Krisis Mesir dan Intervensi Asing

Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya IslamGelombang instabilitas di Mesir kian hari semakin mengkhawatirkan. Di tengah memanasnya situasi politik negeri Piramida itu, baru-baru ini terjadi ledakan bom mobil di Provinsi Dakahlia, utara Kairo, ibukota Mesir yang menewaskan 14 orang dan melukai 130 lainnya.

Pemerintah Mesir mengarahkan telunjuk tudingan ke arah Ikhwanul Muslimin  sebagai aktor berada di balik pemboman tersebut. Tidak hanya itu, Juru bicara Perdana Menteri Mesir, Sharif Shauki menyatakan, pemerintah Kairo menilai Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris. Kantor berita resmi pemerintah Mesir Selasa (24/12) merilis statemen ini hanya beberapa jam setelah ledakan bom mobil di sebuah pos polisi di kota Mansoura.

Pemerintah interim Mesir semakin keras meningkatkan tekanan terhadap Ikhwanul Muslimin. Pada 24 Desember lalu, aparat keamanan Mesir menangkap Hesham Kandil, mantan perdana menteri di era Muhammad Mursi. Tampaknya Kairo ingin merusak citra Ikhwanul Muslimin melalui klaim-klaim dan tuduhan baru terhadap kelompok tersebut, sehingga popularitas gerakan Islam politik ini jatuh di mata masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Kairo menuding kelompok Ikhwanul Muslimin menjalin erat dengan pemberontak di Semenanjung Sinai. Namun tudingan tersebut langsung dibantah oleh kelompok Islam itu. Sebelumnya, militer Mesir menyatakan bahwa pihaknya berhasil menumpas teroris di wilayah utara Sinai. Juru bicara angkatan bersenjata Mesir, kolonel Ahmed Ali mengatakan militer Mesir berhasil membunuh 184 teroris, dan melukai 203 orang serta menangkap 834 lainnya. Sejak tergulingnya Muhammad Mursi, lebih dari 100 tentara Mesir tewas dalam berbagai serangan, khususnya serangan-serangan militan di utara Sinai yang bergolak.

Sejumlah analis politik menilai vonis kafir yang dikeluarkan sejumlah ulama Wahabi  ekstrem Mesir menjadi salah satu pemicu maraknya aksi teror yang dilancarkan terhadap militer Mesir, termasuk yang terjadi di Mansoura. Pola aksi yang dilakukan para teroris itu mirip dengan aksi-aksi yang dilancarkan Al-Qaeda. Untuk itu para pengamat Mesir menangkap sinyalemen keterlibatan pihak asing dalam kerusuhan terbaru di negeri itu.

Meskipun kementerian luar negeri Mesir membantah keterlibatan asing dalam krisis internal di negaranya. Tapi berbagai indikasi menunjukkan kecenderungan adanya pihak asing yang bermain dalam konflik Mesir, terutama untuk membajak revolusi rakyat yang berhasil menggulingkan rezim diktator Mobarak. Tampaknya, menjamurnya aksi teroris juga berkaitan erat dengan keputusan terbaru pengadilan Mesir yang mengeluarkan vonis bebas bagi anak-anak Hosni Mubarak dan Ahmad Syafiq, mantan perdana menteri Mesir. Tidak hanya itu, keputusan cekal bagi Syafiq juga dicabut. Keputusan tersebut keluar sehari setelah pengadilan Mesir mengeluarkan vonis terhadap Muhammad Mursi yang didakwa bersekongkol dengan organisasi asing. Mungkinkah gelombang aksi teror itu untuk mengalihkan lokomotif revolusi Mesir dari relnya?