlangsungan risalah mereka.


Siapa dan Bagaimana Mengenal Nabi?
Nabi adalah seorang manusia yang tanpa bantuan manusia lain, memiliki potensi untuk menyampaikan hokum-hukum tuhan melalui wahyu, hubungan dengan alam semesta serta ilmu yang tak terbatas.

Jalan untuk mengenal para Nabi sebenarnya, dari para pembohong yang hanya mengaku sebagai Nabi diantaranya:

1. Mu'jizat berupa kekuatan melakukan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa.

2. Mengumpulkan berbagai bukti diantaranya dengan jalan: menganalisis kehidupan terdahulu mereka sebelum diutus menjadi Nabi dari sisi akhlak, psikologi, serta sikap dalam bermasyarakat. Selain itu, meneliti kandungan seruan mereka dari sisi kesesuaian dengan akal, bangunan logika dan kontribusi mereka dalam kehidupan bermasyarakat serta beberapa individu yang berada dalam bimbingan mereka.

3. Kabar gembira dan janji dari nabi sebelumnya, yang sah kenabiannya melalui berbagai pembuktian.