Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Agama & Aliran

Benarkah Hisyam bin Hakam Adalah Penganut Tajsim?

Benarkah Hisyam bin Hakam Adalah Penganut Tajsim?

Hal-hal inilah yang biasanya yang dijadikan dalil oleh sebagian orang dalam menghukumi sosok Hisyam bin al-Hakam sebagai seorang yang menganut akidah Tajsim, ditambah lagi masalah ini sering kali dijadikan alasan untuk memojokan madzhab Syiah, sebab Hisyam merupakan pribadi yang begitu identik dengan madzhab tersebut.

Baca Yang lain

Riwayat Imam Ja’far As-Shadiq Menolak Tajsim pada Allah

Riwayat Imam Ja’far As-Shadiq Menolak Tajsim pada Allah Keterangan di atas menunjukkan bahwa Mazhab Syiah dalam literaturnya telah menjelaskan penolakan terhadap pandangan Tajsim. Dalam riwayat di atas kita melihat bagaimana Imam Ja’far As-Shadiq mengatakan dengan jelas bahwa Allah Swt bukanlah Jism, dan tidak ada sesuatupun yang semisal denganNya, yang mana hal itu juga menunjukkan pada penolakan terhadap pandangan Tasybih. Wallahu A’lam

Baca Yang lain

Jawaban Imam Al-Baqir As atas Orang yang Bertanya tentang Allah Swt

Jawaban Imam Al-Baqir As atas Orang yang Bertanya tentang Allah Swt Sama halnya dengan batasan-batasan lain dalam kualitas atau kebagaimanaan diri-Nya, Ia maha suci dari semua itu. Tidak ada batas yang membatasiNya, tidak bentuk maupun rupa, tidak ada yang menyerupaiNya dan Ia tidak menyerupai apa pun yang bisa disebut.

Baca Yang lain

Abu Mansur Al-Baghdadi Kafirkan Sekte Penganut Tajsim

Abu Mansur Al-Baghdadi Kafirkan Sekte Penganut Tajsim Pada kitabnya tersebut Al-Baghdadi menjelaskan secara tegas bahwa pengkafiran terhadap kelompok Al-Karramiyah adalah wajib, alasannya adalah pernyataan mereka yang menetapkan batas bagi Allah Swt dari sisi bawah (sebab menurut mereka Allah Swt berada di atas tidak di bawah), begitu pula dengan Arsy-Nya yang bersifat materi dan Ia sebagai tempat terjadinya kejadian-kejadian.. dst. Semua itu menurutnya telah cukup untuk membuktikan kekufuran mereka dalam meyakini Allah Swt.

Baca Yang lain

Al-Saqaf Menanggapi Riwayat Nuzul

Al-Saqaf Menanggapi Riwayat Nuzul Tidak berhenti di sini, Al-Saqaf juga menjelaskan bahwa Ibnu Hajar pernah menyebutkan dalam Syarah terhadap hadis yang dinukil di awal pembahasan ini, bahwa sebagian ulama mencatat hadis yang termaktub dalam sahihain tadi dengan lafal yunzilullahu Taala fi Kulli Lailatin yang berarti Allah Swt menurunkan (malaikat) pada setiap malam, bukan Yanzilullahu Taala fi Kulli Lailatin yang berarti Allah Swt turun pada setiap malam.

Baca Yang lain

Al-Ghazali dan Pernyataan “Allah Swt Tidak Terikat Tempat, Wilayah dan Arah”

Al-Ghazali dan Pernyataan “Allah Swt Tidak Terikat Tempat, Wilayah dan Arah” Bahkan lebih dari itu, ketika dikatakan kepada mereka bahwa Dia (Allah Swt) terlalu agung dan transenden untuk memiliki kepala, kaki, tangan, mata, dan organ, dan bahwa Ia (Allah Swt) adalah tubuh yang memiliki ukuran dan ukuran. Mereka menyangkal hal ini dan mengira bahwa itu adalah penghinaan terhadap keagungan dan kebesaran Allah Swt.

Baca Yang lain

Imam Fakhru Razi: Ayat yang Menyebut Allah Swt di Langit Harus Difahami dengan Takwil

Imam Fakhru Razi: Ayat yang Menyebut Allah Swt di Langit Harus Difahami dengan Takwil Sekali lagi kita melihat bagaimana para ulama seperti Imam Fakhru Razi memberikan pendapatnya terkait ayat yang menyebut Allah Swt berada di langit dengan mengatakan bahwa ayat tersebut harus di takwil dan bukan memahaminya secara zahir. Dengan cara demikian, kita bisa terhindar dari pemahaman keliru yang meniscayakan kemustahilan bagi Allah Swt.

Baca Yang lain

Shahih Muslim; Teks Agama yang Menyebut Allah Swt di Langit Harus Ditakwil

Shahih Muslim; Teks Agama yang Menyebut Allah Swt di Langit Harus Ditakwil Keterangan di atas menjelaskan bahwa menurut Al-Qadhi ayat ataupun hadis yang menyebut Allah Swt di langit harus difahami tidak dengan lahiriah saja, melainkan dengan cara mentakwilnya. Dan mengenai hal itu tidak ada perselisihan diantara kaum muslimin seluruhnya. Sehingga apa yang diyakini oleh kelompok Wahabi dengan memahami teks agama secara lahiriah saja, dalam hal ini berselisih dengan kaum muslimin.

Baca Yang lain

Ibn Jauzi: Allah Tidak di Dalam dan Luar dari Jagat Raya Ini

Ibn Jauzi: Allah Tidak di Dalam dan Luar dari Jagat Raya Ini Jika kita perhatikan, pernyataan di atas menegaskan keyakinan Wahabi yang percaya Allah layaknya makhluknya, yaitu berjasad. Sementara Ibn Jauzi menegaskan kalau Allah bebas dari tempat, baik di dalam dunia maupun alam dunia. Seseorang yang memakai akalnya akan berpikir kritis, apakah layak jika Allah sama seperti makhluk-Nya. Jika memiliki kesamaan dengan hamba-hamba-Nya, di mana letak keistimewaan-Nya? Menarik untuk kita cari jawabannya bersama.

Baca Yang lain

Al-Saqaf: “Allah Swt Memiliki Tangan” adalah Pernyataan Keliru dan Batil

Al-Saqaf: “Allah Swt Memiliki Tangan” adalah Pernyataan Keliru dan Batil Pada bagian akhir, Al-Saqaf sampai pada kesimpulan bahwa ayat 75 dari surat Shad itu tidak dapat digunakan sebagai dalil untuk menetapkan tangan bagi Allah Swt, sehingga ucapan ataupun pernyataan mereka (para penganut Tasybih dan Tajsim) terkait masalah tersebut adalah bentuk Istidlal (penarikan kesimpulan) yang salah dan keliru baik secara bahasa seperti yang telah disampaikan oleh Ibnul Jauzi ataupun secara Syariat (sunnah Nabi Saw), seperti yang termaktub dalam Sahih Muslim (4/2253) mengenai sabda nabi Saw tentang Yajuj dan Majuj: لا يدان لأحد بقتالهم dimana (لا يدان) di sini dimaknai dengan: Tidak ada kekuatan dan kemampuan. Sebagai mana yang diutarakan oleh para ulama dan ahli sastra dalam Syarh Muslim karya imam Nawawi

Baca Yang lain

Tidak Konsisten; Wahabi Lakukan Penakwilan Terhadap Ayat Al-Quran

Tidak Konsisten; Wahabi Lakukan Penakwilan Terhadap Ayat Al-Quran Kenyataan ini menunjukkan kepada kita bahwa ternyata kelompok Wahabi tidak konsisten dalam menyikapi pilihannya. Dan untuk tetap dapat mempertahankan keyakinannya yang mengatakan bahwa Allah berada di langit atau di Arasy, kelompok ini harus memilih melakukan pentakwilan; sikap yang notabene bertentangan dengan konsep yang dia bangun sendiri.

Baca Yang lain

Ulama Salaf dan Metode Takwil dalam Memahami Teks Agama

Ulama Salaf dan Metode Takwil dalam Memahami Teks Agama Keterangan di atas menunjukkan bahwa di antara para ulama terdahulu/Salaf ada yang menggunakan metode takwil dalam memahami teks-teks agama, terutama jika teks-teks tersebut berhubungan dengan sifat Allah Swt yang mana bila kita pahami secara lahiriah saja, bisa melazimkan sifat yang seharusnya tidak boleh ada pada Tuhan. Hal ini tidak seperti apa yang diklaim oleh kelompok Wahabi bahwa para salaf hanya memahami teks-teks agama secara lahiriah saja.

Baca Yang lain

Al Syahrastani: Riwayat Tasybih Kebanyakan Dikutip dari Yahudi

Al Syahrastani: Riwayat Tasybih Kebanyakan Dikutip dari Yahudi Dari keterangan tersebut bisa kita simpulkan bahwa fenomena Tasybih yang asal mulanya dipengaruhi oleh banyaknya riwayat yang bermuatan hal itu seperti sebagiannya telah kami bahas, ternyata dari tinjauan Al Syahrastani, riwayat-riwayat tersebut kebanyakannya adalah Maudu’ atau dibuat-buat dan dinisbahkan pada Nabi Saw dan juga kebanyakannya adalah dinukil dari Yahudi. Wallahu A’lam bis Shawab..

Baca Yang lain

Tauhid Sifat: Allah Swt Berbaring Setelah Lakukan Penciptaan

Tauhid Sifat: Allah Swt Berbaring Setelah Lakukan Penciptaan Riwayat ini dengan jelas menceritakan kondisi Allah swt yang seolah lelah setelah selesai dalam mencipta makhluk-Nya, kemudian berbaring istirahat meletakan satu kakinya di atas kaki yang lain, seraya mengatakan bahwa hal tersebut tidak selayaknya dilakukan oleh makhluk-Nya. Yang artinya ada kemiripan perilaku, yang mana dalam hal tersebut khususnya manusia juga dapat melakukannya, namun hal itu dilarang.

Baca Yang lain

Muhammad Shiddiq Hasan Khan: Allah Miliki Wajah dan Setiap Malam Turun Ke Langit Dunia

Muhammad Shiddiq Hasan Khan: Allah Miliki Wajah dan Setiap Malam Turun Ke Langit Dunia Alih-alih menjawab, penulis buku tersebut malah menyerang orang yang mengajukan pertanyaan seperti itu dengan mengatakan bahwa pertanyaan seperti itu merupakan pertanyaan ahli bidah atau pendapat yang baru (tidak pernah ada sebelumnya).

Baca Yang lain

Ibnu Khuzaimah di dalam Kitabnya: Allah Pernah Ditandu Empat Malaikat

Ibnu Khuzaimah di dalam Kitabnya: Allah Pernah Ditandu Empat Malaikat Abdullah bin Abbas berkata, “Allah dapat terlihat di atas rumput hijau, yang di bawah-Nya terdapat sebuah singgasana dari emas, dan kursi dari emas, dan empat malaikat mengangkut-Nya. Satu malaikat berbentuk laki-laki, satu malaikat lainnya berbentuk sapi, satu malaikat lagi berbentuk benteng dan malaikat yang keempat berbentuk singa.”

Baca Yang lain

Tauhid Sifat: Kursi Allah Swt Berteriak Keberatan

Tauhid Sifat: Kursi Allah Swt Berteriak Keberatan Dari kutipan di atas bisa kita lihat bagaimana gambaran dari sifat yang dimiliki oleh Allah Swt apabila begitu saja dipahami tanpa mempertimbangkan akal dan perhitungan lainnya. Dalam riwayat ini digambarkan seolah-olah Allah memiliki bobot yang berat yang mana kursinya pun merasa keberatan ketika diduduki bahkan mengeluarkan suara.

Baca Yang lain

Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin: Allah Miliki Dua Mata

Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin: Allah Miliki Dua Mata Dapat dipahami dari penjelasan di atas bahwa al-Utsaimin dengan argumentasi yang dipaparkan sedang berusaha membuktikan bahwa Allah Swt memiliki mata, dan mata tersebut mesti dimaknai dengan mata hakiki bukan mata dengan arti penglihatan atau pengawasan.

Baca Yang lain

Kelompok Wahabi: Allah Swt Pernah Sakit Mata

Kelompok Wahabi: Allah Swt Pernah Sakit Mata Tak heran, awal mula dari keyakinan seperti itu, didasari dengan pondasi pemikiran yang salah. Seperti yang sudah masyhur di antara para cendikiawan Muslim, bahwa Wahabi dikenal sebagai kelompok yang memaknai ayat al-Quran secara lahiriah, tanpa menentang adanya takwil di dalam ayat al-Quran.  Dan dari sinilah mereka mensifati Allah layaknya mensifati manusia biasa.

Baca Yang lain

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Tertawa

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Tertawa Dari fatwa di atas kita melihat bahwa mereka mengambil pemahaman tanpa menganalisa teks hadis tersebut dan langsung mensifati Allah Swt dengan sifat tertawa. Dan sifat ini melazimkan pemahaman Jism pada Allah Swt, seperti yang mereka yakini. Dan ini bisa terjadi ketika seseorang melihat teks-teks agama hanya secara lahir saja, tanpa mempertimbangkan alat pengetahuan atau metode lainnya.

Baca Yang lain