Ungakapan yang dapat dijumpai dalam beberapa riwayat, “Yamla al-ardha qisthan wa ‘adlan kama muliat zhulman wa jaura.” Imam Mahdi Ajf akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan setelah dipenuhi oleh kezaliman dan kesewenang-wenangan.”[1] Apa yang dapat dipahami dari riwayat ini adalah bahwa kemunculan Imam Mahdi dan tersebarnya keadilan adalah tatkala kezaliman dan kejahatan merajela di dunia; artinya boleh jadi riwayat-riwayat ini menjelaskan tentang penyebaran dan pengedaran keadilan serta tercerabutnya akar kezaliman dan kesewenang-wenangan hanya akan dilakukan oleh Imam Zaman Ajf. Riwayat-riwayat ini tidak menjelaskan tentang tanda-tanda kemunculan dan tidak ingin menjelaskan ihwal tanda-tanda kemunculan sehingga bilamana bumi telah dipenuhi kezaliman maka Imam Mahdi Ajf akan muncul. Merajalelanya kedzaliman bukan sebab kemunculan Imam Mahdi as.

 

Merajelanya kezaliman merupakan sebuah perkara nisbi; artinya dapat dikatakan bahwa semenjak masa kemunculan manusia di muka bumi kezaliman senantiasa menyertai manusia dan senantiasa terdapat sebagian orang yang zalim dan sebagian lainnya terzalimi. Karena itu tidak dapat diklaim bahwa hanya pada masa ini kezaliman merajalela, sebelum dan sesudahnya tidak terlalu menonjol.

Merajalelanya kezaliman apabila berupa tanda-tanda maka ia bukan menjadi sebab hakiki (illat tammah) bagi kemunculan Imam Zaman Ajf, melainkan hanya merupakan pelengkap dan penyedia (iqtidhâ) saja, dan terdapat tanda-tanda lain yang berperan dalam hal ini. Tentu saja supaya Imam Zaman Ajf muncul maka seluruh tanda-tanda dan sebab-sebab kemunculannya harus tersedia.[2]

 

Karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semata-mata banyaknya terjadi kezaliman di dunia kita tidak dapat berharap pasti bahwa Imam Zaman Ajf akan segera muncul, meski dengan memperhatikan hal-hal yang disebutkan dalam riwayat kita memiliki tugas secara tetap untuk menantikan Imam Zaman Ajf dan menyiapkan pendahuluan-pendahuluan bagi kemunculan Imam Zaman, serta berdoa supaya fajar kemunculan Imam Zaman Ajf kian dekat. []

 

[1]. Ungkapan ini banyak disebutkan dalam beberapa riwayat seperti riwayat-riwayat al-Kâfi, jil. 1, hal. 338; dan jil. 1, hal. 526.